Memberikan akses layar berlebih pada anak. Bahayakah? (Sumber gambar: unsplash.com)

Mengenal Virtual Autism: Dampak Screen Time Berlebih pada Anak Pra Sekolah

13 April 2023   |   19:37 WIB

Genhype, mengurus anak memang bukan hal yang mudah, terutama bagi kalangan yang baru menjadi orang tua. Kehadiran si kecil tentu membuat rutinitas harian berubah. Perubahan tersebut membuat kaget para orang tua baru dan mereka biasanya memerlukan waktu untuk beradaptasi.

Terkadang, agar tetap 'waras' tidak sedikit orang tua yang mengambil jalan pintas dengan memberikan tontonan dari tv maupun ponsel. Memberi tontonan layar ke anak memang memudahkan orang tua. Perhatian anak akan terpusat ke layar dan orang tua bisa leluasa beristirahat atau melakukan pekerjaan lainnya. 
 
Akan tetapi ternyata, ada batasan bagi anak ketika melakukan aktivitas screen time. Menurut American Academy of Child & Adolescent Psychiatry , anak usia bayi tidak boleh terpapar layar sampai dengan dia berusia 18 bulan. Saat anak berumur 18 bulan pun, dia baru diperbolehkan melihat layar hanya ketika melakukan video call
 
Saat menginjak usia 2 tahun, anak-anak boleh menonton video edukasi. Namun, pengasuh harus berperan aktif dalam menjelaskan isi video yang ditontonnya. Anak tidak boleh dibiarkan menonton sendirian. Pada saat berumur 3 tahun, batas maksimal pemberian layar pada anak adalah durasi 1 jam saat hari kerja dan durasi 3 jam saat libur.
 
Sayangnya, banyak orang tua yang menganggap sepele aturan tersebut dan memberikan screen time melebihi batas yang dianjurkan. Dampaknya, perkembangan anak terhambat, bahkan ada yang menunjukkan perilaku autis atau yang disebut sebagai autis virtual.
 
Autis Virtual  (Virtual Autism) adalah kondisi mana kala anak di bawah umur dua tahun menunjukkan perilaku autis karena terpapar layar secara berlebihan. Anak-anak tersebut cenderung hiperaktif, sulit untuk fokus, terlambat berbicara, tidak suka interaksi sosial, dan mudah tantrum.
 
Satu riset yang dipublikasikan di laman Frontiers in Psychiatry  menyebutkan bahwa dari 158 anak yang mengikuti penelitian, 101 orang di antaranya didiagnosa mengalami autism spectrum disorder (ASD). Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa anak ASD, mendapat jatah screen time lebih lama dari anak yang berkembang sesuai dengan usianya.
 
Di Jepang  pernah dilakukan penelitian besar-besaran terkait dampak pemberian screen time pada anak di usia 1 tahun. Penelitian tersebut menyatakan bahwa durasi paparan layar saat anak berumur 1 tahun akan mempengaruhi tumbuh kembangnya. Anak yang menunjukkan perilaku ASD saat berumur 3 tahun, memiliki kebiasaan menonton layar lebih sering sejak dia berusia 1 tahun.
 
Penelitian yang dilakukan di Indonesia  juga membuktikan bahwa keterlambatan bicara dan perilaku autis pada anak pra sekolah  erat kaitannya dengan kebiasaan screen time anak dan kurangnya interaksi dengan sekitar. Di Indonesia memang tidak ada data statistik tentang jumlah anak yang mengalami autis virtual. Namun dalam Webinar Hari Peduli Autisme Sedunia pada 2022 lalu.

Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, dr. Maria Endang Sumiwi, MPH memaparkan bahwa setidaknya penderita ASD meningkat sebanyak 500 orang setiap tahunnya.

Autis Virtual

Orang tua dengan anak terindikasi autis virtual pun harus banyak bersabar karena anaknya masuk waiting list untuk terapi di rumah sakit yang menerima BPJS, sedangkan jika ditanggung sendiri, biayanya cukup besar. Oleh sebab itu, orang tua lebih memilih untuk menunggu sambil melakukan terapi mandiri di rumah.
Ternyata, screen time berlebihan sangat berbahaya, terutama untuk anak pra sekolah. Jutaan sel yang seharusnya tumbuh di dalam tubuh anak setiap harinya, tidak bisa berkembang dengan baik karena kelalaian orang tuanya.
 
Jika anak terindikasi autis virtual, orang tua bisa melakukan hal berikut ini:  
 
  1. Berhenti memberi tontonan baik dari televisi maupun ponsel.
  2. Mengenalkan alam kepada anak.
  3. Membiarkan anak bermain dengan teman-teman seumurannya.
  4. Melatih fokus anak dengan bermain puzzle, magnetic tiles, lego, dan berbagai open ended play lainnya.
  5. Melatih gerak oromotor anak dengan latihan mengucapkan huruf vokal, meniup, dan menyedot. 
  6. Membacakan cerita dan melibatkan anak dalam aktivitas sehari-hari. 
  7. Mengenalkan aktivitas fisik.
  8. Melakukan terapi dengan saran dokter tumbuh kembang.
  9. Bergabung dengan komunitas orang tua dengan anak yang mengalami autis virtual. 

Melatih anak yang terlanjur terpapar screen time berlebih merupakan salah satu kesulitan tersendiri. Orang tua harus menstimulasi lagi mulai dari awal karena fondasi yang mestinya dipupuk sejak dini tidak terbentuk sempurna. 
 
Ditambah lagi dengan pendapat sekitar yang membandingkan sang anak dengan sebayanya. Hal ini kerap membuat orang tua, menjadi sulit mengendalikan emosi bahkan sampai depresi. Karenanya, kehadiran support system sangatlah diperlukan. 
 
Percayalah, dengan terapi yang intens, anak dengan indikasi autis virtual kelak akan tumbuh seperti anak-anak pada umumnya.  Apakah Genhype memiliki pengalaman pemberian screen time pada anak dan bagaimana tanggapanmu setelah mengetahui dampak screen time pada anak?
 
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Roni Yunianto

SEBELUMNYA

Auto Gendut Karena Makan Berlebihan Saat Lebaran? Intip 5 Cara Mengatasinya

BERIKUTNYA

Bahaya Terlalu Sering Memakai Celana Jeans Bagi Kesehatan Reproduksi

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: