Ilustrasi makanan sehat (Sumber gambar: Pablo Marchan/Unsplash)

Begini Kriteria Bisnis Makanan Sehat Agar Laku di Pasar

27 June 2023   |   16:09 WIB
Image
Indah Permata Hati Jurnalis Hypeabis.id

Sejak 1942, Victor Lindlahr yang merupakan seorang pelopor makanan kesehatan di Amerika menggaungkan ungkapan you are what you eat. Untuk beberapa dekade berikutnya, ungkapan ini semakin melekat di tengah masyarakat sebagai frasa pengingat untuk senantiasa mengonsumsi makanan sehat.

Hingga saat ini, dunia terus berjibaku menghadapi tren makanan berproses dan cepat saji. Gula menjadi satu di antara masalah besar yang terus menciptakan angka drastis untuk kasus penyakit tidak menular. Penyakit seperti diabetes, hipertensi, dan obesitas datang dari gaya hidup yang dipilih setiap orang.

Perlu dicatat, gula tidak hanya tentang makanan manis, tetapi juga terkandung dalam jenis makana cepat saji, nasi putih, hingga minuman berenergi. Belum lagi gula tersembunyi yang diam-diam mengintai di balik madu atau jus kemasan.

Baca juga: Konsumsi Makanan Sehat Naik 2 Kali Lipat di Luar Kota Besar

Selama puluhan tahun, dunia terus melawan tren konsumsi gula yang berlebihan. Namun mematahkan gaya hidup jenis ini bukan perkara mudah. Penelitian-penelitian ahli gizi terbaru menjelaskan jika gula sukses membuat orang ketagihan.

Bart Hoebel dari Princeton University menemukan fakta jika gula bisa membuat kecanduan yang membuat otak menjadi adiktif terhada zat ini.

Namun kesadaran untuk memotong konsumsi gula terus menggeliat di masyarakat. International Food Information Council (IFC) menyatakan 45 persen responder survei mereka makan lebih sedikit gula pada 2022.

Beberapanya meyakini jika gula menjadi biang kenaikan berat badan. Namun publik masih terus berusaha memilah makanan rendah atau tanpa gula dengan rasa manis yang sulit digantikan tersebut.

Kavita Karnik, Kepala Urusan Nutrisi, Regulasi, dan Ilmiah Global mengatakan jika membuat makanan dengan kandungan kalori dan gula yang rendah sudah menjadi prioritas global.

Tren ini sudah mengalami peningkatan kesadaran yang dratis tidak hanya bagi konsumen, tetapi juga produsen makanan. Namun ada satu pekerjaan rumah yang terbilang sulit.


Konsumen Utamakan Rasa Daripada Harga

Food testing Tate & Lyle (Sumber gambar: Indah Permata Hati/Hypeabis.id)

Food testing Tate & Lyle (Sumber gambar: Indah Permata Hati/Hypeabis.id)


Dalam agenda peresmian perusahaan makanan sehat berbasis laboratorium, Tate & Lyle, Kavita mengatakan jika rasa menjadi hal pertama yang paling menentukan seseorang tergerak untuk makan sehat atau tidak. “Jika rasa lebih jauh terkorbankan, maka konsumen susah untuk makan sehat,” kata Kavita.

Tate & Lyle sebagai salah satu pionir perusahaan makanan sehat mengembangkan teknologi untuk membuat kalori makanan berkurang dengan rasa yang tetap lezat.

Andrew Taylor, Presiden Tate & Lyle Asia, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin setuju bahwa rasa suatu produk makanan menjadi prioritas konsumen. Khusus bagi negara-negara tertentu, rasa makanan memiliki preferensi yang berbeda-beda.

Untuk itu, Tate & Lyle memastikan jika produk yang dibuat dari laboratorium mereka telah sesuai dengan selera dan lidah lokal. Tujuannya adalah membuat makanan terasa hampir medekati dengan memanipulasi kalorinya.

Tate & Lyle sudah menurunkan hampir 6 juta ton kandungan gula yang disetarakan dengan 24 triliun kalori dalam kandungan gula lewat produk besutannya seperti teh, susu, kue, dan laninnya.

Andrew meneruskan, akan susah mencari titik keseimbangan antara harga dan rasa dalam produk makanan sehat.  Setidaknya, rasa menjadi faktor penentu utama bagi konsumen untuk memulai hidup sehat. “9 dari 10 orang tidak merasa keberatan membeli produk makanan sehat jika rasa dan kualitasnya cocok dengan selera mereka,” kata Andrew.

Pernyataan ini menyambut persoalan harga makanan sehat yang kerap dinilai lebih mahal dibandingkan dengan makanan produksi massal dengan bahan-bahan umum. “Jadi semua tidak tentang harga, konsumen Indonesia cenderung memikirkan rasa dahulu, setelah itu produk kesehatan makanannya, baru harga,” jelas Andrew.

Nick Hampton, CEO Tate & Lyle menyampaikan pernyataan selaras jika produk akan cepat ditinggalkan jika rasanya tidak sesuai dengan selera lokal.

Baca juga: 7 Makanan Sehat & Enak Untuk Menjaga Berat Badan Ideal

Untuk itu, Tate & Lyle berkomitmen mempelajari bahan-bahan makanan Indonesia dan memanipulasi kandungannya agar kalorinya berkurang dengan menawarkan rasa yang tetap sama. “Kami ingin makanan dan minuman tetap terasa lezat. Membuat makanan lezat tetap sehat dan membuat makanan sehat tetap lezat, ” kata Nick.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Gratis Meet & Greet Aktris Korea Seorina Juli 2023, Begini Cara Dapat Tiketnya!

BERIKUTNYA

Cerita Vonzy dan Angie Waktu Pertama Kali Mabar Undawn: Game Rasa Film

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: