Melirik Peluang Bisnis Penerbit Indie
25 February 2023 |
21:00 WIB
Di tengah gempuran internet dan teknologi digital, buku tetap mendapatkan tempat tersendiri di hati para penggemar membaca. Meskipun buku mungkin bukan merupakan komoditas pokok, tetap saja buku masih memiliki peranan yang sangat penting terutama sebagai sumber pengetahuan yang lebih valid dari media lainnya.
Sebab bagaimana pun, membaca masih menjadi salah satu hal paling penting dalam meningkatkan pengetahuan seseorang. Selama aktivitas membaca masih terus dilakukan maka buku masih akan terus diterbitkan sehingga menjadi peluang bagi perusahaan penerbit.
Baca juga: Rekomendasi 5 Buku Fiksi yang Cocok Dibaca pada Waktu Luang, Salah Satunya Karya Penulis Eka Kurniawan
Setidaknya ada tiga jenis penerbitan yang dapat menerbitkan buku yaitu penerbit mayo, penerbit indie, dan self publishing. Setiap penerbit memiliki peluang dan pangsa pasarnya masing-masing. Namun, untuk menerbitkan buku melalui percetakan dan penerbitan mayor tentu tidak mudah sehingga banyak penulis yang memilih untuk menerbitkan hasil karyanya melalui penerbit independen atau penerbit indie, maupun self publishing atau penerbit mandiri.
Secara bisnis, penerbit indie memang tidak sebesar penerbit mayor dengan presentasi penjualan yang masih jauh lebih kecil dan hanya diperuntukan bagi kalangan tertentu saja. Meski demikian, penerbit indie justru telah menjadi peluang bagi para penulis sekaligus menjadi sebuah bisnis baru yang memiliki prospek.
Pradewi Tri Chatami, Editor/Translator - Marjin Kiri mengatakan meski penerbit indie bukan bidang bisnis yang akan menawarkan banyak keuntungan finansial, tetapi setidaknya bisnis ini dapat memberikan penghidupan yang cukup bagi pekerjanya apabila dikelola dengan baik.
“Marjin Kiri didirikan pada 2005 dan hingga kini telah menerbitkan kurang lebih 150 judul buku,” ujarnya.
Adapun jenis buku yang diterbitkan oleh Marjin Kiri adalah buku-buku fiksi maupun nonfiksi. Namun, dari keseluruhan buku yang terbit, judul kategori nonfiksi masih mendominasi yakni sebanyak 65%-70% sementara sisanya adalah buku-buku fiksi.
Berbeda dengan kebanyakan penerbit indie lainnya yang menerima naskah dari penulis, Marjin Kiri justru secara aktif mencari naskah-naskah yang terpilih yang sesuai dengan visi mereka setelah melalui persetujuan dari penulis, agensi, atau penerjemah.
“Dalam proses penerbitan, tak ada biaya yang dikeluarkan oleh penulis/agensi/penerjemah. Dan dalam prosesnya para penulis, agensi, penerjemah mendapatkan kompensasi sesuai dengan kontrak yang disepakati bersama,” terangnya.
Adapun untuk proses penjualanya, sejak 2018 Marjin Kiri memutuskan untuk menjual buku secara langsung melalui situs/lokapasar Marjin Kiri serta memanfaatkan jejaring reseller independen di seluruh Indonesia.
Untuk meningkatkan jumlah penjualan buku, pihaknya terus memperluas program-program tatap muka dengan pembaca melalui diskusi, tur buku, serta kerjasama dengan kelompok-kelompok studi mahasiswa dan rumah-rumah baca swadaya masyarakat di berbagai tempat.
Dalam mengembangkan bisnis ini Pradewi mengakui ada beberapa tantangan yang dihadapi oleh penerbit indie seperti Marjin Kiri. Menurut Pradewi tantangan yang paling utama adalah tidak adanya proteksi atau perlindungan bagi pelaku usaha yang menjalankan bisnis ini.
Terutama regulasi ketat dalam menghadapi pembajakan yang selalu menjadi ancaman utama bagi para penerbit. Selain itu, pelaku usaha juga tidak mendapatkan keringanan pajak.
Baca juga: 7 Novelis Terkaya di Dunia yang Cetak Ratusan Buku Best Seller, Nomor Satu Bukan J.K Rowling
Padahal beberapa tahun ke belakang pernah ada Komite Buku Nasional yang dinilai cukup membantu sektor penerbitan. “Tetapi kemudian lembaga ini dibubarkan dan hingga kini belum ada yang menggantikan sejumlah bantuan yang pernah diberikan lembaga tersebut,” tuturnya.
Editor: Fajar Sidik
Sebab bagaimana pun, membaca masih menjadi salah satu hal paling penting dalam meningkatkan pengetahuan seseorang. Selama aktivitas membaca masih terus dilakukan maka buku masih akan terus diterbitkan sehingga menjadi peluang bagi perusahaan penerbit.
Baca juga: Rekomendasi 5 Buku Fiksi yang Cocok Dibaca pada Waktu Luang, Salah Satunya Karya Penulis Eka Kurniawan
Setidaknya ada tiga jenis penerbitan yang dapat menerbitkan buku yaitu penerbit mayo, penerbit indie, dan self publishing. Setiap penerbit memiliki peluang dan pangsa pasarnya masing-masing. Namun, untuk menerbitkan buku melalui percetakan dan penerbitan mayor tentu tidak mudah sehingga banyak penulis yang memilih untuk menerbitkan hasil karyanya melalui penerbit independen atau penerbit indie, maupun self publishing atau penerbit mandiri.
Secara bisnis, penerbit indie memang tidak sebesar penerbit mayor dengan presentasi penjualan yang masih jauh lebih kecil dan hanya diperuntukan bagi kalangan tertentu saja. Meski demikian, penerbit indie justru telah menjadi peluang bagi para penulis sekaligus menjadi sebuah bisnis baru yang memiliki prospek.
Pradewi Tri Chatami, Editor/Translator - Marjin Kiri mengatakan meski penerbit indie bukan bidang bisnis yang akan menawarkan banyak keuntungan finansial, tetapi setidaknya bisnis ini dapat memberikan penghidupan yang cukup bagi pekerjanya apabila dikelola dengan baik.
“Marjin Kiri didirikan pada 2005 dan hingga kini telah menerbitkan kurang lebih 150 judul buku,” ujarnya.
Adapun jenis buku yang diterbitkan oleh Marjin Kiri adalah buku-buku fiksi maupun nonfiksi. Namun, dari keseluruhan buku yang terbit, judul kategori nonfiksi masih mendominasi yakni sebanyak 65%-70% sementara sisanya adalah buku-buku fiksi.
Berbeda dengan kebanyakan penerbit indie lainnya yang menerima naskah dari penulis, Marjin Kiri justru secara aktif mencari naskah-naskah yang terpilih yang sesuai dengan visi mereka setelah melalui persetujuan dari penulis, agensi, atau penerjemah.
“Dalam proses penerbitan, tak ada biaya yang dikeluarkan oleh penulis/agensi/penerjemah. Dan dalam prosesnya para penulis, agensi, penerjemah mendapatkan kompensasi sesuai dengan kontrak yang disepakati bersama,” terangnya.
Adapun untuk proses penjualanya, sejak 2018 Marjin Kiri memutuskan untuk menjual buku secara langsung melalui situs/lokapasar Marjin Kiri serta memanfaatkan jejaring reseller independen di seluruh Indonesia.
Untuk meningkatkan jumlah penjualan buku, pihaknya terus memperluas program-program tatap muka dengan pembaca melalui diskusi, tur buku, serta kerjasama dengan kelompok-kelompok studi mahasiswa dan rumah-rumah baca swadaya masyarakat di berbagai tempat.
Dalam mengembangkan bisnis ini Pradewi mengakui ada beberapa tantangan yang dihadapi oleh penerbit indie seperti Marjin Kiri. Menurut Pradewi tantangan yang paling utama adalah tidak adanya proteksi atau perlindungan bagi pelaku usaha yang menjalankan bisnis ini.
Terutama regulasi ketat dalam menghadapi pembajakan yang selalu menjadi ancaman utama bagi para penerbit. Selain itu, pelaku usaha juga tidak mendapatkan keringanan pajak.
Baca juga: 7 Novelis Terkaya di Dunia yang Cetak Ratusan Buku Best Seller, Nomor Satu Bukan J.K Rowling
Padahal beberapa tahun ke belakang pernah ada Komite Buku Nasional yang dinilai cukup membantu sektor penerbitan. “Tetapi kemudian lembaga ini dibubarkan dan hingga kini belum ada yang menggantikan sejumlah bantuan yang pernah diberikan lembaga tersebut,” tuturnya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.