Sering Buka Puasa dengan Gorengan, Ahli Gizi Ingatkan Risiko Ini
01 April 2023 |
22:43 WIB
Gorengan menjadi kudapan yang paling banyak dicari umat muslim ketika berbuka puasa. Selain harganya yang murah, bakwan, tahu isi, tempe mendoan, risol, pastel, pisang goreng, combro, selalu berhasil menggoyang lidah dan mengisi sejenak perut yang kosong setelah seharian berpuasa.
Di balik rasanya yang bikin nagih, ada risiko kesehatan mengintai ketika kamu sering makan gorengan ketika berbuka puasa. Spesialis Gizi Klinik Eka Hospital Cibubur dr. Imelda Goretti, risiko menerangkan terlalu sering mengonsumsi kadar lemak dan kalori yang tinggi bisa saja datang.
Baca juga: Cek 10 Sajian Khas Ramadan untuk Berbuka, dari Bubur kampiun hingga Kue Putu Mayang
Dia menerangkan makanan yang diproses secara digoreng cenderung memiliki nilai kalori dan lemak yang tinggi. Ketika makanan digoreng, maka makanan tersebut akan kehilangan kadar air yang terkandung di dalamnya dan menyerap lemak berlebih.
Sebagai contoh, 100 gram kentang yang dipanggang akan mengandung 93 kalori dan 0,13 gram lemak, sedangkan pada 100 gram kentang yang digoreng akan mengandung 312 kalori dan 15 gram lemak. Hal ini merupakan sebuah peningkatan yang cukup tinggi dalam makanan.
"Makanan yang memiliki kalori serta lemak yang tinggi akan menyebabkan Anda kesulitan untuk menjaga berat badan dan berisiko untuk obesitas," ujar Imelda dalam keterangannya, Sabtu (1/4/2023).
Makanan yang diproses dengan digoreng juga memiliki risiko untuk menghasilkan zat berbahaya seperti akrilamida. Hal ini diketahui merupakan zat beracun penyebab kanker yang terbentuk dalam makanan selama proses memasak suhu tinggi, seperti menggoreng.
Imelda menuturkan zat tersebut merupakan reaksi kimia dari gula dan asam amino yang disebut asparagine, yang terbentuk di dalam beberapa makanan seperti kentang, daging merah, dan makanan bertepung ketika diproses di suhu tinggi, seperti digoreng.
Sementara itu, karena kadar kalori dan lemak yang tinggi, gorengan juga menyebabkan risiko penyakit yang lebih besar. Beberapa penyakit yang dapat ditimbulkan dari konsumsi gorengan berlebih seperti penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan kanker.
Imelda menyebut gorengan diketahui memiliki pengaruh dalam tekanan darah tinggi, obesitas, dan penyumbatan pembuluh darah, sehingga dapat menyebabkan penyakit jantung. "Ini dikarenakan gorengan memiliki kadar lemak jenuh juga lemak trans yang tinggi sehingga dapat memberikan efek buruk untuk kesehatan jantung," tegasnya.
Mengonsumsi gorengan berlebih juga dapat menyebabkan diabetes tipe 2. Penelitian menemukan orang yang sering mengkonsumsi makanan cepat saji memiliki risiko mengalami resistensi insulin dan menyebabkan diabetes tipe 2.
"Penelitian juga mengungkapkan bahwa gorengan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengembangkan sel kanker daripada jenis makanan lainnya," tambah Imelda.
Oleh karena itu, Imelda menyarankan untuk mengurangi asupan gorengan. Saat berbuka puasa, sebaiknya konsumsi makanan sehat seperti buah kurma, jus buah, dan air putih secukupnya sebelum akhirnya mengonsumsi makanan berat.
"Anda juga bisa mulai merubah pola hidup dengan menggunakan metode masak lain seperti merebus, mengukus, atau memanggang," sarannya.
Sebagai alternatif makanan yang renyah, kamu bisa menggunakan oven maupun air fryer karena bisa mereduksi nilai kalori serta lemak. Penggunaan oven dan air fryer juga dapat mengurangi penggunaan minyak hingga 70–80 persen.
Baca juga: 10 Tip Laris Manis Penjual Kuliner di Bulan Ramadan
Editor: Dika Irawan
Di balik rasanya yang bikin nagih, ada risiko kesehatan mengintai ketika kamu sering makan gorengan ketika berbuka puasa. Spesialis Gizi Klinik Eka Hospital Cibubur dr. Imelda Goretti, risiko menerangkan terlalu sering mengonsumsi kadar lemak dan kalori yang tinggi bisa saja datang.
Baca juga: Cek 10 Sajian Khas Ramadan untuk Berbuka, dari Bubur kampiun hingga Kue Putu Mayang
Dia menerangkan makanan yang diproses secara digoreng cenderung memiliki nilai kalori dan lemak yang tinggi. Ketika makanan digoreng, maka makanan tersebut akan kehilangan kadar air yang terkandung di dalamnya dan menyerap lemak berlebih.
Sebagai contoh, 100 gram kentang yang dipanggang akan mengandung 93 kalori dan 0,13 gram lemak, sedangkan pada 100 gram kentang yang digoreng akan mengandung 312 kalori dan 15 gram lemak. Hal ini merupakan sebuah peningkatan yang cukup tinggi dalam makanan.
"Makanan yang memiliki kalori serta lemak yang tinggi akan menyebabkan Anda kesulitan untuk menjaga berat badan dan berisiko untuk obesitas," ujar Imelda dalam keterangannya, Sabtu (1/4/2023).
Makanan yang diproses dengan digoreng juga memiliki risiko untuk menghasilkan zat berbahaya seperti akrilamida. Hal ini diketahui merupakan zat beracun penyebab kanker yang terbentuk dalam makanan selama proses memasak suhu tinggi, seperti menggoreng.
Imelda menuturkan zat tersebut merupakan reaksi kimia dari gula dan asam amino yang disebut asparagine, yang terbentuk di dalam beberapa makanan seperti kentang, daging merah, dan makanan bertepung ketika diproses di suhu tinggi, seperti digoreng.
Sementara itu, karena kadar kalori dan lemak yang tinggi, gorengan juga menyebabkan risiko penyakit yang lebih besar. Beberapa penyakit yang dapat ditimbulkan dari konsumsi gorengan berlebih seperti penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan kanker.
Imelda menyebut gorengan diketahui memiliki pengaruh dalam tekanan darah tinggi, obesitas, dan penyumbatan pembuluh darah, sehingga dapat menyebabkan penyakit jantung. "Ini dikarenakan gorengan memiliki kadar lemak jenuh juga lemak trans yang tinggi sehingga dapat memberikan efek buruk untuk kesehatan jantung," tegasnya.
Mengonsumsi gorengan berlebih juga dapat menyebabkan diabetes tipe 2. Penelitian menemukan orang yang sering mengkonsumsi makanan cepat saji memiliki risiko mengalami resistensi insulin dan menyebabkan diabetes tipe 2.
"Penelitian juga mengungkapkan bahwa gorengan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengembangkan sel kanker daripada jenis makanan lainnya," tambah Imelda.
Oleh karena itu, Imelda menyarankan untuk mengurangi asupan gorengan. Saat berbuka puasa, sebaiknya konsumsi makanan sehat seperti buah kurma, jus buah, dan air putih secukupnya sebelum akhirnya mengonsumsi makanan berat.
"Anda juga bisa mulai merubah pola hidup dengan menggunakan metode masak lain seperti merebus, mengukus, atau memanggang," sarannya.
Sebagai alternatif makanan yang renyah, kamu bisa menggunakan oven maupun air fryer karena bisa mereduksi nilai kalori serta lemak. Penggunaan oven dan air fryer juga dapat mengurangi penggunaan minyak hingga 70–80 persen.
Baca juga: 10 Tip Laris Manis Penjual Kuliner di Bulan Ramadan
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.