Gambaran polusi udara di Jakarta. (Sumber gambar: Fanny Kusumawardhani/Hypeabis.id)

Polusi Udara Berisiko Kematian, Pakar Kesehatan Sarankan Hal Ini

16 August 2023   |   22:02 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Like
Polusi udara menjadi masalah yang tengah dihadapi warga DKI Jakarta dan sekitarnya. Lebih dari sepekan, langit ibu kota dipenuhi polutan dan tergolong tidak sehat untuk dihirup. Bahkan kasus infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) meningkat di sejumlah tempat. 

Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Prof Tjandra Yoga Aditama polusi udara bukan hanya menyebabkan ISPA namun berisiko terhadap kematian. Mengutip data Badan Kesehatan Dunia (WHO), polusi udara berhubungan dengan 6,7 kematian di dunia pada 2019. 

“Dari 6,7 juta itu, polusi udara ambien (luar ruangan/outdoor) diperkirakan oleh WHO menyebabkan 4,2 juta kematian pada 2019, dan sisanya karena polusi udara dalam ruangan (indoor),” ujar Tjandra dalam keterangannya, dikutip Hypeabis.id, Rabu (1/8/2023). 

Baca juga: Duh, Ini Bahayanya Polusi Udara Buat Kesehatan Paru-paru

Sementara itu, dia menyebut dalam jurnal kesehatan Lancet, bertajuk Lancet Commission on pollution and health, menyebut bahwa terjadi sekitar 9 juta kematian di dunia setiap tahunnya akibat polusi udara. “Polusi udara menjadi penyebab 1 dari 6 kematian di dunia,” tegas Tjandra.

Menurutnya penting untuk menurunkan kadar polusi udara. Dengan demikian, beban penyakit seperti stroke, gangguan jantung, kanker paru, serta penyakit paru dan pernapasan akut juga kronik ikut menurun.

Sementara itu, Tjandra menyampaikan Indonesia bisa meniru New Delhi dalam hal mengatasi polusi udara. Di ibu kota India itu, pernah ada pembatasan kegiatan bangun gedung yang menghasilkan debu.

Semua mobil pun diperiksa polusi knalpotnya. “Tempat pemeriksaannya ada di berbagai pom bensin, jadi amat mudah,” imbuhnya.

Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara mengatakan di berbagai perempatan besar yang rawan macet ditempatkan pot-pot tanaman, bahkan dalam bentuk semacam dinding berdiri dengan berbagai pot. Terobosan untuk mengatasi polusi udara ini menurutnya memang perlu dilakukan. 

Selain itu, perlu juga dilakukan surveilans yang baik untuk mengetahui pola gangguan kesehatan dari waktu ke waktu sejalan dengan peningkatan polusi udara. Begitu pula dengan pemantauan kesehatan dan penanganan gangguan kesehatan, baik jangka pendek maupun kemungkinan ada tidaknya dampak jangka panjang. 

Kepada masyarakat, Tjandra menyarankan untuk membatasi aktifitas fisik berat di daerah berpolusi tinggi seperit jalanan macet. Pasalnya, masker bedah yang saat ini tengah digunaka tidak sepenuhnya dapat mencegah polutan udara masuk ke paru.

Bagi masyarakat yang memiliki penyakit kronik pernapasan, dia menyarankan untuk tetap mengonsumsi obatnya secara rutin. Apabila ada perburukan dan keluhan tambahan seperti serangan asma, segera ke pusat layanan kesehatan terdekat atau setidaknya gunakan obat yang memang sudah dianjurkan. 

Tjandra juga mengimbau dengan adanya polutan di udara, sebaiknya jangan menambah polusi lain masuk ke paru dan saluran napas. Dengan kata lain, hindari untuk merokok dan melakukan aktifitas pembakaran sampah.

Baca juga: 6 Cara Mengurangi Dampak Negatif Polusi Udara, Salah Satunya Balik Pakai Masker

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

Kenalan dengan 7 Pemeran Film Blue Beetle, Ada Xolo Mariduena sampai Becky G

BERIKUTNYA

Lomba 17-an di Tengah Polusi, Ini Saran Dokter Paru

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: