Ilustrasi pertunjukan teater (Sumber gambar: Yiran Ding/Unsplash)

Renegerasi Kelompok Teater di Indonesia Masih Berjalan Alot

10 May 2023   |   22:30 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Perkembangan atau sejarah teater modern di Indonesia telah berlangsung sejak awal abad ke-19. Secara garis besar, sejarah teater modern Tanah Air terbagi dalam empat periode yakni masa perintisan, masa kebangkitan, masa perkembangan teater modern, dan teater Indonesia mutakhir.

Periode teater Indonesia mutakhir diawali setelah 1965, dimana ditandai dengan adanya Dewan Kesenian Jakarta, sayembara naskah dan terjemahan naskah drama asing. Pada masa ini, muncul sejumlah kelompok teater dengan nama-nama tokoh yang menonjol diantaranya Rendra dengan Bengkel Teater, Teguh Karya (Teater Populer),dan Arifin C. Noer (Teater Kecil).

Baca juga: Teater Koma, Sejarah & Kenangan Nano Riantiarno

Namun, acapkali kejayaan beberapa kelompok teater di Tanah Air begitu mengandalkan peran tokoh-tokoh pendirinya yang cenderung memegang kendali penuh baik dalam urusan produksi pertunjukan hingga manajemen internal. Ketika tokoh-tokoh sentral itu tak lagi ada, hilang pula ruh kelompok-kelompok teater tersebut.

Kondisi inilah yang membuat regenerasi begitu penting dalam kelompok teater. Tak hanya sebagai sutradara atau aktor, regenerasi juga perlu menyentuh berbagai bidang dalam seni pertunjukan teater seperti dramaturg, penulis naskah, pekerja panggung, manajemen pengelola, termasuk penonton dan kritikus.

Akan tetapi, di Indonesia, proses regenerasi dalam kelompok teater cenderung jalan di tempat. Sebagian besar kelompok teater di Tanah Air menghadapi jalan yang terjal dalam proses regenerasi karena ekosistem seni pertunjukan teater itu sendiri yang belum berjalan sebagaimana mestinya.

Iswadi Pratama, Pendiri Teater Satu Lampung, mengatakan ekosistem seni pertunjukan di Indonesia belum terbangun baik dari sisi seniman maupun penonton. Menurutnya, tak sedikit kelompok teater sampai saat ini masih jatuh bangun untuk membangun dan membina penonton mereka.

"Karena perhatian sebagian besar kelompok teater masih bagaimana bertahan supaya bisa pentas. Apalagi mereka juga tidak bisa memastikan kapan saja bisa pentas, sehingga penonton itu belum menjadi perhatian untuk dibangun," katanya saat dihubungi Hypeabis.id.

Padahal, di sisi lain, menurut Iswadi, minat kalangan anak muda untuk menggeluti dunia seni pertunjukan teater masih cukup besar. Hanya saja, minat mereka acapkali terbentur dengan belum banyaknya komunitas atau kelompok teater yang bisa mengakomodir dan mengatur pola regenerasi secara  berkelanjutan.
 

Ilustrasi pertunjukan teater (Sumber gambar: Erick Mclean/Unsplash)

Ilustrasi pertunjukan teater (Sumber gambar: Erick Mclean/Unsplash)

Persoalan tersebut hadir lantaran kebanyakan komunitas teater di Indonesia masih belum mampu membina anggota mereka untuk memiliki kemampuan yang mumpuni dalam berbagai bidang di seni pertunjukan teater secara aktif dan berkelanjutan. Sebaliknya, dalam menggarap satu produksi pertunjukan, mereka juga kerap menghadirkan aktor dari luar komunitas.

Pada kesempatan terpisah, Dosen Teater di Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta Surabaya Roci Marciano sepakat bahwa proses regenerasi di kelompok teater masih berjalan alot di Indonesia. Hal ini, paparnya, dikarenakan profesi dalam seni teater belum mencapai pada titik yang profesional dan memberikan penghasilan yang bisa menopang para pegiatnya. Kondisi ini pun tidak terlepas dari belum terbangunnya ekosistem seni teater di Indonesia.

Namun, di sisi lain, sebagai praktisi sekaligus akademisi teater, dia juga meneliti adanya kemungkinan bahwa justru tenaga profesional teater yang baik mungkin saja dapat menciptakan regenerasi teater yang baik. "Ada dua kemungkinan regenerasi apakah muncul dari ekosistem atau profesional yang baik," ujarnya.

Baca juga: Lakon AUM & Absurditas Teater Mandiri yang Memukau

Menurut Roci, di Indonesia, di tengah ekosistem yang belum terbangun, kebanyakan orang yang menggeluti seni teater belum sampai pada tahap menjadikan hal tersebut sebagai pilihan pekerjaan profesional mereka. Hal ini dikarenakan panggung seni pertunjukan teater belum sepenuhnya dapat menghidupi mereka.

Padahal, lanjutnya, orang-orang yang menggeluti seni pertunjukan teater sudah semestinya disebut sebagai tenaga profesional yang bisa menjadi motivasi sekaligus menumbuhkan optimisme di kalangan muda agar tertarik untuk menjadi generasi penerus mereka.

Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

5 Biang Keladi yang Bikin Diet Tinggi Protein Gagal Total

BERIKUTNYA

Cara Merawat Aksesori Emas Imitasi Biar Tetap bisa Tampil Mewah & Elegan

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: