Pesona Songket dalam Balutan Modest Wear, Tampak Anggun & Kekinian
12 July 2023 |
20:00 WIB
Songket merupakan wastra Nusantara yang motifnya ditenun dengan benang emas atau benang perak. Sentuhan itu memberikan kesan mewah nan elegan dari efek kemilau yang dihasilkan. Tak heran bila kain songket umumnya digunakan dalam berbagai acara formal dan tradisional.
Namun saat ini kain songket juga sudah mulai banyak dikenakan dengan gaya lebih kasual dan kekinian, sehingga dapat dipakai dalam berbagai suasana oleh kalangan generasi muda. Para desainer pun berlomba-lomba membuat desain fesyen lebih fashionable dengan memanfaatkan keindahan dan kemewahan songket.
Baca juga: Intip Koleksi Fashion Couture Berpadu Wastra Nusantara yang Indah nan Unik
Salah satu desainer yang kerap menyulap songket menjadi desain fesyen yang lebih modern menawan dan elegan adalah Fomalhaut Zamel. Misalnya saja terlihat dalam koleksi Warkah Cinta yang ditampilkan dalam perhelatan fesyen show Muffest+ 2023 beberapa waktu lalu.
“Warkah Cinta diartikan ikatan cinta sejati dan tulus. Semacam perjanjian cinta yang dibuat antara dua anak manusia. Dengan suasana seperti berada di Timur Tengah," ujarnya.
Terdapat sedikitnya 10 looks yang ditampilkan terdiri dari delapan outfit wanita dan dua busana untuk wanita. Mengusung gaya Timur Tengah, koleksi modest tersebut didominasi model jubah dan siluet los atau longgar, didominasi warna hitam dengan detail aplikasi songket Minangkabau sehingga memberi kesan mewah nan elegan.
“Hampir semua material menggunakan tenun songket Sumbar dari Silungkang dan Kubang yang diaplikasikan pada kain katun berwarna hitam,” tutur suami dari Fikoh LIDA ini.
Fomal memang terbilang cukup sering mengaplikasikan keindahan songket pada karya-karyanya sekaligus untuk mengenalkan dan mengangkat khasanah tenun Sumatra Barat. Selain itu, dengan kelihaian yang dimilikinya, Fomal pun berhasil menyulap desain berbahan songket menjadi fesyen kekinian yang dapat digunakan kapan dan di mana saja.
Selain Fomal, desainer lain yang mengangkat keindahan tenun songket dari Sumbar adalah kata Elsa Maharrani, yang juga merupakan owner dari jenama Maharrani.
Dalam koleksinya tema Minang Turki, Elsa Maharrani menyulap Songket Halaban dari Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatra Barat menjadi modest fesyen dengan desain khas pakaian tradisional perempuan Turkiye ketika masa Kesultanan Utsmaniyah. Namun, tampilannya lebih modern dan kekinian
Terdapat enam desain modest fesyen yang dihadirkan dengan mengusung warna-warna bold seperti hitam, merah, krem, dan biru tua.
Menurut Elsa tema Minang Turki ini diangkat karena terinspirasi dari Kesultanan Ottoman dimana Minangkabau sendiri memiliki historis sejarah dengan Kesultanan tersebut. Terlihat dari adanya stempel Turkiye di Istana Silindung Bulan Kesultanan Pagaruyung di Tanah Datar, Sumatera Barat.
Penggunaan bahan tenun songket yang dipadukan dengan desain bergaya Turki ini memang sengaja dirancang sekaligus untuk dapat meraih pangsa pasar Turki, terlebih saat ini pakaian tradisional perempuan Turki masih banyak digunakan dalam berbagai event hingga saat ini di Turkiye.
“Tentunya kami mencoba mengambil kesempatan ini sebagai publikasi untuk meraih pasar Turki sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim,” tuturnya.
Sementara itu, desainer Riyo Nofiyanto mengaplikasikan songket dengan siluet tanpa potongan sebagai outer yang membentuk busana. Dalam koleksinya yang diberi tema Sukar, Riyo memilih songket ungu karena dinilai sebagai lambang karakter mulia, agung, dan mengesankan.
Songket tersebut diaplikasikan dan dipadu padankan dengan busana putih kuning dan abu-abu sehingga menambah keselarasan dalam balutan wastra songket. Selain itu, busana ini juga dilengkapi embroidery dengan motif batik pring sedapur dan mega mendung.
“Melalui busana modest wear dengan sentuhan wastra Nusantara songket ini kami ingin mendorong anak muda tetap terlihat menarik mengenakan songket yang membalut seluruh tubuhnya tanpa adanya rasa sukar,” tuturnya.
Baca juga: Desain Filosofis Wastra Nusantara di Tangan Desainer Muda Hadir di IFW 2023
Editor: Dika Irawan
Namun saat ini kain songket juga sudah mulai banyak dikenakan dengan gaya lebih kasual dan kekinian, sehingga dapat dipakai dalam berbagai suasana oleh kalangan generasi muda. Para desainer pun berlomba-lomba membuat desain fesyen lebih fashionable dengan memanfaatkan keindahan dan kemewahan songket.
Baca juga: Intip Koleksi Fashion Couture Berpadu Wastra Nusantara yang Indah nan Unik
Salah satu desainer yang kerap menyulap songket menjadi desain fesyen yang lebih modern menawan dan elegan adalah Fomalhaut Zamel. Misalnya saja terlihat dalam koleksi Warkah Cinta yang ditampilkan dalam perhelatan fesyen show Muffest+ 2023 beberapa waktu lalu.
“Warkah Cinta diartikan ikatan cinta sejati dan tulus. Semacam perjanjian cinta yang dibuat antara dua anak manusia. Dengan suasana seperti berada di Timur Tengah," ujarnya.
Terdapat sedikitnya 10 looks yang ditampilkan terdiri dari delapan outfit wanita dan dua busana untuk wanita. Mengusung gaya Timur Tengah, koleksi modest tersebut didominasi model jubah dan siluet los atau longgar, didominasi warna hitam dengan detail aplikasi songket Minangkabau sehingga memberi kesan mewah nan elegan.
“Hampir semua material menggunakan tenun songket Sumbar dari Silungkang dan Kubang yang diaplikasikan pada kain katun berwarna hitam,” tutur suami dari Fikoh LIDA ini.
Fomal memang terbilang cukup sering mengaplikasikan keindahan songket pada karya-karyanya sekaligus untuk mengenalkan dan mengangkat khasanah tenun Sumatra Barat. Selain itu, dengan kelihaian yang dimilikinya, Fomal pun berhasil menyulap desain berbahan songket menjadi fesyen kekinian yang dapat digunakan kapan dan di mana saja.
Selain Fomal, desainer lain yang mengangkat keindahan tenun songket dari Sumbar adalah kata Elsa Maharrani, yang juga merupakan owner dari jenama Maharrani.
Dalam koleksinya tema Minang Turki, Elsa Maharrani menyulap Songket Halaban dari Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatra Barat menjadi modest fesyen dengan desain khas pakaian tradisional perempuan Turkiye ketika masa Kesultanan Utsmaniyah. Namun, tampilannya lebih modern dan kekinian
Terdapat enam desain modest fesyen yang dihadirkan dengan mengusung warna-warna bold seperti hitam, merah, krem, dan biru tua.
Menurut Elsa tema Minang Turki ini diangkat karena terinspirasi dari Kesultanan Ottoman dimana Minangkabau sendiri memiliki historis sejarah dengan Kesultanan tersebut. Terlihat dari adanya stempel Turkiye di Istana Silindung Bulan Kesultanan Pagaruyung di Tanah Datar, Sumatera Barat.
Penggunaan bahan tenun songket yang dipadukan dengan desain bergaya Turki ini memang sengaja dirancang sekaligus untuk dapat meraih pangsa pasar Turki, terlebih saat ini pakaian tradisional perempuan Turki masih banyak digunakan dalam berbagai event hingga saat ini di Turkiye.
“Tentunya kami mencoba mengambil kesempatan ini sebagai publikasi untuk meraih pasar Turki sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim,” tuturnya.
Sementara itu, desainer Riyo Nofiyanto mengaplikasikan songket dengan siluet tanpa potongan sebagai outer yang membentuk busana. Dalam koleksinya yang diberi tema Sukar, Riyo memilih songket ungu karena dinilai sebagai lambang karakter mulia, agung, dan mengesankan.
Songket tersebut diaplikasikan dan dipadu padankan dengan busana putih kuning dan abu-abu sehingga menambah keselarasan dalam balutan wastra songket. Selain itu, busana ini juga dilengkapi embroidery dengan motif batik pring sedapur dan mega mendung.
“Melalui busana modest wear dengan sentuhan wastra Nusantara songket ini kami ingin mendorong anak muda tetap terlihat menarik mengenakan songket yang membalut seluruh tubuhnya tanpa adanya rasa sukar,” tuturnya.
Baca juga: Desain Filosofis Wastra Nusantara di Tangan Desainer Muda Hadir di IFW 2023
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.