Happy Salma dan Nicholas Saputra adalah produser pertunjukan ini (Sumber gambar: Hypeabis.id/ Yudi Supriyanto)

Diproduseri Aktor Nicholas Saputra, Pertunjukan Sudamala: Dari Epilog Calonarang Akan Pentas di Solo

23 May 2023   |   22:21 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Perempuan bernama Walu Nateng Dirah memiliki kekuatan dan ilmu yang luar biasa dan ditakuti banyak orang dan membuat resah raja saat itu, Airlangga. Tidak hanya itu, kekuatan dan ilmu yang dimilikinya juga menjadi penyebab tidak banyak pemuda yang berani mendekati putri semata wayangnya, Ratna Manggali. 

Kondisi itu membuat Walu Nateng Dirah sangat kecewa dan mengekspresikan kepedihannya dengan menebar berbagai wabah. Namun, perasaan itu terobati setelah sang putri menikah dengan seorang pria bernama Mpu Bahula.

Baca juga: Pertunjukan Sandiwara Sunda Boeh Hideung akan Tampil di Gedung Kesenian Miss Tjitjih

Kehidupan pernikahan keduanya tercederai lantaran sang menantu sebenarnya merupakan utusan seorang pendeta kepercayaan Raja Airlangga dan mengambil pustaka sakti miliknya yang pada akhirnya jatuh ke tangan Mpu Bharada. 

Walu Nateng Dirah kecewa dan murka, sehingga menimbulkan wabah yang menyengsarakan banyak orang. Mpu Bharada yang telah mengenali ilmu Walu Nateng Dirah menantang beradu ilmu. Tujuannya agar bencana dan wabah yang melanda tidak ada lagi. 

Cerita di atas adalah sinopsis pertunjukan seni tradisi Sudamala: Dari Epilog Calonarang yang akan diadakan di Pamedan Pura Mangkunegaran, Solo, Jawa Tengah pada 24 dan 25 Juni 2023. Pementasan seni pertunjukan ini merupakan yang kedua setelah pertama kali diadakan di Jakarta pada tahun lalu. 

Produser pertunjukan, Nicholas Saputra mengatakan pemilihan Solo sebagai tempat pertunjukan bukan tanpa sebab. “Kami ingin membawa pentas ini karena ceritanya berasal dari tanah Jawa,” katanya. 

Tidak hanya itu, Solo juga menjadi simbol pusat kebudayaan Jawa yang sebenarnya sangat terbuka untuk segala macam bentuk kebudayaan, termasuk dari daerah lain. 

Di antara berbagai tempat yang ada di Solo, Pamedan Pura Mangkunegaran dinilainya menjadi yang paling pas. Selain keterbukaan yang dimiliki untuk kebudayaan lain, kapasitas juga menjadi alasannya. 

Pemeran karakter Rangga dalam film Ada Apa Dengan Cinta itu berharap dapat menyajikan pertunjukan tradisi kepada masyarakat Solo dan kota lainnya yang memiliki antusiasme tinggi terhadap kesenian. Selain itu, dia juga ingin memperkenalkan kembali Solo ini kepada para pencinta seni pertunjukan dari luar negeri seperti Malaysia dan Singapura yang telah membeli tiket pertunjukan tradisi ini. 

Dalam pertunjukan nanti, Nicholas menuturkan beberapa hal masih akan sama dengan pertunjukan yang pernah diadakan di Gedung Arsip Nasional, Jakarta, seperti dari sisi cerita, nomor musik, dan pemain. Meskipun begitu, dia meyakini cerita ini tetap diminati oleh banyak orang, sehingga berharap kapasitas yang tersedia dapat terisi penuh. 

Menurutnya, pementasan atau teater seperti Sudamala: Dari Epilog Calonarang memiliki penonton yang sangat luas. Saat diselenggarakan di Jakarta dengan tiga kali pementasan, jumlah penonton hanya 500 orang. Kondisi ini membuat potensi penonton baru di pertunjukan pada Juni 2023 masih luas. Selain itu, penonton berulang juga tidak menutup kemungkinan dapat kembali menyaksikan. 

“Saya rasa dengan cerita yang sama, kami masih bisa membawa ini ke kemungkinan-kemungkinan yang lain,” katanya. 

Meskipun masih banyak sejumlah hal yang sama, pementasan yang akan diselenggarakan di Solo nanti juga terdapat beberapa perbedaan, berdasarkan catatan-catatan penyelenggaraan di Jakarta. Terkait catatan itu, Nicholas mengungkapkan akan menjadi kejutan bagi penonton yang pernah menontonnya di Jakarta. 

Dalam pertunjukan nanti, salah satunya, para penonton akan menikmati dua bahasa yang disajikan. Pertama adalah bahasa Kawi. Kedua, bahasa Indonesia yang akan dibawakan oleh pemain lainnya untuk menerjemahkan bahasa Kawi. 

Penggunaan dua bahasa ini adalah sebuah tradisi yang terjadi di Bali. Di Pulau Dewata itu, mereka menggunakan bahasa daerah Bali dan Kawi. 

Kondisi itu mengartikan bahwa pentas seni Calonarang memiliki kelenturan ketika ditampilkan lantaran memiliki tujuan untuk menyampaikan pesan-pesan luhur kepada penonton. 

Pada saat yang sama, Produser Happy Salma menuturkan, menyajikan seni pertunjukan tradisi ini bukan sesuatu yang mudah mengingat harus menampilkan kesakralan melalui sebuah kesenian. 

“Kami mempersiapkan pertunjukan cukup panjang dan sulit [Sebelum dibawa ke Jakarta],” katanya. 

Dalam proses persiapan yang pernah dilakukan, sejumlah kegiatan calonarang yang ada di Bali diikuti. Dia mengungkapkan, Nicholas bahkan mengikuti kegiatan sampai waktu subuh. 

Dia menuturkan, pertunjukan calonarang yang biasanya ditampilkan kepada para turis memiliki perbedaan dengan yang dilakukan oleh masyarakat sebagai adat. 

Tidak hanya itu, dirinya juga harus mengerucutkan waktu asli pementasan dari enam jam menjadi dua jam. Untuk itu, akademisi, budayawan, dan pelaku calonarang dilibatkan. 

Dia mengingatkan, pertunjukan calonarang pertama kali dibawa keluar dari Bali pada  1931, yakni Prancis. Di sana, pertunjukan ini memberi perspektif baru tentang seni teater dan musik yang ada di Eropa. 

Kondisi itu mengingatkan semua pihak yang kerap memandang segala sesuatu yang berasal dari luar negeri lebih agung bahwa puluhan tahun lalu leluhur Indonesia sudah mengajarkan orang di luar negeri dan mampu memberikan perspektif yang lain tentang seni teater dan musik. 

“Kami ingin pertunjukan nanti itu mengingatkan kita bahwa kita sangat keren. Leluhur kita luar biasa jenius,” Katanya. 

Baca juga: Menjaga Minat & Bakat Generasi Muda lewat Seni Pertunjukan Sound of Miracle

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Lokasi & Aksesibilitas Kesehatan Jadi Hal Penting, FIT HUB Tambah Lokasi Gym ke-50

BERIKUTNYA

Review The Road to Red Restaurant List, Sebuah Serial Kuliner yang Seru dan Hangat

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: