Tua dan Berbeda, Yuk Kenalan dengan 5 Seniman Gaek yang Masih Terus Berkarya Ini
29 May 2023 |
15:00 WIB
Menurut lakon Sophocles, Oedipus at Colonus, urut-urutan nasib terbaik manusia sampai yang mengenaskan adalah tidak pernah dilahirkan, mati muda, dan hidup sampai tua. Di Indonesia, petuah ini pun sempat dipinjam oleh Soe Hok Gie, hingga akhirnya aktivis itu mangkat pada usia muda di Mahameru.
Akan tetapi, Sophocles dan Gie sepertinya lupa bahwa ketuaan tidaklah seragam. Pasalnya, di bawah matahari yang sama ini, masih ada banyak orang-orang tua yang terus mengolah hidup dan memberikan kegembiraan yang meruap melalui karya-karya yang mereka hasilkan, terutama di kalangan seniman.
Baca juga: Rekam Gestur yang Terabaikan Kala Pandemi Ala Seniman Nindityo Adipurnomo
Siapa yang dapat membayangkan sosok gaek Yayoi Kusama masih berkarya di usianya yang menginjak 90 tahun. Tak tanggung-tanggung, seniman nyentrik asal Jepang itu bahkan masih bisa berkolaborasi dengan rumah mode terkenal asal Prancis, Louis Vuitton di saat orang lain mungkin sudah bosan hidup dan menunggu mati.
Namun, tak hanya di negeri Matahari Terbit yang memiliki seniman gaek dan masih terus berkarya. Tanah Air juga tak kehilangan sosok-sosok maestro yang masih setia pada jalan hidup mereka untuk terus mengabadikan estetika di atas kanvas dan dinikmati khalayak.
Dihimpun Hypeabis.id dari berbagai sumber, berikut seniman-seniman sepuh di Indonesia yang bisa dijadikan inspirasi Genhype bahwa umur bukanlah penghalang untuk terus memaknai hidup dengan menghasilkan karya terbaik.
Nama Goenawan Mohamad tentu sudah tidak asing lagi bagi penikmat sastra di Tanah Air. Penyair gaek ini tidak hanya dikenal sebagai esais, tapi juga perupa sekaligus aktivis kebudayaan cerlang dengan segudang karya yang fenomenal. Penulis Catatan Pinggir di majalah Tempo ini merupakan sosok langka dalam kebudayaan Indonesia.
Kendati telah berusia 81 tahun, budayawan kelahiran Batang, Jawa Tengah ini pun belum lama ini juga menggelar pameran tunggal grafis Kitab Hewan: A Book of Beasts di Sikka Gallery, Gianyar Bali, dan Dia.Lo.Gue, Kemang, Jakarta Selatan.
Tak hanya itu, dalam pameran tersebut dia juga meluncurkan buku puisi Di Ujung Bahasa: Antologi Puisi 1961-2022 yang dipilih oleh Laksmi Pamuntjak dan diilustrasikan sendiri oleh GM, panggilan akrabnya. Beberapa pekan lalu dia juga masih berkutat mengenai ide-ide kebangsaan dan masa depan Indonesia saat membuka pameran Reformas!h In Absentia di yayasan mataWaktu.
Sebagai sesepuh di kalangan Nahdliyin, Gus Mus juga dikenal sebagai penyair, budayawan, dan perupa yang masih terus berdaya hidup kendati rambutnya telah memutih. Sosok yang selalu menentramkan hati dengan petuah-petuahnya untuk menghormati liyan itu pun masih trengginas melahirkan karya-karya ciamik.
Belum lama ini Gus Mus juga menggelar pameran tunggal bertajuk Lanskap Gus Mus di OHD Museum, Magelang, Jawa Tengah. Total, dia memamerkan 128 karya lukis yang dibuat dengan beragam media, mulai dari kopi, kerak tembakau, akrilik, tinta, hingga cat minyak.
Mengutip laman Kementerian Agama, pameran yang berlangsung hingga karya-karya dalam pameran seni 12 Juni 2023 itu juga dapat dipahami sebagai metode Gus Mus untuk menyampaikan pesan kepada khalayak. Termasuk isu filosofis seni yang berisikan ragam persoalan, seperti spiritual, sakral, sosial, dan kehidupan berpolitik.
Pelukis gaek asal Yogyakarta ini pun tak bisa dipandang sebelah mata. Kekejaman Orde Baru hingga dia dijebloskan ke penjara pasca tragedi 1965 juga tak menyurutkan langkah tokoh Sanggar Bumi Tarung ini terus menapaki jalannya sebagai pelukis, yang dekat dengan tema-tema kalangan akar rumput.
Ya, berbeda dengan seniman lain yang mengusung tema abstrak, Pekik lebih mengusung aliran realisme revolusioner dengan menghadirkan objek realitas keseharian. Selain itu, isu-isu sosial juga terus berkelindan dalam karya-karya lukisnya yang mencoba mengungkai problem di masyarakat khususnya terhadap kesewenang-wenangan rezim.
Hal itu bisa dilihat misalnya lewat beberapa karyanya yang terkenal seperti Berburu Celeng (1998) yang laku Rp1 Miliar. Kemudian ada juga karya bertajuk Demit 2000 (2001) yang kini menjadi koleksi Galeri Nasional. Karya tersebut menggambarkan sosok penguasa dengan matanya yang melotot sambil memegang pelantang suara.
Tidak banyak seniman perempuan Indonesia yang terus bersetia pada hati untuk berkarya hingga usia memasuki kepala tujuh. Salah satunya tentu Nunung W.S yang dikenal sebagai perupa seni geometris abstrak paling penting di Asia dengan karya-karyanya yang terlihat sederhana tapi menyimpan spiritualitas yang dalam.
Lebih dari lima dekade, pelukis asal Lawang, Jawa Timur itu berpameran di dalam maupun luar negeri, termasuk Belgia, Belanda, Jepang, dan Malaysia. Tak hanya itu, Nunung juga menjadi pendiri Nuansa Indonesia dan pernah jadi dosen tamu di Academie Minerva Groningen, Belanda untuk memaparkan mengenai caranya berekspresi lewat kanvas.
Bagi Nunung, melukis adalah jalan hidup dan lukisan bertema abstrak adalah untuk menyederhanakan realitas. Realitas alam menurut Nunung terbagi dalam dua ruang, yakni alam atas dan bawah yang kemudian bisa diinterpretasikan ulang dalam karya seni.
Nama Butet Kartaredjasa di dunia seni dan hiburan Tanah Air bukanlah kaleng-kaleng. Seniman asal Kota Gudeg itu pun masih terus berkarya, baik sebagai aktor hingga perupa yang eksplorasinya kian mumpuni lewat medium kertas dan pena. Hal ini bisa disimak lewat karya wirid visualnya dengan mengguratkan nama sang empu ke dalam bentuk grafis yang artistik.
Kendati sempat hiatus selama beberapa waktu akibat sakit, putra dari seniman tari Bagong Kussudiardja ini juga kembali meramaikan panggung teater Indonesia dengan tampil di lakon Orang-Orang berbahaya yang disutradarai oleh Agus Noor pada akhir tahun lalu di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Belum lama ini pendiri Indonesia Kita itu juga membuat podcast dengan mengajak Puthut EA untuk merespon kondisi sosial di Tanah Air. Bahkan, dia juga masih sering mondar-mandir dalam berbagai kegiatan kebudayaan dan ikut urun rembug mengenai masa depan Indonesia yang lebih baik.
Baca juga: Helga Stenzel, Seniman yang Ubah Jemuran jadi Karya Unik
Editor: Dika Irawan
Akan tetapi, Sophocles dan Gie sepertinya lupa bahwa ketuaan tidaklah seragam. Pasalnya, di bawah matahari yang sama ini, masih ada banyak orang-orang tua yang terus mengolah hidup dan memberikan kegembiraan yang meruap melalui karya-karya yang mereka hasilkan, terutama di kalangan seniman.
Baca juga: Rekam Gestur yang Terabaikan Kala Pandemi Ala Seniman Nindityo Adipurnomo
Siapa yang dapat membayangkan sosok gaek Yayoi Kusama masih berkarya di usianya yang menginjak 90 tahun. Tak tanggung-tanggung, seniman nyentrik asal Jepang itu bahkan masih bisa berkolaborasi dengan rumah mode terkenal asal Prancis, Louis Vuitton di saat orang lain mungkin sudah bosan hidup dan menunggu mati.
Namun, tak hanya di negeri Matahari Terbit yang memiliki seniman gaek dan masih terus berkarya. Tanah Air juga tak kehilangan sosok-sosok maestro yang masih setia pada jalan hidup mereka untuk terus mengabadikan estetika di atas kanvas dan dinikmati khalayak.
Dihimpun Hypeabis.id dari berbagai sumber, berikut seniman-seniman sepuh di Indonesia yang bisa dijadikan inspirasi Genhype bahwa umur bukanlah penghalang untuk terus memaknai hidup dengan menghasilkan karya terbaik.
1. Goenawan Mohamad
Nama Goenawan Mohamad tentu sudah tidak asing lagi bagi penikmat sastra di Tanah Air. Penyair gaek ini tidak hanya dikenal sebagai esais, tapi juga perupa sekaligus aktivis kebudayaan cerlang dengan segudang karya yang fenomenal. Penulis Catatan Pinggir di majalah Tempo ini merupakan sosok langka dalam kebudayaan Indonesia.Kendati telah berusia 81 tahun, budayawan kelahiran Batang, Jawa Tengah ini pun belum lama ini juga menggelar pameran tunggal grafis Kitab Hewan: A Book of Beasts di Sikka Gallery, Gianyar Bali, dan Dia.Lo.Gue, Kemang, Jakarta Selatan.
Goenawan Moehamad (sumber gambar Hypeabis.id/Prasetyo Agung)
2. Gus Mus
Sebagai sesepuh di kalangan Nahdliyin, Gus Mus juga dikenal sebagai penyair, budayawan, dan perupa yang masih terus berdaya hidup kendati rambutnya telah memutih. Sosok yang selalu menentramkan hati dengan petuah-petuahnya untuk menghormati liyan itu pun masih trengginas melahirkan karya-karya ciamik.Belum lama ini Gus Mus juga menggelar pameran tunggal bertajuk Lanskap Gus Mus di OHD Museum, Magelang, Jawa Tengah. Total, dia memamerkan 128 karya lukis yang dibuat dengan beragam media, mulai dari kopi, kerak tembakau, akrilik, tinta, hingga cat minyak.
Gus Mus (Sumber gambar:IG/ S.Kakung)
3. Djoko Pekik
Pelukis gaek asal Yogyakarta ini pun tak bisa dipandang sebelah mata. Kekejaman Orde Baru hingga dia dijebloskan ke penjara pasca tragedi 1965 juga tak menyurutkan langkah tokoh Sanggar Bumi Tarung ini terus menapaki jalannya sebagai pelukis, yang dekat dengan tema-tema kalangan akar rumput.Ya, berbeda dengan seniman lain yang mengusung tema abstrak, Pekik lebih mengusung aliran realisme revolusioner dengan menghadirkan objek realitas keseharian. Selain itu, isu-isu sosial juga terus berkelindan dalam karya-karya lukisnya yang mencoba mengungkai problem di masyarakat khususnya terhadap kesewenang-wenangan rezim.
Djoko Pekik (Sumber gambar: YouTube IVAA)
4. Nunung W.S
Tidak banyak seniman perempuan Indonesia yang terus bersetia pada hati untuk berkarya hingga usia memasuki kepala tujuh. Salah satunya tentu Nunung W.S yang dikenal sebagai perupa seni geometris abstrak paling penting di Asia dengan karya-karyanya yang terlihat sederhana tapi menyimpan spiritualitas yang dalam.Lebih dari lima dekade, pelukis asal Lawang, Jawa Timur itu berpameran di dalam maupun luar negeri, termasuk Belgia, Belanda, Jepang, dan Malaysia. Tak hanya itu, Nunung juga menjadi pendiri Nuansa Indonesia dan pernah jadi dosen tamu di Academie Minerva Groningen, Belanda untuk memaparkan mengenai caranya berekspresi lewat kanvas.
Nunung WS (sumber gambar Galeri Nasional)
5. Butet Kartaredjasa
Nama Butet Kartaredjasa di dunia seni dan hiburan Tanah Air bukanlah kaleng-kaleng. Seniman asal Kota Gudeg itu pun masih terus berkarya, baik sebagai aktor hingga perupa yang eksplorasinya kian mumpuni lewat medium kertas dan pena. Hal ini bisa disimak lewat karya wirid visualnya dengan mengguratkan nama sang empu ke dalam bentuk grafis yang artistik.Kendati sempat hiatus selama beberapa waktu akibat sakit, putra dari seniman tari Bagong Kussudiardja ini juga kembali meramaikan panggung teater Indonesia dengan tampil di lakon Orang-Orang berbahaya yang disutradarai oleh Agus Noor pada akhir tahun lalu di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Butet Kartaredjasa (sumber gambar Facebook Butet Kartaredjasa)
Baca juga: Helga Stenzel, Seniman yang Ubah Jemuran jadi Karya Unik
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.