Makin Moncer, Tren Belanja Produk Lokal Jadi Pilihan Generasi Muda
08 June 2023 |
10:00 WIB
Jenama produk lokal semakin dipercaya masyarakat Indonesia. Semua ini tidak lepas dari inovasi yang dihadirkan dan kualitas yang semakin baik bahkan melebihi produk buatan luar negeri. Tak tanggung-tanggung, kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi nasional pun cukup signifikan selama beberapa tahun terakhir.
Catatan Asia: Markets to Watch 2023 yang diterbitkan WGSN mengungkap bahwa Indonesia menjadi satu dari lima pasar di Asia Pasifik dengan industri ritel yang berkembang cukup pesat. Selain itu Tanah Air juga berhasil memulihkan berbagai sektor industrinya, mulai dari produk consumer goods, ritel, hingga infrastruktur.
Baca juga: 6 Kota di Indonesia dengan Kuliner Lokal Terbaik
Tak hanya itu, menurut catatan Badan Pusat Statistik pada 2022, dampak pembelian produk dalam negeri juga mencapai Rp400 triliun atau berkontribusi cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, yakni sebesar 1,67 persen hingga 1,71 persen.
Sementara itu, berdasarkan data Ipsos Global Trend 2021, 59 persen konsumen di Indonesia tidak setuju bahwa brand global memiliki produk lebih baik daripada brand lokal. Sebanyak 87 persen konsumen pun lebih cenderung untuk memilih membeli produk lokal dibandingkan produk global.
APAC Consultant WGSN Annya Suhardi mengatakan saat ini konsumen Indonesia memang lebih memilih untuk mendukung brand lokal. Tak hanya itu, tren hyperlocalism juga semakin membuka peluang bagi merek dalam negeri untuk saling berkolaborasi menciptakan produk yang memiliki nilai warisan budaya seiring munculnya inisiatif support lokal dari berbagai lini bisnis.
Menurut Annya, sebagai negara berkembang dengan perkembangan industri e-commerce yang masif, Indonesia telah menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia. Bahkan, setelah pandemi, PDB (Produk Domestik Bruto) sejak 2022 pun telah mencapai nilai tertingginya yakni sebesar 5,31 persen dalam kurun waktu sembilan tahun terakhir.
“Inisiatif tersebut juga didukung oleh potensi ekonomi kreator yang masif di kawasan Asia Pasifik dengan nilai belanja US$1 triliun atau setara dengan Rp15 kuadriliun," tuturnya dalam siaran tertulis yang diterima Hypeabis.id, Kamis, (8/6/23).
Adapun hal tersebut salah satunya didukung berbagai brand yang kini bekerja sama dengan content creator guna meningkatkan penjualan dan visibilitas merek. Hal ini terutama untuk menyasar konsumen berusia muda yang kini banyak menunjukkan preferensi berbelanja produk lokal.
Saat ini bahkan sebagian besar perilaku konsumen di kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia juga memiliki preferensi untuk mencari hiburan karena tingginya tuntutan pekerjaan. Laporan WGSN menunjukkan ekonomi kreator akan memainkan peran penting dalam membentuk tren konsumen di Indonesia.
Namun, seiring endemi di kawasan Asia Pasifik serta tingginya kenaikan inflasi dan suku bunga masih tetap memicu kekhawatiran masyarakat mengenai kenaikan biaya hidup. Oleh karena itu, kini banyak konsumen yang tetap cermat memilih preferensi belanja dengan memilih produk lokal karena disebut lebih ekonomis meski tidak kalah dengan produk impor.
Selain itu, dengan tingkat penetrasi internet tinggi juga semakin membuat moncernya produk lokal di kalangan anak muda. Sebab komposisi demografi 52 persen dari 270 juta penduduk Indonesia merupakan kaum milenial dan gen-Z yang mahir menggunakan internet yang akhirnya berdampak terhadap preferensi pemilihan produk lokal.
Baca juga: 5 Brand Fashion Lokal yang Jadi Acuan Milenial dan Gen Z
"Kreativitas pan-Asia yang terinspirasi oleh nostalgia dan gerakan support lokal jua akan menjadi kekuatan brand lokal. Gerakan ini semoga dapat mendorong industri di Tanah Air yang memiliki berbagai nilai budaya lokal untuk mencapai potensi maksimalnya," jelas Vannya.
Editor: Fajar Sidik
Catatan Asia: Markets to Watch 2023 yang diterbitkan WGSN mengungkap bahwa Indonesia menjadi satu dari lima pasar di Asia Pasifik dengan industri ritel yang berkembang cukup pesat. Selain itu Tanah Air juga berhasil memulihkan berbagai sektor industrinya, mulai dari produk consumer goods, ritel, hingga infrastruktur.
Baca juga: 6 Kota di Indonesia dengan Kuliner Lokal Terbaik
Tak hanya itu, menurut catatan Badan Pusat Statistik pada 2022, dampak pembelian produk dalam negeri juga mencapai Rp400 triliun atau berkontribusi cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, yakni sebesar 1,67 persen hingga 1,71 persen.
Sementara itu, berdasarkan data Ipsos Global Trend 2021, 59 persen konsumen di Indonesia tidak setuju bahwa brand global memiliki produk lebih baik daripada brand lokal. Sebanyak 87 persen konsumen pun lebih cenderung untuk memilih membeli produk lokal dibandingkan produk global.
APAC Consultant WGSN Annya Suhardi mengatakan saat ini konsumen Indonesia memang lebih memilih untuk mendukung brand lokal. Tak hanya itu, tren hyperlocalism juga semakin membuka peluang bagi merek dalam negeri untuk saling berkolaborasi menciptakan produk yang memiliki nilai warisan budaya seiring munculnya inisiatif support lokal dari berbagai lini bisnis.
Menurut Annya, sebagai negara berkembang dengan perkembangan industri e-commerce yang masif, Indonesia telah menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia. Bahkan, setelah pandemi, PDB (Produk Domestik Bruto) sejak 2022 pun telah mencapai nilai tertingginya yakni sebesar 5,31 persen dalam kurun waktu sembilan tahun terakhir.
“Inisiatif tersebut juga didukung oleh potensi ekonomi kreator yang masif di kawasan Asia Pasifik dengan nilai belanja US$1 triliun atau setara dengan Rp15 kuadriliun," tuturnya dalam siaran tertulis yang diterima Hypeabis.id, Kamis, (8/6/23).
Adapun hal tersebut salah satunya didukung berbagai brand yang kini bekerja sama dengan content creator guna meningkatkan penjualan dan visibilitas merek. Hal ini terutama untuk menyasar konsumen berusia muda yang kini banyak menunjukkan preferensi berbelanja produk lokal.
Saat ini bahkan sebagian besar perilaku konsumen di kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia juga memiliki preferensi untuk mencari hiburan karena tingginya tuntutan pekerjaan. Laporan WGSN menunjukkan ekonomi kreator akan memainkan peran penting dalam membentuk tren konsumen di Indonesia.
Namun, seiring endemi di kawasan Asia Pasifik serta tingginya kenaikan inflasi dan suku bunga masih tetap memicu kekhawatiran masyarakat mengenai kenaikan biaya hidup. Oleh karena itu, kini banyak konsumen yang tetap cermat memilih preferensi belanja dengan memilih produk lokal karena disebut lebih ekonomis meski tidak kalah dengan produk impor.
Selain itu, dengan tingkat penetrasi internet tinggi juga semakin membuat moncernya produk lokal di kalangan anak muda. Sebab komposisi demografi 52 persen dari 270 juta penduduk Indonesia merupakan kaum milenial dan gen-Z yang mahir menggunakan internet yang akhirnya berdampak terhadap preferensi pemilihan produk lokal.
Baca juga: 5 Brand Fashion Lokal yang Jadi Acuan Milenial dan Gen Z
"Kreativitas pan-Asia yang terinspirasi oleh nostalgia dan gerakan support lokal jua akan menjadi kekuatan brand lokal. Gerakan ini semoga dapat mendorong industri di Tanah Air yang memiliki berbagai nilai budaya lokal untuk mencapai potensi maksimalnya," jelas Vannya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.