Waduh, Polusi Udara Bisa Turunkan Jumlah Sperma
26 October 2021 |
14:03 WIB
Polusi udara berpengaruh buruk bagi kesehatan seperti meningkatkan risiko obesitas, diabetes, bahkan infertilitas loh. Namun faktanya 92 persen populasi dunia tinggal di daerah yang polusi udaranya tinggi. Baru-baru ini para peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Maryland (UMSOM) mengungkapkan bahwa polusi udara dapat menurunkan jumlah sperma.
Hal ini diketahui saat mereka melakukan uji coba pada tikus. Dalam studi yang diterbitkan di jurnal Environmental Health Perspectives ini menunjukkan tikus yang terpapar polusi udara mengalami penurunan jumlah sperma. Namun, tikus-tikus tersebut tidak selalu mengalami peradangan pada testis, yaitu organ seks yang membuat sperma.
Para peneliti UMSOM lalu mulai mencari mekanisme lain karena peradangan testis jelas tidak bertanggung jawab atas berkurangnya jumlah sperma. Mereka mengetahui bahwa otak berkomunikasi dengan organ reproduksi karena kesuburan dan jumlah sperma dapat dipengaruhi oleh stres. Misalnya, stres emosional dapat menyebabkan periode menstruasi yang terlewat pada wanita.
Para peneliti kemudian memutuskan untuk mengekspos tikus yang dikaitkan dengan polusi udara dan menguji apakah pengurangan jumlah sperma mereka mungkin dimediasi oleh perubahan di otak.
Eksperimen menunjukkan bahwa tikus yang terpapar polusi udara mengalami peningkatan peradangan di otak. Uji coba lantas difokuskan pada tikus sehat dan tikus yang telah dibiakkan dengan kekurangan penanda peradangan otak tertentu yang disebut Inhibitor Kappa B Kinase 2, atau disingkat IKK2. Protein ini secara khusus terletak di neuron otak.
Kedua kelompok tikus ini terkena udara yang disaring atau tercemar. Ketika para ilmuwan menguji jumlah sperma, mereka menemukan bahwa tikus yang dibiakkan tanpa penanda peradangan IKK2 tidak mengurangi jumlah sperma saat terkena udara yang tercemar. Sebaliknya, tikus sehat menunjukkan penurunan produksi sperma.
Penulis utama Dr. Zhekang Ying mengatakan temuan ini menunjukkan bahwa kerusakan akibat polusi udara dapat diatasi dengan menghilangkan satu penanda peradangan di otak tikus. “Kami mungkin dapat mengembangkan terapi yang dapat mencegah atau membalikkan kerusakan efek polusi udara pada kesuburan,” ujarnya dilansir dari Earth.com, Selasa (26/10/2021).
Peneliti lainnya, Dr. Charles Hong menilai temuan ini memiliki implikasi yang lebih luas dari sekadar kesuburan, karena ada banyak kondisi, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan penyakit jantung yang dapat diakibatkan oleh peradangan otak akibat polusi udara.
Setelah analisis lebih lanjut dan lebih rinci, para ilmuwan mencoba untuk menemukan neuron yang tepat di otak yang menjadi meradang. Mereka menemukan bahwa satu jenis neuron tertentu, biasanya terkait dengan siklus tidur dan obesitas, bertanggung jawab atas pengurangan jumlah sperma di hadapan polusi udara.
Neuron ini ditemukan di hipotalamus, wilayah otak yang mengontrol rasa lapar, haus, dan dorongan seks. Hipotalamus juga bekerja dengan kelenjar pituitari otak, yang membuat hormon yang berkomunikasi langsung dengan organ reproduksi.
“Melihat ke belakang, sangat masuk akal bahwa neuron di hipotalamus adalah penyebab yang melanggengkan respons peradangan yang menghasilkan jumlah sperma yang rendah, seperti yang kita ketahui bahwa hipotalamus adalah jalur utama penghubung antara otak dan sistem reproduksi,” terangnya.
Editor Fajar Sidik
Hal ini diketahui saat mereka melakukan uji coba pada tikus. Dalam studi yang diterbitkan di jurnal Environmental Health Perspectives ini menunjukkan tikus yang terpapar polusi udara mengalami penurunan jumlah sperma. Namun, tikus-tikus tersebut tidak selalu mengalami peradangan pada testis, yaitu organ seks yang membuat sperma.
Para peneliti UMSOM lalu mulai mencari mekanisme lain karena peradangan testis jelas tidak bertanggung jawab atas berkurangnya jumlah sperma. Mereka mengetahui bahwa otak berkomunikasi dengan organ reproduksi karena kesuburan dan jumlah sperma dapat dipengaruhi oleh stres. Misalnya, stres emosional dapat menyebabkan periode menstruasi yang terlewat pada wanita.
Para peneliti kemudian memutuskan untuk mengekspos tikus yang dikaitkan dengan polusi udara dan menguji apakah pengurangan jumlah sperma mereka mungkin dimediasi oleh perubahan di otak.
Eksperimen menunjukkan bahwa tikus yang terpapar polusi udara mengalami peningkatan peradangan di otak. Uji coba lantas difokuskan pada tikus sehat dan tikus yang telah dibiakkan dengan kekurangan penanda peradangan otak tertentu yang disebut Inhibitor Kappa B Kinase 2, atau disingkat IKK2. Protein ini secara khusus terletak di neuron otak.
Kedua kelompok tikus ini terkena udara yang disaring atau tercemar. Ketika para ilmuwan menguji jumlah sperma, mereka menemukan bahwa tikus yang dibiakkan tanpa penanda peradangan IKK2 tidak mengurangi jumlah sperma saat terkena udara yang tercemar. Sebaliknya, tikus sehat menunjukkan penurunan produksi sperma.
Penulis utama Dr. Zhekang Ying mengatakan temuan ini menunjukkan bahwa kerusakan akibat polusi udara dapat diatasi dengan menghilangkan satu penanda peradangan di otak tikus. “Kami mungkin dapat mengembangkan terapi yang dapat mencegah atau membalikkan kerusakan efek polusi udara pada kesuburan,” ujarnya dilansir dari Earth.com, Selasa (26/10/2021).
Peneliti lainnya, Dr. Charles Hong menilai temuan ini memiliki implikasi yang lebih luas dari sekadar kesuburan, karena ada banyak kondisi, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan penyakit jantung yang dapat diakibatkan oleh peradangan otak akibat polusi udara.
Setelah analisis lebih lanjut dan lebih rinci, para ilmuwan mencoba untuk menemukan neuron yang tepat di otak yang menjadi meradang. Mereka menemukan bahwa satu jenis neuron tertentu, biasanya terkait dengan siklus tidur dan obesitas, bertanggung jawab atas pengurangan jumlah sperma di hadapan polusi udara.
Neuron ini ditemukan di hipotalamus, wilayah otak yang mengontrol rasa lapar, haus, dan dorongan seks. Hipotalamus juga bekerja dengan kelenjar pituitari otak, yang membuat hormon yang berkomunikasi langsung dengan organ reproduksi.
“Melihat ke belakang, sangat masuk akal bahwa neuron di hipotalamus adalah penyebab yang melanggengkan respons peradangan yang menghasilkan jumlah sperma yang rendah, seperti yang kita ketahui bahwa hipotalamus adalah jalur utama penghubung antara otak dan sistem reproduksi,” terangnya.
Editor Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.