Intip Koleksi Fashion Couture Berpadu Wastra Nusantara yang Indah nan Unik
18 June 2023 |
12:46 WIB
Di tengah gempuran busana ready to wear yang banyak dihadirkan oleh para desainer dan brand fesyen global saat ini, model haute couture atau couture masih tetap menjadi pilihan dan mendapatkan tempat tersendiri di hati para penggemar fesyen eksklusif yang dikerjakan dengan teknik tingkat tinggi.
Nah, bagi yang masih belum memahami,
haute couture sendiri berasal dari bahasa Prancis yaitu haute yang berarti tinggi atau elegan dan couture yang berarti menjahit sehingga bisa diartikan haute couture sebagai busana high fashion dengan jahitan tingkat tinggi yang lebih eksklusif.
Jumlah brand atau desianer yang menghadirkan karya desain adibusana atau couture memang belum terlalu banyak, salah satunya adalah Jeny Tjahyawati. Untuk memberikan kesan yang lebih eksklusif maka proses pengerjaannya menggunakan tangan atau handmade dan diproduksi sangat terbatas sesuai permintaan.
“Adibusana dibuat sesuai pesanan dan ada servis untuk permak. Bahan yang digunakan juga limited dan kadang kala harus dipesan, serta memiliki kualitas terbaik dari teknik jahitan, cuttingan, detail, hingga penambahan aksesorisnya,” tutur Jeny.
Baca juga: 5 Brand Fashion Lokal yang Jadi Acuan Milenial dan Gen Z
Jeny sendiri merancang adibusana dengan ciri khas berupa teknik lipit atau plisket yang dibuat secara handmade sehingga lebih detail dengan tingkat pengerjaan yang lebih rumit.
Adapun bahan yang digunakan beragam termasuk penggunaan wastra nusantara seperti songket hingga batik yang dipadukan dengan payet maupun bordir manual. Untuk proses pengerjaannya bisa mencapai sekitar 1,5 bulan hingga 2 bulan.
Jeny mengatakan bahwa hasil rancangannya ini tidak hanya ditampilkan pada saat fashion show saja tetapi juga dijual secara langsung di butik miliknya yang berlokasi di Departemen Store Sarinah. Tak disangka rupanya cukup banyak konsumen yang menyukai rancangan couture buatannya karena memiliki desain yang mewah dan elegan.
Bahkan 1 orang saja bisa membeli sekitar 3 hingga 4 koleksi couture, pembeli ada dari Jakarta ada juga turis dari luar negeri. Untuk harganya sendiri sekitar Rp4 jutaan hingga Rp8 jutaan.
“Saya nyaman membuat rancangan adibusana atau couture ini karena tidak banyak saingan tetapi peminatnya masih tinggi terutama bagi mereka yang ingin tampil beda,” tuturnya.
Selain membuat rancangan haute couture, tak jarang inspirasi busana tersebut juga diaplikasikan dalam model busana ready to wear. Hanya saja proses pengerjaan ready to wear lebih simple dan umumnya menggunakan mesin sehingga bisa diproduksi secara massal misalnya untuk 1 model busana bisa dibuat hingga 100 pieces.
“Di antara busana ready to wear dan couture, saya juga membuat ready to wear deluxe yang lebih eksklusif dan limited tapi bisa di repeat order dengan proses pengerjaan yang tidak serumit couture,” tuturnya.
Adapun harga yang ditawarkan untuk busana ready to wear mulai dari Rp300 ribuan sedangkan koleksi ready to wear deluxe dibanderol mulai dari Rp1 juta hingga Rp2 jutaan.
Desainer lainnya yang juga tertarik membuat desain haute couture adalah Salsabila Benita Fawwaz, Alumni Esmod Jakarta 2022 dengan mengusung brand Maison Salben. Ketertarikannya pada model couture bermula saat mengerjakan tugas akhir dengan spesialisasi Lux-couture dengan tujuan membangun brand yang mengarah pada luxury fashion.
Adapun koleksi couture hasil rancangannya menggunakan Tenun Maumere dari Flores, NTT. Alasan memilih wastra tersebut karena Tenun Maumere merupakan salah satu wastra nusantara yang memiliki appearance khas, menarik, dan autentik dengan warna-warna cantik dan setiap motif memiliki arti tersendiri.
“Saya juga ingin mengangkat isu bahwa kain tradisional warisan budaya Indonesia memiliki potensi untuk berada diantara pakaian masa kini sehingga cocok dipadukan dengan koleksi couture fashion,” tuturnya.
Dalam proses pengerjaan fesyen couture tersebut, Salsa mengakui adanya beberapa kesulitan. Penggunaan kain tenun pada produk fesyen couture membutuhkan banyak pengerjaan tangan yang memakan waktu.
Saat ini koleksi couture fashion yang dikembangkan Maison Salben dengan tema ‘Orphic Quaintraille S/S 2023’ yang terdiri dari 5 look dengan memadukan antara kain tradisional tenun Maumere dengan looks desain yang menggambarkan sifat tegas, kuat, dan indahnya wanita Indonesia.
Koleksi tersebut didominasi dengan warna-warna merah dan hitam dengan siluet yang tegas tetapi tetap menonjolkan sisi feminimnya. Adapun look yang menurutnya paling menarik adalah ‘Petichor Tailored-dress’ karena dinilai paling matang dari segi eksekusi, mulai dari pemilihan dominasi kain hingga detail, proses pembuatannya pun tidak terlalu memakan waktu.
Kelima looks dari koleksi “Orphic Quaintraille S/S 2023 tersebut hingga saat ini sudah ditampilkan pada JF3 Fashion Festival 2022, Indonesia Internasional Modest Fashion Festival (IN2motionfest) 2022, dan Esmod Jakarta Creative Show 2022.
Baca juga: Intip Koleksi Fashion Urban Style yang Trendi dan Unik Berbalut Wastra Nusantara
Selain itu, Maison Salben juga sempat bergabung pada kolaborasi 3 custom-looks untuk penyanyi dari NTT yang tampil dalam event G20 pada saat Welcoming Dinner and Cultural Performances G20 Indonesia di 2022 lalu.
“Untuk saat ini produk hasil rancangan koleksi saya tersebut tidak dijual terbuka, hanya untuk show ataupun kebutuhan commercial dengan sistem rent, namun tentunya brand saya sangat terbuka untuk penerimaan custom atau made-to-order,” terangnya.
Editor: Fajar Sidik
Nah, bagi yang masih belum memahami,
haute couture sendiri berasal dari bahasa Prancis yaitu haute yang berarti tinggi atau elegan dan couture yang berarti menjahit sehingga bisa diartikan haute couture sebagai busana high fashion dengan jahitan tingkat tinggi yang lebih eksklusif.
Jumlah brand atau desianer yang menghadirkan karya desain adibusana atau couture memang belum terlalu banyak, salah satunya adalah Jeny Tjahyawati. Untuk memberikan kesan yang lebih eksklusif maka proses pengerjaannya menggunakan tangan atau handmade dan diproduksi sangat terbatas sesuai permintaan.
“Adibusana dibuat sesuai pesanan dan ada servis untuk permak. Bahan yang digunakan juga limited dan kadang kala harus dipesan, serta memiliki kualitas terbaik dari teknik jahitan, cuttingan, detail, hingga penambahan aksesorisnya,” tutur Jeny.
Baca juga: 5 Brand Fashion Lokal yang Jadi Acuan Milenial dan Gen Z
Jeny sendiri merancang adibusana dengan ciri khas berupa teknik lipit atau plisket yang dibuat secara handmade sehingga lebih detail dengan tingkat pengerjaan yang lebih rumit.
Adibusana rancangan Jeny Tjahyawati (sumber gambar : Jeny Tjahyawati)
Adapun bahan yang digunakan beragam termasuk penggunaan wastra nusantara seperti songket hingga batik yang dipadukan dengan payet maupun bordir manual. Untuk proses pengerjaannya bisa mencapai sekitar 1,5 bulan hingga 2 bulan.
Jeny mengatakan bahwa hasil rancangannya ini tidak hanya ditampilkan pada saat fashion show saja tetapi juga dijual secara langsung di butik miliknya yang berlokasi di Departemen Store Sarinah. Tak disangka rupanya cukup banyak konsumen yang menyukai rancangan couture buatannya karena memiliki desain yang mewah dan elegan.
Bahkan 1 orang saja bisa membeli sekitar 3 hingga 4 koleksi couture, pembeli ada dari Jakarta ada juga turis dari luar negeri. Untuk harganya sendiri sekitar Rp4 jutaan hingga Rp8 jutaan.
“Saya nyaman membuat rancangan adibusana atau couture ini karena tidak banyak saingan tetapi peminatnya masih tinggi terutama bagi mereka yang ingin tampil beda,” tuturnya.
Selain membuat rancangan haute couture, tak jarang inspirasi busana tersebut juga diaplikasikan dalam model busana ready to wear. Hanya saja proses pengerjaan ready to wear lebih simple dan umumnya menggunakan mesin sehingga bisa diproduksi secara massal misalnya untuk 1 model busana bisa dibuat hingga 100 pieces.
“Di antara busana ready to wear dan couture, saya juga membuat ready to wear deluxe yang lebih eksklusif dan limited tapi bisa di repeat order dengan proses pengerjaan yang tidak serumit couture,” tuturnya.
Adapun harga yang ditawarkan untuk busana ready to wear mulai dari Rp300 ribuan sedangkan koleksi ready to wear deluxe dibanderol mulai dari Rp1 juta hingga Rp2 jutaan.
Desainer lainnya yang juga tertarik membuat desain haute couture adalah Salsabila Benita Fawwaz, Alumni Esmod Jakarta 2022 dengan mengusung brand Maison Salben. Ketertarikannya pada model couture bermula saat mengerjakan tugas akhir dengan spesialisasi Lux-couture dengan tujuan membangun brand yang mengarah pada luxury fashion.
Adapun koleksi couture hasil rancangannya menggunakan Tenun Maumere dari Flores, NTT. Alasan memilih wastra tersebut karena Tenun Maumere merupakan salah satu wastra nusantara yang memiliki appearance khas, menarik, dan autentik dengan warna-warna cantik dan setiap motif memiliki arti tersendiri.
“Saya juga ingin mengangkat isu bahwa kain tradisional warisan budaya Indonesia memiliki potensi untuk berada diantara pakaian masa kini sehingga cocok dipadukan dengan koleksi couture fashion,” tuturnya.
Adibusana rancangan Salsabila Benita Fawwaz, Alumni Esmod Jakarta 2022 (sumber gambar : Esmod)
Dalam proses pengerjaan fesyen couture tersebut, Salsa mengakui adanya beberapa kesulitan. Penggunaan kain tenun pada produk fesyen couture membutuhkan banyak pengerjaan tangan yang memakan waktu.
Saat ini koleksi couture fashion yang dikembangkan Maison Salben dengan tema ‘Orphic Quaintraille S/S 2023’ yang terdiri dari 5 look dengan memadukan antara kain tradisional tenun Maumere dengan looks desain yang menggambarkan sifat tegas, kuat, dan indahnya wanita Indonesia.
Koleksi tersebut didominasi dengan warna-warna merah dan hitam dengan siluet yang tegas tetapi tetap menonjolkan sisi feminimnya. Adapun look yang menurutnya paling menarik adalah ‘Petichor Tailored-dress’ karena dinilai paling matang dari segi eksekusi, mulai dari pemilihan dominasi kain hingga detail, proses pembuatannya pun tidak terlalu memakan waktu.
Kelima looks dari koleksi “Orphic Quaintraille S/S 2023 tersebut hingga saat ini sudah ditampilkan pada JF3 Fashion Festival 2022, Indonesia Internasional Modest Fashion Festival (IN2motionfest) 2022, dan Esmod Jakarta Creative Show 2022.
Baca juga: Intip Koleksi Fashion Urban Style yang Trendi dan Unik Berbalut Wastra Nusantara
Selain itu, Maison Salben juga sempat bergabung pada kolaborasi 3 custom-looks untuk penyanyi dari NTT yang tampil dalam event G20 pada saat Welcoming Dinner and Cultural Performances G20 Indonesia di 2022 lalu.
“Untuk saat ini produk hasil rancangan koleksi saya tersebut tidak dijual terbuka, hanya untuk show ataupun kebutuhan commercial dengan sistem rent, namun tentunya brand saya sangat terbuka untuk penerimaan custom atau made-to-order,” terangnya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.