Pameran Tunggal Goenawan Mohamad “Kitab Hewan / A Book of Beasts". (Sumber gambar: Instagram/ Dia.Lo.Gue.)

Profil Goenawan Mohamad Penyair Multitalenta Indonesia

11 May 2023   |   06:00 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Like
Nama Goenawan Mohamad tentu sudah tidak asing lagi bagi penikmat sastra. Penyair gaek ini tidak hanya dikenal sebagai esais, tapi juga perupa sekaligus aktivis kebudayaan cerlang dengan segudang karya yang fenomenal. Penulis Catatan Pinggir ini merupakan sosok langka dalam kebudayaan Indonesia.

Mas Goen, panggilan karib Goenawan, adalah penulis esai-esai bernas, penyair sekaligus perupa yang dikenal lewat puisi dan goresannya yang liris di dunia visual.

Goenawan Soesatyo Mohamad adalah anak bungsu dari delapan bersaudara. Dia lahir pada 29 Juli 1941 di Batang, Jawa Tengah. Ayahnya adalah seorang tokoh pergerakan di pesisir utara Jawa yang banyak memberi bacaan bermutu pada GM, panggilan singkatnya untuk menyingkap tabir keilmuan.

Baca juga: Melihat Puisi & Karya Visual Goenawan Mohamad dalam Buku Antologi Puisi Di Ujung Bahasa

Ya, sejak kanak-kanak Goenawan Mohamad memang sudah menjadi kutu buku. Bahkan, sejak kelas 6 SD dia tak pernah luput untuk mendengarkan acara siaran puisi di radio RRI. Minatnya pada sastra juga semakin mengental saat membaca majalah Kisah asuhan H.B Jassin.

Setelah lulus SMA, GM belajar psikologi di Universitas Indonesia, ilmu politik di Belgia, dan menjadi Nieman Fellow di Harvard University, AS. Namun karena di lebih tertarik pada masalah sosial, kebudayaan dan sastra, GM tidak pernah memperoleh gelar dari pendidikan tingginya itu.


Catatan Pinggir

Goenawan Mohamad mulai menulis sejak berusia 17 tahun, lalu  mulai menerjemahkan puisi penyair wanita Amerika, Emily Dickinson. Adapun, karya tersebut diterbitkan dalam buku kumpulan puisi Manifestasi di rubrik kebudayaan Harian Abadi pada dekade 1960-an.

Dari sinilah GM perlahan mulai mengasah bakatnya sebagai penyair dan penulis cempiang. Di antaranya kumpulan puisi Parikesit yang didasarkan dari dunia pewayangan (1969) dan Interlude (1971), yang telah diterjemahkan ke bahasa Belanda, Inggris, Jepang, dan Prancis. 

Sebagian esainya juga terhimpun dalam Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin Kundang (1972), Seks, Sastra, dan Kita (1980). Namun, tulisannya yang populer tentu saja Catatan Pinggir (Caping), sebuah artikel pendek yang dimuat secara mingguan di halaman paling belakang majalah Tempo.

Konsep dari Caping sebenarnya hanya memberikan komentar atau kritik terhadap fenomena di masyarakat. Namun, alih-alih mengambil posisi sentral, Caping justru mengambil posisi tepi dan mengaitkannya dengan berbagai hal, terutama lewat pengetahuan luas GM.

Lebih dari tiga dekade GM terus mengisi kolom Catatan Pinggir yang juga semakin mengukuhkan dirinya sebagai penulis esai terpandang dengan berbagai topik persoalan. Bahkan, hingga saat ini belum ada sosok esais yang konsistensinya dapat mengalahkan GM.

Catatan Pinggir, kini telah dicetak menjadi 7 jilid buku dan diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh Jennifer Lindsay, dalam Sidelines (Lontar Foundation 1994) dan Conversations with Difference. Kritik GM, juga diwarnai keyakinan bahwa tak ada yang final dalam manusia laiknya sajaknya yang berbunyi dengan raung yang tak terserap karang.

Sebagai wartawan kiprah GM dimulai dari redaktur Harian KAMI (1969-1970), redaktur Majalah Horison (1969-1974), pemimpin redaksi Majalah Ekspres (1970-1971), dan pemimpin redaksi Majalah Swasembada (1985).

Selain itu, sejak 1971, Goenawan bersama rekan-rekannya pun mendirikan majalah Tempo, yang mengusung karakter jurnalisme majalah Time. Di sini dia banyak menulis tentang kebudayaan hingga isu politik dengan mengkritik rezim Soeharto yang saat itu banyak menekan demokrasi di Tanah Air.

Tempo pun dianggap pemerintah Orde Baru sebagai oposisi yang merugikan pemerintah sehingga dibredel pada 1994. GM tadinya berharap bisa membangkitkan Tempo lagi lewat PWI, tapi saat organisasi tersebut terkooptasi Orba dia lebih memilih untuk mendukung inisiatif para jurnalis muda yang mendirikan AJI.

Pasca Reformasi pada 1998, majalah Tempo kembali terbit dengan melakukan berbagai perubahan, termasuk jumlah halaman tapi tetap mempertahankan mutunya. Tak lama kemudian, Tempo juga memperluas usahanya dengan menerbitkan surat kabar harian Koran Tempo yang terbit setiap hari meski Mingguannya tetap terbit.


Dari Penyair ke Perupa 

Tidak hanya dikenal sebagai penyair, GM juga merambah sebagai perupa yang telah digelutinya sejak bekerja di majalah Tempo. Hal ini terbukti saat dia memamerkan sederet sketsanya di pelataran Djoko Pekik, Bantul, Yogyakarta pada 2016. 

Sejak dekade itu, Goenawan Mohamad pun terus menghasilkan karya-karya dengan berbagai medium yang dipamerkan di berbagai galeri. Bahkan, dia sudah menghasilkan ratusan karya seni lukisan dan drawing yang banyak diminati kolektor.

Belum lama ini GM juga menggelar pameran tunggal Kitab Hewan: A Book of Beasts di Sikka Gallery, Gianyar Bali, dan Dia.Lo.Gue, Kemang, Jakarta Selatan. Hal itu dilakukan setelah dia mengikuti residensi di studio Devto Printmaking Institute di Ubud, Bali dengan mempelajari teknik intaglio dan litografi pada pertengahan 2022-2023.

"Kecintaan GM pada drawing memang melebihi kecintaannya pada melukis. Jadi, dari dulu itu dia sering corat-coret saat di Tempo. Kecintaan inilah yang berkembang dan memutuskan untuk menjadi perupa pada 2016," papar Srie Malela Mahargasari, kurator pameran. 

Tak hanya itu, dalam pameran tersebut juga diluncurkan buku puisi Di Ujung Bahasa: Antologi Puisi 1961-2022 karya Goenawan Mohamad yang dipilih oleh Laksmi Pamuntjak dan diilustrasikan sendiri oleh GM. 

Adapun dalam aktivisme kebudayaan Mas Goen juga dikenal sebagai sosok di balik berdirinya Komunitas Utan Kayu dan Art Center Salihara di Jakarta yang hingga saat ini dapat disebut sebagai salah satu oase kebudayan di tengah hiruk pikuknya kota metropolitan.

Baca juga: Melihat Karya Seni Cetak Surealistik Nan Sugestif Goenawan Mohamad dalam Pameran Kitab Hewan

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

5 Rekomendasi Game AAA untuk PC & Konsol, Elden Ring sampai Hogwarts Legacy

BERIKUTNYA

Berisiko Ketergantungan, Inhaler Sudah Tidak Direkomendasikan Bagi Pasien Asma

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: