BMC Bimbingan Ciputra Entrepreneurship Center Gelar Wisuda, Pekerja Migran Harus Punya Bekal Pulang Kampung
24 March 2023 |
03:00 WIB
1
Like
Like
Like
Pemberdayaan pekerja migran Indonesia dibutuhkan, karena tidak selamanya mereka bekerja di sektor tersebut. Suatu saat ada waktunya mereka akan pulang kampung. Di situlah, mereka harus memiliki keterampilan menjalani hidup. Salah satu bekal yang harus mereka miliki adalah kewirausahaan atau entrepreneurship.
Terkait hal ini, Ciputra Entrepreneurship Center (CEC) menyelenggarakan program pelatihan dan sekolah khusus untuk kelompok Buruh Migran Cerdas (BMC). Digelar sejak 2010, program tersebut berjalan di Singapura, Korea, Malaysia, dan Hong Kong.
Pakar entrepreneurship Universitas Ciputra Antonius Tanan mengatakan, program kewirausahaan bagi pekerja migran adalah impian Ir. Ciputra. "Dia [Ciputra] memimpikan suatu saat kelak akan lahir konglomerat baru dari kalangan pekerja migran," katanya saat memberikan materi di acara wisuda kelompok BMC bimbingan Ciputra Entrepreneurship angkatan 10, 11, dan 12, di digelar di First Commercial Building 33 Leighton Road, Causeway Bay, Hong Kong, Minggu (19/3/2023).
Baca juga: Jangan Mudah Nyerah, Ini 3 Kunci Gen z Bisa Menjadi Entrepreneur Sukses
Dalam pemaparannya, dia mengusung topik tentang strategi pulang kampung. Menurutnya, semua pekerja migran akan menjalani hal tersebut pada waktunya. Namun, tidak banyak dari mereka yang siap menjalani masa-masa itu.
"Semua akan pulang kampung kan? Kita ingin pulang kampung dengan baik. Kita semua ingin agar kehidupan dapat dilanjutkan. Kita semua memiliki impian indah saat pulang kampung. Namun pada kenyataannya tidak selalu indah bukan? Oleh karena itu mari berstrategi untuk menghadapinya,"katanya.
Anton mengingatkan bahwa pekerja migran harus dapat melihat peta jalan yang dapat dilalui. Pilih peta jalan tersebut dengan pertimbangan matang. "Siapkan diri untuk hadapi masalah dan tantangan yang mungkin timbul dan lakukanlah persiapan yang terbaik. Peta jalan hidup menjadi acuan bagi seseorang untuk sampai pada satu tujuan," katanya.
Dalam pemaparannya Anton menjelaskan tentang data Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Sumbangan devisa negara dari Pekerja Migran Indonesia (PMI) mencapai Rp130 triliun pada 2021. Nilai tersebut hanya kalah dari devisa yang diberikan oleh sektor minyak dan gas.
Terkait dengan hal tersebut, menurut Anton, PMI telah berkontribusi mendorong berputarnya roda ekonomi di Indonesia. Mereka juga membangunkan rumah, membiayai pendidikan keluarga. Memberikan modal usaha untuk keluarga di kampung. Merawat lansia, membelikan kendaraan bermotor untuk anak.
"Sudah banyak berbuat untuk orang lain. Kini, sudah saatnya anggota BMC terus bersemangat membangun diri dan merawat masa depan sendiri," katanya.
Persoalan lain, sambung Anton, pekerja migran kerap kesulitan memberikan penjelasan kepada keluarga tentang posisi mereka, karena seorang PMI tidak bisa terus menerus menjadi kasir keluarga. "Sebab, pulang kampung pun jadi keharusan. Ketika sudah bertahun-tahun bekerja di Hong Kong."
Anton mengatakan, ketika masih muda, tenaga PMI akan sangat dibutuhkan. Namun begitu mereka menua, maka tidak diperlukan lagi. Oleh sebab itu, pulang kampung pun menjadi keharusan, sehigga bekal menghadapi masa tua perlu dipersiapkan. Mereka bisa menjadi entrepreneur agar dapat mandiri.
"Karena menua itu tidak bisa ditolak. Semua orang akan mengalaminya. Saat usia sudah sangat senior seperti 80 tahun lebih. Maka yang jadi perhatian itu adalah tinggal dengan siapa, biaya dari mana, kesehatan seperti apa. Untuk itu diperlukan persiapan matang dari sekarang," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, pendiri yang juga Ketua BMC Tri Sumiyati, mengatakan untuk wisudawan kali ini jumlahnya 33 orang. Mereka dinyatakan lulus setelah mengikuti program kelas khusus selama satu tahun untuk satu angkatan. Acara itu dihadiri juga puluhan alumni BMC yang sudah lulus sebelumnya.
BMC sudah ada sejak 8 tahun lalu. Sudah 600 lebih almuni yang ikut program kelas belajar dibimbing tim Ciputra Entrepreneurship Center (CEC) dari Universitas Ciputra. Banyak pula dari alumni BMC sudah jadi pengusaha UMKM di kampung halamannya di Indonesia.
"Setiap peserta wajib mengikuti program kelas selama satu tahun untuk satu angkatan. Waktu belajar kami bertemu setiap hari Minggu di taman Kowloon Tong Hong Kong.Memanfaatkan waktu libur untuk belajar bersama dengan para mentor. Sering juga belajar online dengan tim CEC di Indonesia. Sebagai syarat lulus, mereka wajib membuat tugas akhir. Tugas akhir itu dipresentasikan di hadapan tim penguji dari CEC. Peserta yang dinyatakan lulus akan mengikuti wisuda," katanya.
Hadir dalam wisuda tersebut Elfani Prassanti sebagai Konsul Pensosbud KJRI Hong Kong, Sam Jauhari dari Berita Indonesia Hong Kong.
Baca juga: Survei Jobstreet Ungkap Para Pencari Kerja di Indonesia Ingin Pekerjaan Stabil dan Work Life Balance
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Terkait hal ini, Ciputra Entrepreneurship Center (CEC) menyelenggarakan program pelatihan dan sekolah khusus untuk kelompok Buruh Migran Cerdas (BMC). Digelar sejak 2010, program tersebut berjalan di Singapura, Korea, Malaysia, dan Hong Kong.
Pakar entrepreneurship Universitas Ciputra Antonius Tanan mengatakan, program kewirausahaan bagi pekerja migran adalah impian Ir. Ciputra. "Dia [Ciputra] memimpikan suatu saat kelak akan lahir konglomerat baru dari kalangan pekerja migran," katanya saat memberikan materi di acara wisuda kelompok BMC bimbingan Ciputra Entrepreneurship angkatan 10, 11, dan 12, di digelar di First Commercial Building 33 Leighton Road, Causeway Bay, Hong Kong, Minggu (19/3/2023).
Baca juga: Jangan Mudah Nyerah, Ini 3 Kunci Gen z Bisa Menjadi Entrepreneur Sukses
Dalam pemaparannya, dia mengusung topik tentang strategi pulang kampung. Menurutnya, semua pekerja migran akan menjalani hal tersebut pada waktunya. Namun, tidak banyak dari mereka yang siap menjalani masa-masa itu.
"Semua akan pulang kampung kan? Kita ingin pulang kampung dengan baik. Kita semua ingin agar kehidupan dapat dilanjutkan. Kita semua memiliki impian indah saat pulang kampung. Namun pada kenyataannya tidak selalu indah bukan? Oleh karena itu mari berstrategi untuk menghadapinya,"katanya.
(Sumber foto: CEC)
Dalam pemaparannya Anton menjelaskan tentang data Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Sumbangan devisa negara dari Pekerja Migran Indonesia (PMI) mencapai Rp130 triliun pada 2021. Nilai tersebut hanya kalah dari devisa yang diberikan oleh sektor minyak dan gas.
Terkait dengan hal tersebut, menurut Anton, PMI telah berkontribusi mendorong berputarnya roda ekonomi di Indonesia. Mereka juga membangunkan rumah, membiayai pendidikan keluarga. Memberikan modal usaha untuk keluarga di kampung. Merawat lansia, membelikan kendaraan bermotor untuk anak.
"Sudah banyak berbuat untuk orang lain. Kini, sudah saatnya anggota BMC terus bersemangat membangun diri dan merawat masa depan sendiri," katanya.
Persoalan lain, sambung Anton, pekerja migran kerap kesulitan memberikan penjelasan kepada keluarga tentang posisi mereka, karena seorang PMI tidak bisa terus menerus menjadi kasir keluarga. "Sebab, pulang kampung pun jadi keharusan. Ketika sudah bertahun-tahun bekerja di Hong Kong."
Anton mengatakan, ketika masih muda, tenaga PMI akan sangat dibutuhkan. Namun begitu mereka menua, maka tidak diperlukan lagi. Oleh sebab itu, pulang kampung pun menjadi keharusan, sehigga bekal menghadapi masa tua perlu dipersiapkan. Mereka bisa menjadi entrepreneur agar dapat mandiri.
"Karena menua itu tidak bisa ditolak. Semua orang akan mengalaminya. Saat usia sudah sangat senior seperti 80 tahun lebih. Maka yang jadi perhatian itu adalah tinggal dengan siapa, biaya dari mana, kesehatan seperti apa. Untuk itu diperlukan persiapan matang dari sekarang," katanya.
Tentang Program BMC
Dalam kesempatan yang sama, pendiri yang juga Ketua BMC Tri Sumiyati, mengatakan untuk wisudawan kali ini jumlahnya 33 orang. Mereka dinyatakan lulus setelah mengikuti program kelas khusus selama satu tahun untuk satu angkatan. Acara itu dihadiri juga puluhan alumni BMC yang sudah lulus sebelumnya.BMC sudah ada sejak 8 tahun lalu. Sudah 600 lebih almuni yang ikut program kelas belajar dibimbing tim Ciputra Entrepreneurship Center (CEC) dari Universitas Ciputra. Banyak pula dari alumni BMC sudah jadi pengusaha UMKM di kampung halamannya di Indonesia.
"Setiap peserta wajib mengikuti program kelas selama satu tahun untuk satu angkatan. Waktu belajar kami bertemu setiap hari Minggu di taman Kowloon Tong Hong Kong.Memanfaatkan waktu libur untuk belajar bersama dengan para mentor. Sering juga belajar online dengan tim CEC di Indonesia. Sebagai syarat lulus, mereka wajib membuat tugas akhir. Tugas akhir itu dipresentasikan di hadapan tim penguji dari CEC. Peserta yang dinyatakan lulus akan mengikuti wisuda," katanya.
Hadir dalam wisuda tersebut Elfani Prassanti sebagai Konsul Pensosbud KJRI Hong Kong, Sam Jauhari dari Berita Indonesia Hong Kong.
Baca juga: Survei Jobstreet Ungkap Para Pencari Kerja di Indonesia Ingin Pekerjaan Stabil dan Work Life Balance
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.