Mengenal Dunia dari Sudut Pandang Seniman Syakieb Sungkar
12 June 2023 |
15:33 WIB
Lebih dari sekadar mimpi atau lamunan, karya Syakieb Sungkar di pameran bertajuk Dreams adalah perwujudan sikap dan pengetahuannya. Semua itu tertuang di atas kanvas, menggambarkan beragam kondisi sosial di dalam negeri dan menjelaskan dirinya.
Kurator Galeri Nasoinal Indonesia dan juga akademisi Citra Smara Dewi menilai bahwa karya Syakieb menarik perhatian publik karena memiliki perbedaan signifikan jika dibandingkan dengan karya dalam pameran seni lain yang pernah dikelolalnya.
Baca juga: Syakieb Sungkar Punya Kriteria Khusus Dalam Meminang Karya Untuk Dikoleksi
Karya di pameran yang diadakan di Cemara 6 Galeri - Toeti Heraty Museum itu memperlihatkan bagaimana pengaruh pendidikan filsafat yang dimiliki memiliki andil lantaran melampaui realitas yang ada. “Kalau bicara filsafat, bicara luas melampaui realitas yang ada,” katanya dalam diskusi yang diadakan pada Sabtu (10/6/2023).
Tidak hanya itu, karya-karya Syakieb juga mengingatkannya pada catatan pinggir Goenawan Mohamad. Menurut Citra, ketika membaca tulisan dari sastrawan yang kerap disapa GM itu kita dapat menemukan satu kalimat dengan banyak teori dan sumber rujukan.
Kedekatan dengan pendiri komunitas Salihara juga dinilainya secara tidak langsung mempengaruhi struktur pemikiran Syakieb dalam berkarya. Pada karya berjudul Moonlight (120x145 cm2, oil on canvas, 2023), misalnya, dia menyematkan unsur satir, parodi, dan metafora.
Citra menuturkan bahwa Moonlight memiliki metafora yang sangat dalam dan secara konteks sosial sangat mengena kepada masyarakat. Syakieb menggunakan simbol wastafel yang berada di antara darat dan laut dengan orang di atas memancing ikan hiu memiliki interpretasi bahwa masalah korupsi sangat sulit dihindari di negeri ini.
Lebih spesifik, wastafel dalam lukisan menggambarkan kebiasaan buruk banyak orang yang lari dari tanggung jawab atau 'cuci tangan' setelah melakukan kesalahan.
Karya lainnya, yakni berjudul Domba-domba (145x145 cm2, oil on canvas, 2023) juga jelas menggambarkan peristiwa pemilihan Gubernur DKI Jakarta yang penuh dengan muatan agamis, politis, dan sosial lainnya.
“Mengamati karya Syakieb seperti membaca esai atau opini yang sangat kritis terhadap bangsa ini,” kata Citra.
Syakieb berkarya dengan struktur yang dinamis, di mana kita bisa melihat hubungan antara elemen garis dan warna di atas kanvas. Dia juga tampaknya banyak menggunakan elemen klasik nan imajinatif lewat objek manusia dengan proporsi terdistorsi dan benda serta hewan yang melayang.
Dalam sejarah seni rupa, seniman Michelangelo Buonarroti banyak melukiskan makhluk-makhluk tertentu dan benda terbang dengan pendekatan religius. Sementara Syakieb melukiskan makhluk dan benda terbang itu dengan pendekatan modern.
“Saya pikir ini menarik, menggambarkan betapa luas wawasan senimannya. Dia [Syakieb] jelas telah mempelajari banyak hal,” kata Citra.
Dia meyakini, latar belakang Syakieb yang berawal sebagai kolektor turut mendorongnya ingin menciptakan sesuatu yang belum pernah dibuat dalam berkarya dan merupakan bentuk kecerdasan ketika melukiskan gagasan di atas kanvas.
Syakieb telah selesai dengan pembelajaran teknik ketika membuat karya yang terlihat dari langkahnya menggambarkan suatu keinginan yang jauh lebih penting dari detail sebuah karya, sehingga penikmat seni dapat menangkap pesan dari pencipta karya.
Ide dan gagasan tentang karya-karya yang didapat oleh sang seniman dalam karya di pameran ini juga tidak terlepas dari pengalaman sains dan seni yang dimiliki.
"Syakieb pernah kuliah di Universitas Indonesia, eksekutif di beberapa perusahaan telekomunikasi, dan sebagainya. Sehingga circle sangat berpengaruh terhadap kekaryaannya,” katanya.
Menurutnya, habitus dan circle memegang peran penting disamping kecenderungannya berada di dunia akademisi seperti menulis buku. Cara yang sama turut diadaptasi Syakieb dalam membuat karya. Citra juga menilai bahwa apa yang disampaikan Syakieb lewat karya tidak terlepas dari teori psikoanalisis yang dicetuskan Sigmund Freud.
Dalam psikoanalisis itu, seseorang akan merealisasikan apa yang tidak disukanya dalam tindakan lantaran alam bawah sadar secara tidak langsung mempengaruhi tindakan manusia. Menurutnya, ada ketidaksetujuan dari sang seniman terhadap sejumlah hal dalam alam bawah sadar.
“[Dalam karya Merdeka Belajar] entah kebijakan sekolah yang harus menggunakan atribut tertentu atau hal lain. Itu tercermin dalam pemilihan objek, artefak, bentuk, dan struktur lukisan,” katanya.
Syakieb menuturkan bahwa dia memiliki kecenderungan untuk melukis dengan gaya surealisme. Sebagian besar karya surealisnya di Dreams merupakan hasil pengembangan konsep dari sejumlah karya sebelumnya dengan kebudayaan pop.
Salah satu pemicu diri membuat pameran ini adalah studi filsafat yang dilakukannya sejak 2017 sampai 2020. Dalam studi tersebut, sang seniman menemukan bahwa dunia sudah kacau balau dan memedihkan.
Kepedihan dan kekacauan dunia sudah tidak bisa digambarkan dengan cara yang teratur, sehingga muncul dunia yang chaos. “Kita harus membuat dunia baru yang nyaman, yaitu dunia fantasi. Dunia fantasi itu muncul dari alam bawah sadar atau mimpi,” katanya.
Baca juga: 5 Hari Pameran Dreams, Mayoritas Lukisan Syakieb Sungkar Laku Terjual
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Kurator Galeri Nasoinal Indonesia dan juga akademisi Citra Smara Dewi menilai bahwa karya Syakieb menarik perhatian publik karena memiliki perbedaan signifikan jika dibandingkan dengan karya dalam pameran seni lain yang pernah dikelolalnya.
Baca juga: Syakieb Sungkar Punya Kriteria Khusus Dalam Meminang Karya Untuk Dikoleksi
Karya di pameran yang diadakan di Cemara 6 Galeri - Toeti Heraty Museum itu memperlihatkan bagaimana pengaruh pendidikan filsafat yang dimiliki memiliki andil lantaran melampaui realitas yang ada. “Kalau bicara filsafat, bicara luas melampaui realitas yang ada,” katanya dalam diskusi yang diadakan pada Sabtu (10/6/2023).
Tidak hanya itu, karya-karya Syakieb juga mengingatkannya pada catatan pinggir Goenawan Mohamad. Menurut Citra, ketika membaca tulisan dari sastrawan yang kerap disapa GM itu kita dapat menemukan satu kalimat dengan banyak teori dan sumber rujukan.
Moonlight (120x145 cm2, oil on canvas, 2023) (Sumber gambar: Hypeabis.id/ Yudi Supriyanto)
Citra menuturkan bahwa Moonlight memiliki metafora yang sangat dalam dan secara konteks sosial sangat mengena kepada masyarakat. Syakieb menggunakan simbol wastafel yang berada di antara darat dan laut dengan orang di atas memancing ikan hiu memiliki interpretasi bahwa masalah korupsi sangat sulit dihindari di negeri ini.
Lebih spesifik, wastafel dalam lukisan menggambarkan kebiasaan buruk banyak orang yang lari dari tanggung jawab atau 'cuci tangan' setelah melakukan kesalahan.
Adam dan Hawa l 145x145 cm2 l Oil on canvas l 2023. (Sumber gambar: rilis)
Karya lainnya, yakni berjudul Domba-domba (145x145 cm2, oil on canvas, 2023) juga jelas menggambarkan peristiwa pemilihan Gubernur DKI Jakarta yang penuh dengan muatan agamis, politis, dan sosial lainnya.
“Mengamati karya Syakieb seperti membaca esai atau opini yang sangat kritis terhadap bangsa ini,” kata Citra.
Syakieb berkarya dengan struktur yang dinamis, di mana kita bisa melihat hubungan antara elemen garis dan warna di atas kanvas. Dia juga tampaknya banyak menggunakan elemen klasik nan imajinatif lewat objek manusia dengan proporsi terdistorsi dan benda serta hewan yang melayang.
Dalam sejarah seni rupa, seniman Michelangelo Buonarroti banyak melukiskan makhluk-makhluk tertentu dan benda terbang dengan pendekatan religius. Sementara Syakieb melukiskan makhluk dan benda terbang itu dengan pendekatan modern.
“Saya pikir ini menarik, menggambarkan betapa luas wawasan senimannya. Dia [Syakieb] jelas telah mempelajari banyak hal,” kata Citra.
Dia meyakini, latar belakang Syakieb yang berawal sebagai kolektor turut mendorongnya ingin menciptakan sesuatu yang belum pernah dibuat dalam berkarya dan merupakan bentuk kecerdasan ketika melukiskan gagasan di atas kanvas.
Syakieb telah selesai dengan pembelajaran teknik ketika membuat karya yang terlihat dari langkahnya menggambarkan suatu keinginan yang jauh lebih penting dari detail sebuah karya, sehingga penikmat seni dapat menangkap pesan dari pencipta karya.
Making out in the Sky l 150x150 cm2 l Oil on canvas l 2023. (Sumber gambar: rilis)
Ide dan gagasan tentang karya-karya yang didapat oleh sang seniman dalam karya di pameran ini juga tidak terlepas dari pengalaman sains dan seni yang dimiliki.
"Syakieb pernah kuliah di Universitas Indonesia, eksekutif di beberapa perusahaan telekomunikasi, dan sebagainya. Sehingga circle sangat berpengaruh terhadap kekaryaannya,” katanya.
Menurutnya, habitus dan circle memegang peran penting disamping kecenderungannya berada di dunia akademisi seperti menulis buku. Cara yang sama turut diadaptasi Syakieb dalam membuat karya. Citra juga menilai bahwa apa yang disampaikan Syakieb lewat karya tidak terlepas dari teori psikoanalisis yang dicetuskan Sigmund Freud.
Dalam psikoanalisis itu, seseorang akan merealisasikan apa yang tidak disukanya dalam tindakan lantaran alam bawah sadar secara tidak langsung mempengaruhi tindakan manusia. Menurutnya, ada ketidaksetujuan dari sang seniman terhadap sejumlah hal dalam alam bawah sadar.
Bustle on the Side Road l 145x145 cm2 l Oil on canvas l 2023. (Sumber gambar: rilis)
Syakieb menuturkan bahwa dia memiliki kecenderungan untuk melukis dengan gaya surealisme. Sebagian besar karya surealisnya di Dreams merupakan hasil pengembangan konsep dari sejumlah karya sebelumnya dengan kebudayaan pop.
Salah satu pemicu diri membuat pameran ini adalah studi filsafat yang dilakukannya sejak 2017 sampai 2020. Dalam studi tersebut, sang seniman menemukan bahwa dunia sudah kacau balau dan memedihkan.
Kepedihan dan kekacauan dunia sudah tidak bisa digambarkan dengan cara yang teratur, sehingga muncul dunia yang chaos. “Kita harus membuat dunia baru yang nyaman, yaitu dunia fantasi. Dunia fantasi itu muncul dari alam bawah sadar atau mimpi,” katanya.
Baca juga: 5 Hari Pameran Dreams, Mayoritas Lukisan Syakieb Sungkar Laku Terjual
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.