Menjaga Minat & Bakat Generasi Muda lewat Seni Pertunjukan Sound of Miracle
03 April 2023 |
06:30 WIB
Jengkel dan kesal adalah perasaan yang dialami oleh Atlas kepada sang adik, Amara. Bukan tanpa sebab, diari yang bercerita tentang kehidupan pribadi dibaca olehnya meskipun sudah dilarang. Namun begitu, keduanya memiliki rasa saling menyayangi antara satu sama lain sebagai saudara kandung.
Suatu hari, mereka terjebak dalam dunia yang penuh dengan kurcaci dan penyihir setelah membaca mantra yang tertera di sebuah buku berwarna emas yang diberikan oleh sang ibu. Kemudian, dia membuka buku itu.
“Open the book,” kata Atlas. Lalu, giliran Amara yang pergi ke dunia itu setelah menemukan buku berwarna emas tergeletak di atas lantai dan sang kakak menghilang.
Baca juga: Pergulatan Batin Perempuan dalam Pertunjukan Teater Boneka "Jalinan Kusam di Lemari Sosi"
Di dalam dunia yang baru, keduanya harus bertemu dengan penyihir bernama Silver Maggie. Wajah Atlas yang mirip dengan Silve Auggie membuat Maggie berusaha menahan agar tetap berada di dunia saat ini dan tidak kembali ke dunia manusia.
Tindakan itu bukan tanpa sebab. Sang penyihir ternyata mengingat sang adik yang pergi ke dunia manusia dan tidak kembali lantaran kecelakaan. Buku yang dibawa oleh Auggie kemudian diambil oleh ibu Atlas dan Amara Membyang pada akhirnya diberikan kepada sang kakak.
Mengalami penolakan, Maggie marah dan mengeluarkan kekuatannya, sehingga membuat Atlas harus terjatuh dan tidak sadarkan diri. Kondisi ini membuat Amara dan Maggie khawatir dengan keadaannya. Atlas dan sang adik dapat kembali ke dunianya melalui buku ajaib bersama sang adik setelah membaca mantra yang diberitahukan oleh Maggie.
Suatu hari, mereka terjebak dalam dunia yang penuh dengan kurcaci dan penyihir setelah membaca mantra yang tertera di sebuah buku berwarna emas yang diberikan oleh sang ibu. Kemudian, dia membuka buku itu.
“Open the book,” kata Atlas. Lalu, giliran Amara yang pergi ke dunia itu setelah menemukan buku berwarna emas tergeletak di atas lantai dan sang kakak menghilang.
Baca juga: Pergulatan Batin Perempuan dalam Pertunjukan Teater Boneka "Jalinan Kusam di Lemari Sosi"
Di dalam dunia yang baru, keduanya harus bertemu dengan penyihir bernama Silver Maggie. Wajah Atlas yang mirip dengan Silve Auggie membuat Maggie berusaha menahan agar tetap berada di dunia saat ini dan tidak kembali ke dunia manusia.
Tindakan itu bukan tanpa sebab. Sang penyihir ternyata mengingat sang adik yang pergi ke dunia manusia dan tidak kembali lantaran kecelakaan. Buku yang dibawa oleh Auggie kemudian diambil oleh ibu Atlas dan Amara Membyang pada akhirnya diberikan kepada sang kakak.
Mengalami penolakan, Maggie marah dan mengeluarkan kekuatannya, sehingga membuat Atlas harus terjatuh dan tidak sadarkan diri. Kondisi ini membuat Amara dan Maggie khawatir dengan keadaannya. Atlas dan sang adik dapat kembali ke dunianya melalui buku ajaib bersama sang adik setelah membaca mantra yang diberitahukan oleh Maggie.
Cerita itu ditampilkan dengan apik dalam pertunjukan teater musikal bertajuk Flipped yang merupakan bagian dalam Sound of Miracle III – The Miracles of 5 Tales. Diadakan di Ciputra Artpreneur dari 1 sampai 2 April 2023, karya seni pertunjukan teater musikal ini mendapatkan arahan dari dari sutradara muda bernama Nadine Abigail.
Wanita yang baru menginjak usia 16 ini mengatakan, cerita bertajuk Flipped sudah ada sejak dua tahun lalu. Pada saat itu, kisah tentang kakak dan adik ini diangkat dalam produksi daring. Dengan sejumlah perubahan, cerita ini kembali diangkat untuk dipentaskan secara luring.
Bersama dengan seorang kawan, Nadine tidak akan tahu jika pada akhirnya Filpped akan bercerita tentang sebuah keluarga. Keinginan awalnya adalah membuat sebuah kisah seni pertunjukan teater musikal fantasi.
“Cuma aku awalnya fantasi, makanya ada Silver Maggie yang merupakan penyihir, dan juga ada kurcaci. Cuma, kalau cerita cinta kurang cocok dengan fantasi,” katanya kepada Hypeabis.id.
Ide untuk mengangkat tema keluarga kemudian muncul seiring waktu karena pengalaman pribadi yang kerap bertengkar dengan sang kakak dan pada akhirnya tetap berbaikan atau kembali walaupun perselisihan kerap terjadi.
Dua tahun berselang, Flipped dipentaskan secara luring di Ciputra Artpreneur bersama dengan cerita lainnya dalam tema besar Sound of Miracle. Sebelum dipentaskan, dirinya bersama dengan semua pihak yang terlibat melakukan persiapan sekitar 2 – 3 bulan, dari pemilihan pemain, koreografi, nomor musik yang akan dimainkan, dan sebagainya.
Dia menuturkan, waktu adalah tantangan yang dihadapi dalam melakukan persiapan. “Kebetulan aku punya kesibukan lain, ketua Osis, dan ada prioritas lain yang kadang mengganggu latihan. Terus, mereka anak-anak sibuk juga. Ada yang suka berkarya. Jadi, suka ada keigatan syuting, latihan menari, dan sebagainya,” katanya.
Menurutnya, Flipped adalah seni pertunjukan teater musikal pertama secara luring yang diarahkannya. Kecintaan terhadap seni ini membuatnya dapat menjalani peran sebagai seorang sutradara yang mengarahkan para pemain.
Tidak hanya itu, pemilihan para pemain juga dilakukannya. Para pemain yang terlibat dalam pertunjukan luring ini adalah pemain yang sama sekali berbeda dengan penampilan yang pernah diadakan secara daring. Hanya karakter ibu dan pembantu yang masih sama.
Dari sisi pertunjukan, sejumlah adegan juga mengalami perubahan. Beberapa di antaranya masih dipertahankan untuk dipentaskan di ajang ini. Sementara sejumlah adegan lainnya ditiadakan.
Founder & CEO Hi Jakarta Production Riri Kumalasari, dalam catatan program book, menuliskan penyelenggaraan Sound of Miracle III sebagai bentuk untuk mendukung anak-anak terus mengejar mimpi yang dimilikinya.
Dia menambahkan, karya 6 seniman muda dengan rentang usia 13-18 tahun di ajang Sound of Miracle III membuat penyelenggara makin percaya bahwa anak Indonesia sanggup mengejar mimpinya. Pertunjukan ini memperlihatkan bagaimana mereka berusaha dengan maksimal merancang seluruh konsep hingga terealisasikan pada 1 dan 2 April 2023.
“Kami juga berharap melalui Sound of Miracle III, banyak generasi muda yang terinspirasi untuk makin giat dan semangat dalam meneruskan minat dan bakat mereka di bidang seni pertunjukan,” tulisnya.
Baca juga: Tampil di Teater Musikal Internasional, Dira Sugandi Terlibat dalam Pertunjukan The Jungle Book di Belgia
Bersama dengan seorang kawan, Nadine tidak akan tahu jika pada akhirnya Filpped akan bercerita tentang sebuah keluarga. Keinginan awalnya adalah membuat sebuah kisah seni pertunjukan teater musikal fantasi.
“Cuma aku awalnya fantasi, makanya ada Silver Maggie yang merupakan penyihir, dan juga ada kurcaci. Cuma, kalau cerita cinta kurang cocok dengan fantasi,” katanya kepada Hypeabis.id.
Ide untuk mengangkat tema keluarga kemudian muncul seiring waktu karena pengalaman pribadi yang kerap bertengkar dengan sang kakak dan pada akhirnya tetap berbaikan atau kembali walaupun perselisihan kerap terjadi.
Dua tahun berselang, Flipped dipentaskan secara luring di Ciputra Artpreneur bersama dengan cerita lainnya dalam tema besar Sound of Miracle. Sebelum dipentaskan, dirinya bersama dengan semua pihak yang terlibat melakukan persiapan sekitar 2 – 3 bulan, dari pemilihan pemain, koreografi, nomor musik yang akan dimainkan, dan sebagainya.
Dia menuturkan, waktu adalah tantangan yang dihadapi dalam melakukan persiapan. “Kebetulan aku punya kesibukan lain, ketua Osis, dan ada prioritas lain yang kadang mengganggu latihan. Terus, mereka anak-anak sibuk juga. Ada yang suka berkarya. Jadi, suka ada keigatan syuting, latihan menari, dan sebagainya,” katanya.
Menurutnya, Flipped adalah seni pertunjukan teater musikal pertama secara luring yang diarahkannya. Kecintaan terhadap seni ini membuatnya dapat menjalani peran sebagai seorang sutradara yang mengarahkan para pemain.
Tidak hanya itu, pemilihan para pemain juga dilakukannya. Para pemain yang terlibat dalam pertunjukan luring ini adalah pemain yang sama sekali berbeda dengan penampilan yang pernah diadakan secara daring. Hanya karakter ibu dan pembantu yang masih sama.
Dari sisi pertunjukan, sejumlah adegan juga mengalami perubahan. Beberapa di antaranya masih dipertahankan untuk dipentaskan di ajang ini. Sementara sejumlah adegan lainnya ditiadakan.
Founder & CEO Hi Jakarta Production Riri Kumalasari, dalam catatan program book, menuliskan penyelenggaraan Sound of Miracle III sebagai bentuk untuk mendukung anak-anak terus mengejar mimpi yang dimilikinya.
Dia menambahkan, karya 6 seniman muda dengan rentang usia 13-18 tahun di ajang Sound of Miracle III membuat penyelenggara makin percaya bahwa anak Indonesia sanggup mengejar mimpinya. Pertunjukan ini memperlihatkan bagaimana mereka berusaha dengan maksimal merancang seluruh konsep hingga terealisasikan pada 1 dan 2 April 2023.
“Kami juga berharap melalui Sound of Miracle III, banyak generasi muda yang terinspirasi untuk makin giat dan semangat dalam meneruskan minat dan bakat mereka di bidang seni pertunjukan,” tulisnya.
Baca juga: Tampil di Teater Musikal Internasional, Dira Sugandi Terlibat dalam Pertunjukan The Jungle Book di Belgia
Sound of Miracle III merupakan bentuk kolaborasi antara HI Jakarta Production dan Ciputra Artpreneur. Selain Flipped, contoh tema lainnya dalam pertunjukan ini adalah Untold, Intertwined, Kandita, Melangkah, dan sebagainya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.