Gambaran polusi udara di Jakarta. (Sumber gambar : Aviv Rachmadian/Unsplash)

Polusi Udara Tingkatkan Risiko ISPA Hingga Penyakit Paru

12 June 2023   |   19:58 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Kualitas udara yang buruk dapat menimbulkan sejumlah dampak negatif terhadap kesehatan. Tingkat polusi yang tinggi ini bisa memicu berbagai penyakit mulai dari infeksi saluran pernapasan, memicu penyakit degeneratif seperti kardiovaskular hingga kematian akibat paparan jangka panjang. 

Spesialis Paru dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia dr. Feni Fitriani Taufik menerangkan polusi udara berpengaruh buruk bagi kesehatan dalam jangka pendek (akut) maupun panjang (kronik). Dalam jangka pendek, zat polutan dalam udara yang berpolusi bisa masuk ke saluran napas dan menimbulkan sejumlah keluhan. 

Baca juga: Dampak Buruk Polusi Udara di Jakarta, Warga Keluhkan Gangguan Pernapasan

Keluhan yang ditimbulkan biasanya berupa mata berair, ketidaknyamanan pada hidung dan membuatnya berair, hingga membuat tenggorokan tidak nyaman. “Karena partikel yang masuk dan lebih banyak dari biasanya, tubuh meresponnya untuk membersihkan saluran napas, batuk salah satu refleks,” ujarnya saat dihubungi Hypeabis.id, Senin (12/6/2023). 

Tidak sedikit orang bisa mengalami kelelahan karena oksigen yang masuk ke dalam tubuh berkurang, dibandingkan dengan partikel zat polusi. Sementara itu, Feni menyebut terjadi peningkatan kunjungan pasien yang mengeluhkan masalah pernapasan ke unit gawat darurat dalam beberapa pekan terakhir.

Untuk kelompok rentan, polusi bisa menjadi masalah lebih serius. Muncul keluhan seperti batuk lebih sering dan lebih lama, timbul infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), hingga sesak nafas. Bagi yang memiliki asma, penyakitnya jadi sering kambuh dan tidak terkontrol. 

Untuk lansia, keluhan ISPA turut meningkat terlebih bagi pengidap penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) yang sangat sensitif dengan perubahan kualitas udara. Peningkatan risiko PPOK juga bisa terjadi pada anak-anak yang sering terpapar polutan. 

"Dampak lebih buruk, konsentrasi PNM 2.5 atau partikel udara berukuran lebih kecil dari 2,5 mikronmeter bisa masuk ke aliran darah," tegas Feni.

Partikel udara lolos dari sel penyaring di paru hingga masuk ke unit paru paling terkecil dan pembuluh darah. Feni menggarisbawahi sumbatan partikel di pembuluh darah dapat meningkatkan risiko stroke hingga serangan jantung.

Polusi udara bahkan memberi pengaruh buruk bagi kelompok rentan, seperti ibu hamil, yang juga membutuhkan aliran oksigen untuk janinnya. Jikalau polusi tinggi, kesehatan ibu terganggu, asupan oksigen ke ibu terganggu, begitu pula dengan janinnya. 

Untuk menghadapi polusi udara ini, Feni menyarankan agar masyarakat meningkatkan daya tahan tubuh dengan beristirahat cukup, mengurangi stres, dan menjalani pola hidup sehat. Bagi kelompok rentan yang sedang mengonsumsi obat, obat tersebut harus diminum secara rutin.

Apabila ada perburukan gejala, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter. Termasuk bagi masyarakat umum yang mengalami gejala seperti batuk berkepanjangan disertai demam. Jika kondisi memburuk walaupun sudah mencoba obat yang dijual bebas, harus segera dibawa ke dokter.

Baca juga: Kualitas Udara Jakarta Buruk, Cek Jenis Masker yang Efektif Menangkal Polusi

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Keunggulan Internet 5G di Berbagai Sektor Pendidikan, Pertambangan, dan Bisnis

BERIKUTNYA

Indonesia Dinilai Berada di Jalur yang Tepat Kembangkan Sport Tourism

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: