Ilustrasi ruam sifiis. (Sumber gambar : Freepik)

6 Fakta Sifilis, Penyakit Raja Singa yang Tembus 20.000 Kasus di Indonesia

11 May 2023   |   18:38 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Kemudian pada tahap sifilis laten, biasanya kondisi sebelumnya tidak diobati karena pasien tidak memiliki gejala. Tahap laten bisa berlangsung selama bertahun-tahun. Tanda dan gejala mungkin tidak pernah kembali, atau penyakit dapat berlanjut ke tahap ketiga (tersier).

Tahap sifilis tersier terjadi ketika orang yang terinfeksi sifilis tidak mendapatkan pengobatan kemudian mengalami komplikasi. Pada stadium akhir, penyakit ini dapat merusak otak, saraf, mata, jantung, pembuluh darah, hati, tulang, dan persendian. Masalah ini dapat terjadi bertahun-tahun setelah infeksi awal yang tidak diobati.

Ada pula neurosifilis yang terjadi pada tahap apapun. Ini ketika sifilis dapat menyebar, seperti menyebabkan kerusakan pada otak dan sistem saraf, serta mata. Terakhir, terdapat gejala sifilis bawaan.

Bayi yang lahir dari wanita yang menderita sifilis dapat terinfeksi melalui plasenta atau selama kelahiran. Sebagian besar bayi baru lahir dengan sifilis kongenital tidak menunjukkan gejala, meskipun beberapa mengalami ruam di telapak tangan dan telapak kaki.

Tanda dan gejala selanjutnya mungkin termasuk ketulian, kelainan bentuk gigi dan hidung pelana, di mana jembatan hidung runtuh. Namun, bayi yang lahir dengan sifilis juga bisa lahir terlalu dini, bisa meninggal dalam kandungan sebelum lahir, atau bisa meninggal setelah lahir. “Salah satu solusi ibu lahir caesar,” ucap Spesialis Andrologi dan Seksologi dari RS Pondok Indah dr. SIlvia Werdhy Lestari kepada Hypeabis.id.

4. Dampak Sifilis

Konsekuensi akibat IMS termasuk sifilis cukup banyak, misalnya infertilitas akibat gonore, angka kelahiran mati meningkat, bayi lahir cacat, serta infeksi human papillomavirus sebagai pencetus kanker mulut rahim yang juga menjadi penyebab kematian yang cukup besar saat ini. “Bisa menyebabkan penyumbatan atau infertilitas,” imbuhnya.

5. Tingkatkan Risiko HIV

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan Imran Pambudi menerangkan sifilis termasuk ke dalam infeksi menular seksual (IMS). Sifilis dapat meningkatkan risiko tertular HIV sampai 300 kali lipat.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV mencapai 35 persen. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan kasus HIV pada kelompok lainnya seperti suami pekerja seks dan kelompok lelaki seks dengan lelaki (LSL).

“Aktivitas ini telah menyumbang sekitar 30 persen penularan dari suami ke istri. Dampaknya, kasus HIV baru pada kelompok ibu rumah tangga bertambah sebesar 5.100 kasus setiap tahunnya,” ungkap Syahril.

Bisa dikatakan, epidemi HIV khususnya di Indonesia sangat berkaitan dengan peningkatan kasus sifilis, baik di populasi kunci maupun pada populasi umum. 

6. Cara Mencegah 

Imran menyebut ada beberapa cara untuk menurunkan risiko penularan sifilis. Satu-satunya cara pasti untuk menghindari sifilis adalah dengan menghindari (tidak) berhubungan seks. 

Kemudian, menghindari berganti ganti pasangan seksual. Penggunaan kondom dapat mengurangi risiko tertular sifilis, tetapi hanya jika kondom menutupi luka sifilis.

Cara mencegah lainnya yakni dengan menghindari narkoba. Penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan lain dapat mendorong kamu pada praktik seksual yang tidak aman.

Baca juga:Hari Lupus Sedunia 2023: Mengenal Lebih Dekat Gejala dan Pemicu Penyakit Autoimun Ini

Jika tes menunjukkan kamu terinfeksi sifilis, Imran menyarankan untuk memberi tahu pasangan. Dengan begitu, pasangan dapat melakukan tes untuk mendeteksi penularan sehingga bisa mendapatkan pengobatan lebih awal.

Editor: M R Purboyo
1
2


SEBELUMNYA

Penuhi Kebutuhan Visual Anak Muda, Kamera Telefoto Smartphone Makin Digemari 

BERIKUTNYA

Lagu Menemukanmu Jadi Debut Andre Dinuth Jalani Duo Bareng Istri

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: