6 Fakta Sifilis, Penyakit Raja Singa yang Tembus 20.000 Kasus di Indonesia
11 May 2023 |
18:38 WIB
Penyakit sifilis tengah merajalela di Indonesia. Kasusnya dilaporkan meningkat dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (2016-2022). Pada 2022, tercatat 20.783 penduduk di Tanah Air menderita penyakit yang disebut sebagai Raja Singa ini.
Dari data yang dikumpulkan Kementerian Kesehatan, rata-rata penambahan kasus setiap tahunnya mencapai 17.000 hingga 20.000 kasus. Kasus paling banyak, yakni 63 persen, terjadi pada masyarakat usia 25-49 tahun. Kemudian 23 persen dialami oleh kelompok usia 20-24 tahun.
Sebanyak 6 persen dialami kelompok usia 15-19 tahun, 5 persen usia di atas 50 tahun, 3 persen anak usia di bawah 4 tahun, dan 0,24 persen usia 5-14 tahun.
Adapun untuk kelompok populasi terbesar terjadi pada kelompok lelaki seks dengan lelaki (LSL) sebanyak 28 persen. Di posisi kedua yakni ibu hamil sebanyak 27 persen.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr. Muhammad Syahril menjabarkan persentase pengobatan pada pasien sifilis masih rendah. Pasien ibu hamil dengan sifilis yang diobati hanya sekitar 40 pasien. Sisanya, sekitar 60 persen tidak mendapatkan pengobatan dan berpotensi menularkan dan menimbulkan cacat pada anak yang dilahirkan.
“Rendahnya pengobatan dikarenakan adanya stigma dan unsur malu,” ujar Syahril dalam keterangannya, dikutip Hypeabis.id, Kamis (11/5/2023).
Dia menyebut, dari lima juta kehamilan setiap tahunnya, hanya 25 persen ibu hamil yang diskrining sifilis. “Dari 1,2 juta ibu hamil sebanyak 5.590 ibu hamil positif sifilis,” ungkapnya.
Sebagai kewaspadaan dini, berikut fakta-fakta sifilis yang perlu kamu ketahui.
1. Proses Terjadinya Sifilis
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan Imran Pambudi menjelaskan bahwa bakteri yang dapat menyebabkan penyakit sifilis adalah jenis Treponema pallidum. Bakteri tersebut menginfeksi tubuh manusia melalui luka di alat kelamin, anus, bibir, maupun mulut.
Penularan sifilis dipicu oleh aktivitas seksual yang dilakukan oleh penderitanya, seperti penetrasi, seks oral, atau seks anal. Oleh karena itu sifilis merupakan penyakit menular yang dapat dicegah dengan menggunakan alat pengaman, seperti kondom, saat melakukan aktivitas seksual berisiko.
Selain itu, sifilis adalah penyakit yang juga berpotensi ditularkan dari ibu hamil penderita ke bayinya. Sifilis bawaan pada bayi baru lahir disebut dengan istilah sifilis kongenital.
2. Faktor Risiko
Risiko sifilis tergantung dari kebiasaan aktivitas seksual. Sifilis bisa ditularkan melalui hubungan seks berisiko tanpa kondom, berhubungan seks dengan banyak pasangan, dan pria yang berhubungan seks dengan sesama jenis.
3. Gejala
Mengutip Mayo Clinic, sifilis berkembang secara bertahap dan gejala bervariasi pada setiap tahap yang mungkin tumpang tindih. Pada tahap sifilis primer, tanda pertamanya berupa luka kecil yang disebut chancre (SHANG-kur). Luka muncul di tempat bakteri masuk ke tubuh,
Chancre biasanya berkembang sekitar tiga minggu setelah paparan. Banyak orang yang menderita sifilis tidak memperhatikan chancre karena biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, dan mungkin tersembunyi di dalam vagina atau rektum. Luka akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu tiga sampai enam minggu.
Adapun tahap sifilis sekunder, ketika dalam beberapa minggu setelah penyembuhan chancre asli, penderita mungkin mengalami ruam yang dimulai di batang tubuh dan akhirnya menutupi seluruh tubuh, bahkan telapak tangan dan telapak kaki.
Baca juga: Waspada Leukemia, Penyakit Kanker Darah yang Sempat Dirahasiakan Iqbal Pakula
Ruam ini biasanya tidak gatal dan bisa disertai luka seperti kutil di mulut atau area genital. Beberapa orang juga mengalami kerontokan rambut, nyeri otot, demam, sakit tenggorokan, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Tanda dan gejala ini dapat hilang dalam beberapa minggu atau berulang kali datang dan pergi selama setahun.
Dari data yang dikumpulkan Kementerian Kesehatan, rata-rata penambahan kasus setiap tahunnya mencapai 17.000 hingga 20.000 kasus. Kasus paling banyak, yakni 63 persen, terjadi pada masyarakat usia 25-49 tahun. Kemudian 23 persen dialami oleh kelompok usia 20-24 tahun.
Sebanyak 6 persen dialami kelompok usia 15-19 tahun, 5 persen usia di atas 50 tahun, 3 persen anak usia di bawah 4 tahun, dan 0,24 persen usia 5-14 tahun.
Adapun untuk kelompok populasi terbesar terjadi pada kelompok lelaki seks dengan lelaki (LSL) sebanyak 28 persen. Di posisi kedua yakni ibu hamil sebanyak 27 persen.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr. Muhammad Syahril menjabarkan persentase pengobatan pada pasien sifilis masih rendah. Pasien ibu hamil dengan sifilis yang diobati hanya sekitar 40 pasien. Sisanya, sekitar 60 persen tidak mendapatkan pengobatan dan berpotensi menularkan dan menimbulkan cacat pada anak yang dilahirkan.
“Rendahnya pengobatan dikarenakan adanya stigma dan unsur malu,” ujar Syahril dalam keterangannya, dikutip Hypeabis.id, Kamis (11/5/2023).
Dia menyebut, dari lima juta kehamilan setiap tahunnya, hanya 25 persen ibu hamil yang diskrining sifilis. “Dari 1,2 juta ibu hamil sebanyak 5.590 ibu hamil positif sifilis,” ungkapnya.
Sebagai kewaspadaan dini, berikut fakta-fakta sifilis yang perlu kamu ketahui.
Tahapan sifilis (Sumber: Kemenkes)
1. Proses Terjadinya Sifilis
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan Imran Pambudi menjelaskan bahwa bakteri yang dapat menyebabkan penyakit sifilis adalah jenis Treponema pallidum. Bakteri tersebut menginfeksi tubuh manusia melalui luka di alat kelamin, anus, bibir, maupun mulut.
Penularan sifilis dipicu oleh aktivitas seksual yang dilakukan oleh penderitanya, seperti penetrasi, seks oral, atau seks anal. Oleh karena itu sifilis merupakan penyakit menular yang dapat dicegah dengan menggunakan alat pengaman, seperti kondom, saat melakukan aktivitas seksual berisiko.
Selain itu, sifilis adalah penyakit yang juga berpotensi ditularkan dari ibu hamil penderita ke bayinya. Sifilis bawaan pada bayi baru lahir disebut dengan istilah sifilis kongenital.
2. Faktor Risiko
Risiko sifilis tergantung dari kebiasaan aktivitas seksual. Sifilis bisa ditularkan melalui hubungan seks berisiko tanpa kondom, berhubungan seks dengan banyak pasangan, dan pria yang berhubungan seks dengan sesama jenis.
3. Gejala
Mengutip Mayo Clinic, sifilis berkembang secara bertahap dan gejala bervariasi pada setiap tahap yang mungkin tumpang tindih. Pada tahap sifilis primer, tanda pertamanya berupa luka kecil yang disebut chancre (SHANG-kur). Luka muncul di tempat bakteri masuk ke tubuh,
Chancre biasanya berkembang sekitar tiga minggu setelah paparan. Banyak orang yang menderita sifilis tidak memperhatikan chancre karena biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, dan mungkin tersembunyi di dalam vagina atau rektum. Luka akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu tiga sampai enam minggu.
Adapun tahap sifilis sekunder, ketika dalam beberapa minggu setelah penyembuhan chancre asli, penderita mungkin mengalami ruam yang dimulai di batang tubuh dan akhirnya menutupi seluruh tubuh, bahkan telapak tangan dan telapak kaki.
Baca juga: Waspada Leukemia, Penyakit Kanker Darah yang Sempat Dirahasiakan Iqbal Pakula
Ruam ini biasanya tidak gatal dan bisa disertai luka seperti kutil di mulut atau area genital. Beberapa orang juga mengalami kerontokan rambut, nyeri otot, demam, sakit tenggorokan, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Tanda dan gejala ini dapat hilang dalam beberapa minggu atau berulang kali datang dan pergi selama setahun.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.