Anak-anak Kecanduan Gawai? Ini Dampak dan Cara Mengatasinya
30 June 2021 |
15:30 WIB
Mom’s lagi resah ya dengan meningkatnya intensitas pengunaan gawai pada anak dan remaja di tengah pandemi Covid-19? Belajar daring, komunikasi, hingga bermain mungkin saat ini dilakukan melalui gawai.
Gawai memang memiliki dampak positif, namun tidak sedikit dampak negatifnya sepertiberdampak pada kurang konsentrasi, kurang sosial, kurang motivasi, akses informasi tanpa seleksi, tidak menjadi diri sendiri, hingga membuat anak-anak kita ‘mager’.
Psikologis Klinik dan Hipnoterapis dari RS Pondok Indah Meriyati menerangkan gawai juga berpengaruh pada kesehatan mental anak dan remaja, lho!
Anak dan remaja rentan menjadi sasaran bahkan pelaku cyber bullying. Kemudian mereka adiksi terhadap game, internet, sosial media, bahkan online shopping.
Kecanduan gawai juga mengganggu pola makan dan tidur, cemas, depresi, keluhan fisik tanpa latar belakang medis, hingga gangguan psikotik.
Oleh karena itu, para orang tua jangan abai terhadap pengggunaan gawai pada anak dan remaja ini. Menurut Meriyati orang tua perlu menerapkan pola pengasuhan digital atau digital parenting.
Tidak hanya sebatas dialog dan pemasangan fitur-fitur parenting control, tetap diperlukan pendampingan secara psikologis untuk anak dan remaja yang berkaitan dengan teknologi dan internet.
Meriyati lantas membagikan tips untuk menerapkan digital parenting. Pertama buat jadwal kegiatan anak termasuk waktu penggunaan gawai. Kedua, lakukan rutinitas yang sudah ada atau yang baru, misalnya bangun di pagi hari pada jam yang sama seperti ketika anak-anak bersekolah.
Ketiga, perlu dicatat bahwa beberapa anak memerlukan tingkat fleksibilitas yang berbeda-beda. Keempat, gunakan aktivitas sehari-hari sebagai kesempatan untuk anak belajar dan jangan lupa untuk merencanakan rutinitas tersebut bersama dengan anak.
Kelima, siapkan tempat yang membuat anak lebih fokus ketika belajar. Keenam, perlakukan sekolah daring sama seperti belajar di sekolah seperti tunjukkan rasa hormat pada guru dan menyelesaikan tugas.
Ketujuh, pantau anak selama belajar daring. Kedelapan, buat peraturan bersama terkait bagaimana, kapan, dan di mana internet boleh digunakan. Sembilan, aktifkan kontrol orang tua pada perangkat mereka untuk meminimalkan risiko daring.
Sepuluh, pahami setiap emosi anak-anak. Sebelas, perhatikan dan terima perasaan anak. Cobalah untuk tidak mengecilkan atau menyangkal kekhawatiran mereka. Terakhir, tetap terhubung dengan teman dan keluarga.
Editor: M R Purboyo
Gawai memang memiliki dampak positif, namun tidak sedikit dampak negatifnya sepertiberdampak pada kurang konsentrasi, kurang sosial, kurang motivasi, akses informasi tanpa seleksi, tidak menjadi diri sendiri, hingga membuat anak-anak kita ‘mager’.
Psikologis Klinik dan Hipnoterapis dari RS Pondok Indah Meriyati menerangkan gawai juga berpengaruh pada kesehatan mental anak dan remaja, lho!
Anak dan remaja rentan menjadi sasaran bahkan pelaku cyber bullying. Kemudian mereka adiksi terhadap game, internet, sosial media, bahkan online shopping.
Kecanduan gawai juga mengganggu pola makan dan tidur, cemas, depresi, keluhan fisik tanpa latar belakang medis, hingga gangguan psikotik.
Oleh karena itu, para orang tua jangan abai terhadap pengggunaan gawai pada anak dan remaja ini. Menurut Meriyati orang tua perlu menerapkan pola pengasuhan digital atau digital parenting.
Anak main gadget/lifehacker
Tidak hanya sebatas dialog dan pemasangan fitur-fitur parenting control, tetap diperlukan pendampingan secara psikologis untuk anak dan remaja yang berkaitan dengan teknologi dan internet.
Meriyati lantas membagikan tips untuk menerapkan digital parenting. Pertama buat jadwal kegiatan anak termasuk waktu penggunaan gawai. Kedua, lakukan rutinitas yang sudah ada atau yang baru, misalnya bangun di pagi hari pada jam yang sama seperti ketika anak-anak bersekolah.
Ketiga, perlu dicatat bahwa beberapa anak memerlukan tingkat fleksibilitas yang berbeda-beda. Keempat, gunakan aktivitas sehari-hari sebagai kesempatan untuk anak belajar dan jangan lupa untuk merencanakan rutinitas tersebut bersama dengan anak.
Kelima, siapkan tempat yang membuat anak lebih fokus ketika belajar. Keenam, perlakukan sekolah daring sama seperti belajar di sekolah seperti tunjukkan rasa hormat pada guru dan menyelesaikan tugas.
Ketujuh, pantau anak selama belajar daring. Kedelapan, buat peraturan bersama terkait bagaimana, kapan, dan di mana internet boleh digunakan. Sembilan, aktifkan kontrol orang tua pada perangkat mereka untuk meminimalkan risiko daring.
Sepuluh, pahami setiap emosi anak-anak. Sebelas, perhatikan dan terima perasaan anak. Cobalah untuk tidak mengecilkan atau menyangkal kekhawatiran mereka. Terakhir, tetap terhubung dengan teman dan keluarga.
Editor: M R Purboyo
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.