Ternyata Ini Alasan Masyarakat Indonesia Kerap Berobat ke Luar Negeri
23 February 2023 |
14:00 WIB
Dalam beberapa tahun terakhir ini, pemerintah Indonesia terus menggencarkan program health tourism atau wisata kesehatan. Pasalnya, tidak sedikit masyarakat yang memilih melakukan pengobatan ke luar negeri terutama ke Negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Padahal kualitas dokter dan rumah sakit di Indonesia tidak kalah dibandingkan dengan yang ada di luar negeri, sepadan, atau bahkan lebih baik. Apalagi dari sisi destinasi, Indonesia dikenal sebagai salah satu Negara dengan berbagai lokasi wisata yang menawan baik alam, budaya, hingga kuliner.
Baca juga: Ternyata Ini Alasan Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri
Namun, apa yang membuat banyak masyarakat Indonesia justru memilih berobat ke luar negeri?
Operation Director Syntech, dr. Candrati Sukardji, menuturkan sejak 2017 makin banyak masyarakat Indonesia terutama pemegang polis asuransi yang datang berobat ke Malaysia dengan tujuan untuk berwisata sambil melakukan pengobatan.
Pasalnya, hampir semua asuransi di Indonesia sudah bekerjasama dengan rumah sakit di Malaysia. Bahkan tidak sedikit masyarakat yang hanya menderita batuk pilek pun berobat ke Malaysia sambil berlibur.
“Sebagian besar pasien yang berobat yakni sekitar 70 persen hingga 80 persen menggunakan asuransi. Apalagi seluruh asuransi yang ada di Indonesia bisa digunakan di Malaysia, klaimnya pun juga lebih mudah,” tuturnya dalam acara penandatangan kemitraan antara Syntech dan CVSKL Hospital, baru-baru ini.
Hal lain yang membuat pasien dari Indonesia tertarik berobat ke Malaysia adalah dari sisi pelayanannya. Pasien yang datang berobat akan disiapkan satu penanggung jawab yang akan menjemput, mendampingi dan melayani pasien dengan baik tanpa membeda-bedakan.
Pihak rumah sakit juga lebih ‘welcome’ dengan pasien dari Indonesia, bahkan tak sedikit dokter yang mempelajari bahasa Melayu sehingga proses komunikasi dengan pasien juga akan lebih lancar. Untuk bertemu dengan dokter pun lebih mudah karena umumnya dokter hanya berpraktik di satu rumah sakit dengan jadwal yang sudah jelas.
Candrati mengatakan masyarakat yang ingin melakukan pengobatan ke Malaysia biasanya sudah merencanakan jauh-jauh hari. Dengan demikian, dokter dan pihak rumah sakit dapat menggali informasi yang dibutuhkan mengenai penyakit yang diderita pasien sehingga proses penanganannya lebih tepat dan cepat.
Umumnya, pasien yang datang ke Malaysia terutama di Penang dan Kuala Lumpur adalah mereka yang tinggal di pulau Sumatera seperti Aceh, Medan, dan Batam karena jaraknya yang lebih dekat dan biaya penerbangan yang lebih murah dibandingkan harus melakukan pengobatan ke Jakarta.
“Memang sejak pandemi 2020 wisata kesehatan ke Malaysia sempat terputus tetapi sejak pandemi mulai mereda, kunjungan pasien dari Indoensia mulai meningkat kembali,” ujarnya.
Salah satu rumah sakit swasta di Malaysia yang menjadi rujukan masyarakat Indonesia untuk penyakit jantung Cardiac Vascular Sentral Kuala Lumpur (CVSKL), terutama untuk mendapatkan second opinion terkait penyakit yang mereka derita.
Apalagi untuk penyakit jantung kadang kala ada pasien yang sudah didiagnosa adanya sumbatan sehingga harus pasang ring atau di by pass. Kemudian mereka mencari second opinion terkait penyakit yang dideritanya.
General Manager CVSKL Wong Chun Keong menceritakan pernah ada satu pasien dari Indonesia yang mengatakan bahwa dia vonis harus menjalani by pass jantung. Namun, karena masih ada keraguan maka dia pun mencari second opinion dengan dokter yang berbeda dengan harapan bisa menghindari pembedahan.
Pasien tersebut kemudian melakukan konsultasi dengan dokter spesialis di CVSKL dan dokter mempelajari semua dokumen dan penyakit yang diderita pasien kemudian melakukan pemeriksaan ulang, bahwa ternyata pasien bisa dan dimungkinkan untuk tidak di by pass
“Tentu dengan berbagai pertimbangan dan advice khusus dari dokter dan pasien karena setiap tindakan medis harus berdasarkan kesepakatan,” jelasnya.
Baca juga: Selain Andalkan Pantai, Bali Makin Lengkap dengan Wisata Kesehatan
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Padahal kualitas dokter dan rumah sakit di Indonesia tidak kalah dibandingkan dengan yang ada di luar negeri, sepadan, atau bahkan lebih baik. Apalagi dari sisi destinasi, Indonesia dikenal sebagai salah satu Negara dengan berbagai lokasi wisata yang menawan baik alam, budaya, hingga kuliner.
Baca juga: Ternyata Ini Alasan Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri
Namun, apa yang membuat banyak masyarakat Indonesia justru memilih berobat ke luar negeri?
1. Klaim Asuransi Lebih Mudah
Operation Director Syntech, dr. Candrati Sukardji, menuturkan sejak 2017 makin banyak masyarakat Indonesia terutama pemegang polis asuransi yang datang berobat ke Malaysia dengan tujuan untuk berwisata sambil melakukan pengobatan.Pasalnya, hampir semua asuransi di Indonesia sudah bekerjasama dengan rumah sakit di Malaysia. Bahkan tidak sedikit masyarakat yang hanya menderita batuk pilek pun berobat ke Malaysia sambil berlibur.
“Sebagian besar pasien yang berobat yakni sekitar 70 persen hingga 80 persen menggunakan asuransi. Apalagi seluruh asuransi yang ada di Indonesia bisa digunakan di Malaysia, klaimnya pun juga lebih mudah,” tuturnya dalam acara penandatangan kemitraan antara Syntech dan CVSKL Hospital, baru-baru ini.
2. Pelayanan yang Bersifat Personal
Hal lain yang membuat pasien dari Indonesia tertarik berobat ke Malaysia adalah dari sisi pelayanannya. Pasien yang datang berobat akan disiapkan satu penanggung jawab yang akan menjemput, mendampingi dan melayani pasien dengan baik tanpa membeda-bedakan.
3. Jadwal Dokter yang Lebih Pasti
Pihak rumah sakit juga lebih ‘welcome’ dengan pasien dari Indonesia, bahkan tak sedikit dokter yang mempelajari bahasa Melayu sehingga proses komunikasi dengan pasien juga akan lebih lancar. Untuk bertemu dengan dokter pun lebih mudah karena umumnya dokter hanya berpraktik di satu rumah sakit dengan jadwal yang sudah jelas.Candrati mengatakan masyarakat yang ingin melakukan pengobatan ke Malaysia biasanya sudah merencanakan jauh-jauh hari. Dengan demikian, dokter dan pihak rumah sakit dapat menggali informasi yang dibutuhkan mengenai penyakit yang diderita pasien sehingga proses penanganannya lebih tepat dan cepat.
4. Lokasi yang Lebih Dekat
Umumnya, pasien yang datang ke Malaysia terutama di Penang dan Kuala Lumpur adalah mereka yang tinggal di pulau Sumatera seperti Aceh, Medan, dan Batam karena jaraknya yang lebih dekat dan biaya penerbangan yang lebih murah dibandingkan harus melakukan pengobatan ke Jakarta.“Memang sejak pandemi 2020 wisata kesehatan ke Malaysia sempat terputus tetapi sejak pandemi mulai mereda, kunjungan pasien dari Indoensia mulai meningkat kembali,” ujarnya.
5. Mendapatkan Second Opinion
Salah satu rumah sakit swasta di Malaysia yang menjadi rujukan masyarakat Indonesia untuk penyakit jantung Cardiac Vascular Sentral Kuala Lumpur (CVSKL), terutama untuk mendapatkan second opinion terkait penyakit yang mereka derita.Apalagi untuk penyakit jantung kadang kala ada pasien yang sudah didiagnosa adanya sumbatan sehingga harus pasang ring atau di by pass. Kemudian mereka mencari second opinion terkait penyakit yang dideritanya.
General Manager CVSKL Wong Chun Keong menceritakan pernah ada satu pasien dari Indonesia yang mengatakan bahwa dia vonis harus menjalani by pass jantung. Namun, karena masih ada keraguan maka dia pun mencari second opinion dengan dokter yang berbeda dengan harapan bisa menghindari pembedahan.
Pasien tersebut kemudian melakukan konsultasi dengan dokter spesialis di CVSKL dan dokter mempelajari semua dokumen dan penyakit yang diderita pasien kemudian melakukan pemeriksaan ulang, bahwa ternyata pasien bisa dan dimungkinkan untuk tidak di by pass
“Tentu dengan berbagai pertimbangan dan advice khusus dari dokter dan pasien karena setiap tindakan medis harus berdasarkan kesepakatan,” jelasnya.
Baca juga: Selain Andalkan Pantai, Bali Makin Lengkap dengan Wisata Kesehatan
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.