Ilustrasi orang yang mengalami masalah mental. (Sumber gambar: Unsplash/Anthony Tran)

Dirundung Tekanan, Begini Tip Menjaga Kesehatan Mental Pasien HIV/AIDS

15 March 2023   |   07:16 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Like
Pengidap HIV/AIDS di Indonesia harus berujung melawan diskriminasi dan stigma negatif masyarakat. Kondisi ini kerap membuat kesehatan mental mereka terganggu karena tekanan sosial yang diterima. Tentu hal tersebut bisa membuat keadaan mereka semakin buruk. 

HIV/AIDS diketahui menyerang sistem kekebalan tubuh. Jika ditambah dengan kondisi psikis yang terganggu, maka dapat memicu perilaku negatif seperti keinginan bunuh diri bagi ODHIV dan ODHA. Oleh karena itu, penting menyuarakan self love atau mencintai diri bagi orang dengan HIV/AIDS ini.

Spesialis Kedokteran Jiwa di RSUI, dr. Rayinda Raumanen Mamahit menyebut, banyak orang merasa jikalau menyayangi diri sendiri merupakan bentuk egois atau selfish. Padahal jika dijabarkan, self love merupakan suatu aksi yang mendukung perkembangan fisik, psikologis, dan spiritual individu.

Baca juga: Yuk Simak 5 Fakta Tentang HIV/AIDS Biar Enggak Termakan Hoaks

“Self love sendiri mengutamakan kenyamanan, kesehatan, dan kebahagian diri dan bukan bersifat egois atau egosentris,” ujarnya dikutip Hypeabis, Selasa (14/3/2023).

Dia menerangkan cara yang dapat dilakukan untuk mencintai diri sendiri adalah dengan mengenali diri. Untuk mengenali diri sendiri, kita perlu mengetahui apa yang disuka dan apa yang tidak disuka. 

Kemudian, mengetahui apa yang membuat kurang nyaman saat ini, membuat jurnal, dan menganilisis respon terhadap situasi. Selain itu tidak mementingkan orang lain atau melukai diri sendiri.

Rayi menyebut hal yang kerap dialami oleh teman-teman ODHIV dan ODHA yakni sulitnya menerima status mereka dan terkadang bayang-bayang kejadian yang lalu atau penyesalan melekat pada diri. Terkait hal tersebut, dia meminta agar mereka berpikir secara rasional. 

Berpikir rasional merupakan proses aktif dan sadar untuk menghasilkan ide dan gagasan berdasarkan data, fakta, dan logika. Banyak dari kita yang selalu berfikir apa yang akan terjadi di depan dan bahkan sudah membayangkannya serta berasumsi berbagai hal, padahal fakta yang terjadi tidak seperti itu. 

Jadi, berpikir rasional merupakan pemikiran kita saat ini, tidak dipengaruhi oleh masa depan yang belum terjadi atau kondisi yang lalu yang sudah terjadi yang juga tidak dapat diubah kembali. “Pentingnya berpikir rasional menurut Rayi dapat meningkatkan kemampuan analisis, menghasilkan opini yang baik, dan mengendalikan emosi,” tegasnya.

Memang menerima kondisi yang ada cukup sulit terutama pada ODHIV dan ODHA yang baru menerima status positif HIV/AIDS. Mereka akan mengalami fase tidak menerima (denial), fase depresi, dan bahkan fase bergaining atau menawar kondisi .

Fase tersebut akan berputar dan menimbulkan sulitnya untuk berpikir rasional. Untuk keluar dari zona tersebut, Rayi menyarankan untuk mencari tahu kembali apa yang membuat mereka nyaman berada di dunia ini dan tujuan hidupnya. 

Ketika cara tersebut tidak berhasil, dia meminta agar para ODHIV dan ODHA mencari bantuan profesional untuk menarik diri dari keadaan tersebut. Rayi menyampaikan batas maksimum seseorang sudah membutuhkan bantuan profesional untuk mengatasi keadaan ini dapat dilihat dari 3 aspek. 

Aspek pertama yaitu performance, ditandai dengan terbengkalainya tugas-tugas yang dijalani, tidak bisa fokus, dan tdak dapat melakukan tugas dengan baik. Aspek yang kedua yaitu relasi, ditandai dengan adanya menarik diri serta tidak mau bertemu orang lain bahkan tidak ada keinginan untuk berinteraksi dengan orang yang disayangi. 

Aspek ketiga yaitu kegiatan harian, ditandai dengan hilangnya keinganan untuk melakukan kegiatan dasar setiap hari seperti tidak mau mandi, makan, dan lain-lain. Satu hal lagi terkait keluhan fisik juga menjadi tanda batas maksimum seseorang memerlukan bantuan profesional.

Kendati demikian, pasien HIV/AIDS ini juga perlu pendampingan. Keluarga harus menjadi support system mereka melalui masa-masa sulit itu. 

Diketahui, hingga saat ini kasus HIV/AIDS di Indonesia terus meningkat. Peningkatan ini sejalan dengan semakin bertambahnya masyarakat yang sadar dan melakukan tes HIV. Menurut data Kemenkes, sejak 2009 sampai Maret 2012, terdapat kasus HIV AIDS sebanyak 466.978 yang didapat dari laporan layanan konseling dan tes HIV.

Baca juga: Waspadai 6 Gejala Umum HIV/AIDS Berikut

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

Kejutan Pekan Kedua FFML Season 7: SES Alfaink Tergusur hingga Rumor Bursa Transfer Pemain

BERIKUTNYA

Begini Tips Memilih Cincin Tunangan yang Serasi Buat Pasangan

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: