Suasana pembuakan pamerna Kitab Hewan di Dia.Lo.Gue (Sumber gambar: IG/Dialogue)

Goenawan Mohamad & Jejak Puitik dalam Pameran Kitab Hewan

22 February 2023   |   13:36 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Nama Goenawan Mohamad di ranah kebudayaan Indonesia dikenal sebagai penyair. Namun, sejak 2016 sepertinya sastrawan gaek itu turut menyandang profesi baru, yaitu perupa, setelah menggelar pameran sederet sketsanya di pelataran Djoko Pekik, Bantul, Yogyakarta.

Selama tujuh tahun, pria yang akrab disapa GM itu pun terus menghasilkan karya-karya dengan berbagai medium dan dipamerkan di berbagai galeri. Perupa kelahiran Batang, Jawa Tengah, itu pun sudah menghasilkan ratusan karya seni lukisan dan drawing yang banyak diminati kolektor.

Baca juga: Metafora Sugestif Goresan Goenawan Mohamad dalam Pameran Tunggal Kitab Hewan 

Kendati usia telah senja, tapi GM tetap semangat mengeksplorasi seni rupa karena kecintaannya terhadap bidang tersebut. Salah satunya, dengan mengikuti residensi seni grafis di studio Devto Printmaking Institute di Ubud, Bali dengan mempelajari teknik intaglio dan litografi dari pertengahan 2022 hingga awal 2023.

Hasilnya adalah pameran tunggal bertajuk Kitab Hewan: A Book of Beasts yang digelar di dua tempat, yaitu di Sikka Gallery, Gianyar Bali, dan di Dia.Lo.Gue, Kemang, Jakarta Selatan. Total, ada sekitar 35 karya grafis dengan teknik intaglio dan litografi yang dipamerkan di dua tempat itu.

Adapun, dari puluhan seni grafis itu GM menghadirkan karya-karya imajinatif yang menyeret pengunjung untuk menginterpretasikan makna yang berlapis-lapis. Tak hanya itu jejak sosoknya sebagai penyair juga masih dapat dilacak goresan visual karya bernuansa hitam putih di Dia.Lo.Gue.

Hal ini misalnya, dapat disimak lewat karya bertajuk Burung Singgah (2022). Karya hasil teknik litografi berdimensi 61 cm x 52 cm itu  menggambarkan burung yang sedang terbang dan sebuah rumah kecil. Layaknya puisi-puisinya, suasana dalam drawing ini pun terkesan liris dan sepi karena hanya dua objek itu yang digores oleh GM.
 

Karya intaglio GM bertajuk Burung Singgah (sumber gambar Hypeabis.id/Prasetyo Agung)

Karya intaglio GM bertajuk Burung Singgah (sumber gambar Hypeabis.id/Prasetyo Agung)

Ada juga karya Dog, Fish & Flower (2022) yang berukuran 34,5 cm  X 47 cm. Adapun, dalam karya ini GM menggambarkan seekor anjing yang termangu di depan sebuah kembang dengan imaji-imaji sureal di atas kepala sang anjing. Tak hanya itu, goresan-goresan dalam drawing ini juga terkesan ringan dan mengalir.

Srie Malela Mahargasari, kurator pameran mengatakan, Kitab Hewan merupakan sehimpun karya grafis dengan pokok cerapan mengenai citra dunia hewan. Ada yang menyerupai burung, ular, kuda dan tikus dan yang lain, tapi tidak tampil secara utuh dan rinci. Hal ini dikarenakan spontanitas GM saat membuat karya tersebut.

"GM itu setiap berkarya dengan drawing, dia tidak memiliki konsep. Jadi konsep yang ada di dalam kepalanya itu sudah menjadi satu dengan hati, perasaan, dan keterampilan tangannya yang terasah dan bergerak begitu saja, seperti pemain silat yang jago kungfu," papar Srie saat dihubungi Hypeabis.id.

Srie juga mengungkap bahwa saat berkarya GM tidak melukis tentang sesuatu, tapi tercipta antara ketertautan antara ide, hati dan kristalisasi pikiran yang dinamakan naluri artistik . Jadi, yang tertangkap adalah karya-karya grafis yang liris layaknya puisi-puisi yang dia tulis, yang menurutnya digerakkan oleh suasana, bukan karena ide tentang sesuatu.

Setali tiga uang, penulis Catatan Pinggir di majalah Tempo itu dalam catatan kuratorial juga mengatakan bahwa proses pembuatan drawingnya terasa semakin akrab saat dia 'mendengarkan' tubuh dengan jari dan tangan yang berusaha memproduksi gambar papan logam.

"Bagi saya, dalam berkarya intaglio dan litografi saya tidak digerakkan oleh ide. Saya menggambar itu tidak bertujuan. Ide bisa saja ada tapi hanya ada di awal. Selebihnya kebebasan tangan atas dorongan dari dalam yang menggerakkan," papar GM.
 
 

Sementara itu, terkait pameran yang diadakan di Dia.Lo.Gue alih-alih Salihara yang didirikan oleh GM, Malela mengatakan bahwa memang itu merupakan permintaan dari pihak penyelenggara. Pasalnya, pada pameran tunggal kedua GM yang bertajuk Kata gambar juga  dilaksanakan di sana pada 2017.

Bagian itulah yang menurutnya menarik. Sebab Hermawan Tanzil founder dari ruang seni di Jakarta Selatan itu meminta GM untuk memamerkan kembali karya-karya drawingnya di tempatnya setelah sebelumnya digelar di Ubud, Bali. 

"Kecintaan GM pada drawing itu memang melebihi kecintaannya pada melukis. Jadi, dari dulu itu dia sering corat-coret saat di Tempo. Kecintaan inilah yang berkembang dan memutuskan untuk menjadi perupa 7 tahun lalu. Dan kini dia semacam kembali ke asalnya, setelah mengembara ke berbagai teknik media lukis," imbuh Srie Malela.

Menurut Malela, karya-karya yang dipamerkan pun dijual untuk kolektor. Selain itu, pameran tersebut juga menjadi bagian acara peluncuran buku puisi Di Ujung Bahasa: Antologi Puisi 1961-2022 yang dipilih oleh Laksmi Pamuntjak dan diilustrasikan sendiri oleh GM.

"Karya ini sebagian besar juga sudah laku, dan hasil penjualan karya ini uangnya itu kebanyakan untuk pengembangan kesenian. Bedanya, Kalau di buku itu drawing biasa, sementara yang dipamerkan itu karya dengan menggunakan teknik intaglio dan litografi," jelas Srie Malela.

Baca juga: Galeri Seni Panen Cuan di Art Jakarta Gardens 2023, dari Karya Nue Prastowo sampai Goenawan Mohamad Laris Terjual

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

3 Poin Penting Surat Terbuka CEO HYBE untuk Artis hingga Karyawan SM Entertainment

BERIKUTNYA

Indonesia Fashion Week (IFW) 2023 Digelar 5 Hari, Hadirkan Tema Sagara dari Timur

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: