Melihat Karya Seni Cetak Surealistik Nan Sugestif Goenawan Mohamad dalam Pameran Kitab Hewan
15 March 2023 |
09:30 WIB
1
Like
Like
Like
Intaglio atau teknik cetak dalam sendiri merupakan jenis seni rupa grafis yang pembuatan karyanya menggunakan plat alumunium yang dibentuk menggunakan benda tajam, agar dapat menghasilkan goresan yang dalam. Goresan dalam plat aluminium tersebut diberi tinta dan disapukan pada permukaan kertas yang dibasahi.
Sementara litografi atau teknik cetak datar merupakan teknik cetak yang memanfaatkan plat atau papan cetak datar untuk membuat bagian gambar dan bukan gambar berada pada ketinggian sama. Untuk memisahkannya, cetak datar menggunakan lapisan emulsi yang membuat bagian gambar akan menarik tinta sedangkan bagian bukan gambar akan menolak tinta.
Menurut Goenawan, proses membuat karya dalam dua teknik ini terasa akrab dalam 'mendengarkan' tubuh, dengan jari dan tangan yang berusaha pas memegang jarum dan pisau untuk memproduksi gambar di papan logam. Baginya, kedua teknik ini mampu membawanya untuk berkarya secara jujur dan penuh ketidakterdugaan.
"Saya ingin membangun kesukaan peminat seni rupa Indonesia kepada intaglio dan litografi, jenis praktis yang tergeser dari lembaga pendidikan dan tak menghebohkan pasar [seni rupa]," tegas penulis yang meraih penghargaan Wertheim Award itu.
Kitab Hewan sendiri merupakan buku yang berisikan 15 karya seni intaglio dan litografi yang disusun Goenawan Mohamad. Sebelumnya, dia juga membuat buku Kitab Kurawa yang berisikan tiga teks dan potret Bhisma, Karna, dan Gandari menggunakan teknik cetak saring.
Wahyudin selaku kurator menuturkan produktivitas Goenawan Mohamad dalam menciptakan karya seni rupa menjadi indikasi bahwa berseni rupa bukan sekadar hobinya di waktu senggang. Melainkan ikhtiarnya untuk berdaya cipta dengan sketsa, gambar, dan lukisan, guna menikmati dan merayakan hal-hal yang tak terduga yang disebutnya sebagai keindahan.
Menurutnya, secara komposisi, karya-karya seni cetak grafis dari Goenawan Mohamad dituangkan dengan surealistik, identik dengan unsur-unsur kejutan, barang tak terduga yang ditempatkan berdekatan satu sama lain tanpa alasan yang jelas. Misalnya dalam karya berjudul Masa Depan Wajah.
Karya berdimensi 52 cm x 61 cm yang dibuat dengan teknik etching itu menampilkan potret figur seperti makhluk seram. Bentuknya menyerupai manusia bertanduk dua di kepala, dengan telinga lebar, gigi yang panjang, dengan mata terbelalak. Di belakangnya, tampak hadir seperti dua kepala ikan dengan moncong yang panjang.
Wahyudin menilai selain dalam pokok perupaan, hal yang juga menonjol dalam pameran ini adalah eksplorasi teknik cetak yang digunakan Goenawan dalam menciptakan karya-karyanya. Secara teknik, litografi menuntut perupa untuk menggerakkan tangan dengan cepat dalam menggambar.
Begitupun dengan intaglio. Karena teknik ini mengharuskan seseorang menggambar di atas plat, sehingga seringkali menjadi hambatan tersendiri dalam berekspresi. "Kalau tidak biasa, gambarnya bisa tidak jadi sebelum dicetak," katanya.
Menurutnya, geliat karya seni cetak berbasis kertas saat ini mulai menunjukkan perkembangan yang signifikan. Hal itu salah satunya didorong oleh mulai besarnya minat para kolektor terhadap karya seni dengan teknik cetak ini, terutama bagi mereka yang baru mulai mengoleksi karya seni.
Pasalnya, harga karya-karya seni cetak grafis masih terbilang terjangkau jika dibandingkan dengan karya-karya lainnya seperti lukisan, patung, atau seni instalasi yang tak jarang dibanderol dengan harga yang relatif mahal.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Sementara litografi atau teknik cetak datar merupakan teknik cetak yang memanfaatkan plat atau papan cetak datar untuk membuat bagian gambar dan bukan gambar berada pada ketinggian sama. Untuk memisahkannya, cetak datar menggunakan lapisan emulsi yang membuat bagian gambar akan menarik tinta sedangkan bagian bukan gambar akan menolak tinta.
Menurut Goenawan, proses membuat karya dalam dua teknik ini terasa akrab dalam 'mendengarkan' tubuh, dengan jari dan tangan yang berusaha pas memegang jarum dan pisau untuk memproduksi gambar di papan logam. Baginya, kedua teknik ini mampu membawanya untuk berkarya secara jujur dan penuh ketidakterdugaan.
"Saya ingin membangun kesukaan peminat seni rupa Indonesia kepada intaglio dan litografi, jenis praktis yang tergeser dari lembaga pendidikan dan tak menghebohkan pasar [seni rupa]," tegas penulis yang meraih penghargaan Wertheim Award itu.
Kitab Hewan sendiri merupakan buku yang berisikan 15 karya seni intaglio dan litografi yang disusun Goenawan Mohamad. Sebelumnya, dia juga membuat buku Kitab Kurawa yang berisikan tiga teks dan potret Bhisma, Karna, dan Gandari menggunakan teknik cetak saring.
Wahyudin selaku kurator menuturkan produktivitas Goenawan Mohamad dalam menciptakan karya seni rupa menjadi indikasi bahwa berseni rupa bukan sekadar hobinya di waktu senggang. Melainkan ikhtiarnya untuk berdaya cipta dengan sketsa, gambar, dan lukisan, guna menikmati dan merayakan hal-hal yang tak terduga yang disebutnya sebagai keindahan.
Menurutnya, secara komposisi, karya-karya seni cetak grafis dari Goenawan Mohamad dituangkan dengan surealistik, identik dengan unsur-unsur kejutan, barang tak terduga yang ditempatkan berdekatan satu sama lain tanpa alasan yang jelas. Misalnya dalam karya berjudul Masa Depan Wajah.
Salah satu karya di pameran Kitab Hewan di Dialogue Arts, Kemang, Jakarta Selatan. (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)
Wahyudin menilai selain dalam pokok perupaan, hal yang juga menonjol dalam pameran ini adalah eksplorasi teknik cetak yang digunakan Goenawan dalam menciptakan karya-karyanya. Secara teknik, litografi menuntut perupa untuk menggerakkan tangan dengan cepat dalam menggambar.
Begitupun dengan intaglio. Karena teknik ini mengharuskan seseorang menggambar di atas plat, sehingga seringkali menjadi hambatan tersendiri dalam berekspresi. "Kalau tidak biasa, gambarnya bisa tidak jadi sebelum dicetak," katanya.
Menurutnya, geliat karya seni cetak berbasis kertas saat ini mulai menunjukkan perkembangan yang signifikan. Hal itu salah satunya didorong oleh mulai besarnya minat para kolektor terhadap karya seni dengan teknik cetak ini, terutama bagi mereka yang baru mulai mengoleksi karya seni.
Pasalnya, harga karya-karya seni cetak grafis masih terbilang terjangkau jika dibandingkan dengan karya-karya lainnya seperti lukisan, patung, atau seni instalasi yang tak jarang dibanderol dengan harga yang relatif mahal.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.