Perajin kain tenun. (Sumber gambar: Tobatenun)

Tobatenun Dorong Perekonomian Masyarakat Desa lewat Bisnis Sosial Kain Tenun Khas Batak

29 March 2023   |   11:05 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Menjalankan bisnis tak melulu soal mengejar keuntungan. Bagi social enterprise atau wirausaha sosial, bisnis juga harus bisa memberikan manfaat untuk kesejahteraan lingkungan sekitarnya baik secara finansial maupun sosial. Sebagai salah satu jenis bisnis, social enterprise selalu berangkat dari misi sosial yang ingin dicapai.

Begitupun yang dilakukan oleh Tobatenun yang berupaya memberikan peluang bagi para perempuan perajin tenun di Sumatera Utara untuk mengembangkan diri di tengah kesulitan ekonomi dan minimnya potensi desa.

Beroperasi sejak 2020, Tobatenun mengedepankan pendekatan holistik antar komunitas perajin di Sumatera Utara melalui edukasi dan pendampingan lewat satu rumah komunitas bernama Jabu Bonang yang berlokasi di Siantar.

Baca juga: Desain Filosofis Wastra Nusantara di Tangan Desainer Muda Hadir di IFW 2023

Sampai saat ini, Tobatenun telah mengembangkan berbagai tenun tradisional Batak maupun tenun bermotif kontemporer dan membuat berbagai produk turunan tenun seperti ready to wear, homedecor, dan aksesoris untuk dipasarkan.

"Kami ingin kriya dari Sumatra Utara ini bisa bersaing dan setidaknya mendapatkan posisi yang bagus di pasar nasional," kata Chief Operating Officer Tobatenun, Melvi Tampubolon, saat diwawancarai Hypeabis.id.

Melvi menjelaskan bahwa secara konkret, sampai saat ini Tobatenun telah menjalankan sembilan program pendidikan dan pelatihan peningkatan kapasitas keterampilan. Mulai dari pewarnaan benang, proses produksi, teknik tenun, menjahit, dan wawasan wirausaha, yang diharapkan dapat berguna untuk mengatasi berbagai tantangan ekonomi dan menambah penghasilan mereka.

Selain itu, untuk memperkuat kapasitas wawasan perempuan, Tobatenun juga memberikan sesi konseling dan advokasi terhadap tindakan kekerasan domestik, yang diharapkan mampu membangun kesadaran kritis terkait peran gender serta hak perempuan terhadap perlindungan sosial, sekaligus meningkatkan kepercayaan diri mereka.

Bukan hanya sebagai penenun terampil yang berwawasan, Tobatenun juga mendorong ruang kewirausahaan agar para penenun mampu mandiri sebagai pelaku ekonomi tenun itu sendiri. Secara keseluruhan hingga saat ini, sebanyak hampir 224 penenun telah menjalankan program penguatan perempuan penenun.

"Jadi pendampingannya itu holistik dan hard skill. Tapi memang yang berdampak langsung dengan penghasilan itu adalah dari segi hard skill. Itulah dua hal yang kami selalu seimbangkan," jelasnya.
 
 

Manajemen SDM

Dalam prosesnya, sumber daya manusia (SDM) di Tobatenun terbagi menjadi dua tim yakni kelompok yang berfokus pada pendampingan dan pelatihan komunitas penenun di Sumatera Utara serta kelompok riset serta pemasaran yang ada di Jakarta.

Dengan begitu, kualitas produk tenun yang dihasilkan mulai dari material hingga variasi warna tetap terjaga, sekaligus memastikan bahwa permintaan dan tren pasarnya juga tetap berkelanjutan. "Sehingga apa yang di hulu dan hilir itu tetap sejalan," kata Melvi.

Sebagai satu social enterprise, Tobatenun memiliki misi utama untuk membangun semangat entrepreneur atau kewirausahaan khususnya pada perempuan penenun di Sumatera Utara.

Dari pendampingan yang dilakukan, diharapkan akan muncul orang-orang yang bisa terus menggerakkan kewirausahaan yang berkelanjutan atau yang disebut sebagai local champion. Dengan begitu, satu komunitas tenun di suatu desa bisa terus berkembang setelah selesai mendapatkan pendampingan.

"Di 2020, local champion kami ada satu orang. Lalu di 2021 berkembang menjadi 5 orang, dan di 2022 ini sudah ada 9 orang. Mereka ini yang terus bergerak," ujarnya.

Melibatkan banyak mitra dan komunitas, Melvi mengatakan bahwa tantangan terbesar dalam menjalankan bisnis Tobatenun adalah dari sisi SDM. Pada awalnya, tak sedikit masyarakat yang merasa skeptis dengan bisnis sosial yang ditawarkan.

Mereka menganggap bahwa program yang akan dijalankan Tobatenun hanya akan bersifat sementara dan tidak berkelanjutan. Namun, seiring waktu, dengan proses pendampingan dan pelatihan yang berjalan dengan konsisten, begitupun dengan permintaan tenun yang terus ada, mereka percaya dan mau ikut terlibat dalam bisnis ini.

Melvi menuturkan bahwa target yang ingin dicapai oleh Tobatenun pada tahun depan yakni terus berinovasi dalam memproduksi kain tenun sekaligus mengolahnya menjadi beragam produk turunannya. Sampai saat ini, Tobatenun sendiri telah memproduksi sebanyak 34 jenis kain tenun dengan beragam motif dan warna.

Setelah meluncurkan 2 koleksi busana tenun, Tobatenun juga akan kembali merilis koleksi terbaru pada tahun ini yang disesuaikan dengan permintaan pasar dari para konsumen. Dengan begitu, para perajin tenun bisa terus produktif dalam menghasilkan produk kain tenun.

"Strategi kami tahun ini ada dua, di inovasi di kain tenun dan di produk turunannya dengan membaca customer insight yang kita dapat," jelasnya.

Untuk menjadi socialpreneur yang bisa terus menjalankan sekaligus meningkatkan bisnisnya secara berkelanjutan, Melvi mengatakan penting untuk terus berpegang teguh pada misi sosial utama yang dari awal ingin dicapai.

Realisasi misi sosial itupun harus terus dievaluasi setiap tahunnya termasuk membuat indikator capaian yang konkret agar dapat merumuskan strategi bisnis yang akan dijalankan.

Sementara dari segi peningkatan usaha, penting bagi seorang socialpreneur untuk terus berinovasi dan mendapatkan customer insight. "Agar apa yang kita lakukan itu tetap sejalan dengan apa yang dibutuhkan oleh konsumen," tambahnya.

Baca juga: Regenerasi Perajin Menjadi Tantangan untuk Keberlanjutan Industri Wastra

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Penyanyi Woro Widowati Muncul di Billboard Times Square, Kenalkan Musik Pop Jawa ke Kancah Dunia

BERIKUTNYA

Begini Strategi Para Artpreneur Tingkatkan Bisnis Seni Pertunjukan & Konser

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: