Penyebab & Upaya Mengatasi Berat Badan Anak yang Sulit Naik
02 June 2023 |
23:28 WIB
Kondisi berat badan anak yang tidak bertambah sesuai usia atau yang dikenal dengan istilah weight faltering merupakan masalah yang tidak boleh dianggap sepele. Gejala utama dari kondisi ini adalah perkembangan berat badan anak yang kurang dan tidak memenuhi standar kurva pertumbuhan.
Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 yang dirilis Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada awal tahun ini, menunjukkan adanya peningkatan kasus balita yang mengalami berat badan kurang selama 3 tahun terakhir.
Dari hasil SSGI 2022, terdapat 16,3 persen balita yang mengalami berat badan kurang pada 2019, kemudian meningkat jadi 17 persen pada 2021, dan selanjutnya naik lagi menjadi 17,1 persen pada 2022.
Masalah berat badan kurang pada anak ini menjadi salah satu kekhawatiran bagi banyak ahli dan dokter di Indonesia. Pasalnya, kondisi ini merupakan awal mula dari situasi lain yang lebih berbahaya, seperti stunting.
Baca juga: Kenali Alergi Susu Sapi pada Anak
Dokter spesialis anak Tania Paramita menjelaskan bahwa umumnya berat badan anak tidak bertambah sesuai usia di Indonesia adalah karena masalah asupan makan dan nutrisi. Namun, sebagian juga disebabkan oleh penyakit atau kondisi tersembunyi yang dialami anak, seperti penyakit bawaan, infeksi, kekurangan zat besi, dan lainnya.
“Biasanya weight faltering itu pasti keluhannya, ‘kok anak saya BB-nya stuck udah 3-4 bulan’,” ungkap dr. Tania dalam Instagram Live Teman Parenting.
Idealnya, kenaikan berat badan anak selama tiga bulan pertama adalah 750-1000 gram. Pada usia tiga sampai enam bulan, peningkatan berat badan anak idealnya 500-750 gram. Sementara di usia enam sampai sembilan bulan, kenaikan berat badannya 250-500 gram. Kemudian di usia sembilan sampai satu tahun, kenaikannya sekitar 250-300 gram.
Menurut Tania, weight faltering umumnya mulai terjadi pada bayi berusia tiga sampai empat bulan. Jika kondisi ini tidak segera ditangani, lama kelamaan akan berkembang menjadi stunting. “Jadi stunting itu tidak di awal. Stunting itu kondisi dimana tinggi badan anak berada di bawah garis merah yang disebabkan oleh malnutrisi kronis dan berkepanjangan, misalnya sudah enam bulan berat badannya seret,” jelasnya.
Tania juga menjelaskan bahwa pada anak yang lahir prematur, diperlukan pemantauan lebih terhadap berat badannya. Pasalnya, bayi yang lahir sebelum waktunya umumnya memiliki organ yang belum sempurna sehingga fungsinya belum matang. Akibat hal tersebut, umumnya berat badan anak prematur kecil.
“Anak prematur ketika dibawa pulang, kondisinya tidak boleh tidak tumbuh. Harus terus dipantau dan ada kurva pertumbuhannya sendiri sesuai berat badan lahirnya,” jelasnya.
Baca juga: Riwayat Alergi Orang Tua Bisa Menurun ke Anak, Cek Tanda-tandanya
“Ada kok anak kurus yang kondisinya semuanya baik, tapi memang perawakannya saja yang kurus. Gemuk atau kurus itu subjektif,” ungkapnya.
Maka itu, disarankan agar mums di Indonesia lebih peka dan dapat membedakan kondisi anak yang berpotensi disebabkan oleh weight faltering. Orang tua harus mengasah kepekaan untuk melihat apakah berat badan anak bertambah atau tidak, jika terlihat gejalanya, maka disarankan untuk segera melakukan konsultasi dengan dokter.
Tania juga menyampaikan pentingnya mencari second opinion dengan dokter lain jika berat badan anak tidak kunjung naik meskipun sudah coba diatasi. Berkonsultasi langsung dengan dokter sangat krusial untuk mencegah stunting. Dokter akan melakukan pemeriksaan dan memberikan rekomendasi penanganan sesuai dengan kondisi anak.
Baca juga: Cara Tepat Mengenalkan Buku pada Anak, Enggak Perlu Dipaksa Baca
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 yang dirilis Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada awal tahun ini, menunjukkan adanya peningkatan kasus balita yang mengalami berat badan kurang selama 3 tahun terakhir.
Dari hasil SSGI 2022, terdapat 16,3 persen balita yang mengalami berat badan kurang pada 2019, kemudian meningkat jadi 17 persen pada 2021, dan selanjutnya naik lagi menjadi 17,1 persen pada 2022.
Masalah berat badan kurang pada anak ini menjadi salah satu kekhawatiran bagi banyak ahli dan dokter di Indonesia. Pasalnya, kondisi ini merupakan awal mula dari situasi lain yang lebih berbahaya, seperti stunting.
Baca juga: Kenali Alergi Susu Sapi pada Anak
Dokter spesialis anak Tania Paramita menjelaskan bahwa umumnya berat badan anak tidak bertambah sesuai usia di Indonesia adalah karena masalah asupan makan dan nutrisi. Namun, sebagian juga disebabkan oleh penyakit atau kondisi tersembunyi yang dialami anak, seperti penyakit bawaan, infeksi, kekurangan zat besi, dan lainnya.
“Biasanya weight faltering itu pasti keluhannya, ‘kok anak saya BB-nya stuck udah 3-4 bulan’,” ungkap dr. Tania dalam Instagram Live Teman Parenting.
Idealnya, kenaikan berat badan anak selama tiga bulan pertama adalah 750-1000 gram. Pada usia tiga sampai enam bulan, peningkatan berat badan anak idealnya 500-750 gram. Sementara di usia enam sampai sembilan bulan, kenaikan berat badannya 250-500 gram. Kemudian di usia sembilan sampai satu tahun, kenaikannya sekitar 250-300 gram.
Menurut Tania, weight faltering umumnya mulai terjadi pada bayi berusia tiga sampai empat bulan. Jika kondisi ini tidak segera ditangani, lama kelamaan akan berkembang menjadi stunting. “Jadi stunting itu tidak di awal. Stunting itu kondisi dimana tinggi badan anak berada di bawah garis merah yang disebabkan oleh malnutrisi kronis dan berkepanjangan, misalnya sudah enam bulan berat badannya seret,” jelasnya.
Tania juga menjelaskan bahwa pada anak yang lahir prematur, diperlukan pemantauan lebih terhadap berat badannya. Pasalnya, bayi yang lahir sebelum waktunya umumnya memiliki organ yang belum sempurna sehingga fungsinya belum matang. Akibat hal tersebut, umumnya berat badan anak prematur kecil.
“Anak prematur ketika dibawa pulang, kondisinya tidak boleh tidak tumbuh. Harus terus dipantau dan ada kurva pertumbuhannya sendiri sesuai berat badan lahirnya,” jelasnya.
Baca juga: Riwayat Alergi Orang Tua Bisa Menurun ke Anak, Cek Tanda-tandanya
Tidak Semua Anak Kurus Berarti Weight Faltering
Satu hal yang dipercaya banyak masyarakat luas adalah anak kurus pasti mengalami masalah berat badan atau weight faltering. Padahal, Tania menyampaikan bahwa tidak semua anak kurus mengalami kondisi tersebut. Oleh sebab itu, lanjutnya, diperlukan pemeriksaan lebih jauh untuk dilakukan diagnosis.“Ada kok anak kurus yang kondisinya semuanya baik, tapi memang perawakannya saja yang kurus. Gemuk atau kurus itu subjektif,” ungkapnya.
Maka itu, disarankan agar mums di Indonesia lebih peka dan dapat membedakan kondisi anak yang berpotensi disebabkan oleh weight faltering. Orang tua harus mengasah kepekaan untuk melihat apakah berat badan anak bertambah atau tidak, jika terlihat gejalanya, maka disarankan untuk segera melakukan konsultasi dengan dokter.
Tania juga menyampaikan pentingnya mencari second opinion dengan dokter lain jika berat badan anak tidak kunjung naik meskipun sudah coba diatasi. Berkonsultasi langsung dengan dokter sangat krusial untuk mencegah stunting. Dokter akan melakukan pemeriksaan dan memberikan rekomendasi penanganan sesuai dengan kondisi anak.
Baca juga: Cara Tepat Mengenalkan Buku pada Anak, Enggak Perlu Dipaksa Baca
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.