Goenawan Mohamad Gelar Pameran Kitab Hewan di Dia.lo.gue, Tampilkan Koleksi Karya Grafis Intaglio & Litografi
18 February 2023 |
20:54 WIB
Usia tak menyurutkan daya cipta Goenawan Mohamad untuk menciptakan karya. Begawan kebudayaan itu menggelar pameran tunggal koleksi karya grafis berjudul Kitab Hewan: A Book of Beasts di Dia.lo.gue, Kemang, Jakarta Selatan.
Sekitar 40 karya grafis dengan teknik intaglio dan litografi dipamerkan dalam eksibisi tersebut yang berlangsung sampai 16 Maret 2023.
Baca juga: Galeri Seni Panen Cuan di Art Jakarta Gardens 2023, dari Karya Nue Prastowo sampai Goenawan Mohamad Laris Terjual
Seluruh karya tersebut merupakan hasil residensi Goenawan Mohamad untuk menekuni seni grafis di salah satu studio printmaking populer di Indonesia, Devto Printmaking Institute di Ubud, Bali. Seniman serba bisa asal Batang itu mengikuti residensi sejak pertengahan 2022 hingga awal 2023.
Pameran Kitab Hewan menampilkan 15 karya intaglio berpokok perupaan aneka rupa dan gaya hewan, antara lain badak, monyet, dan kodok, dan sebuah lanskap di bawah awan dan sepetak rumah di Bromo.
Selain itu, Goenawan Mohamad juga mengusung 20 karya intaglio dan litografi berpokok perupaan potret binatang dan orang-orang yang unik dan tampak surealistik. Beberapa judul lukisannya di antaranya Sang Ilmuwan, Bhisma Swarga, Badut, Zhung Zhou di Bukit, dan Pemabuk di Sudut Sanur.
Misalnya karya berjudul Orang Suci & Burung-burung. Karya hasil teknik litografi berdimensi 61 cm x 80 cm itu menampilkan sosok seperti manusia berjubah hitam panjang. Namun, secara visual, bentuknya tak jelas. Di sekelilingnya, terdapat gambar tiga burung seperti sedang melayang. Meski bentuk tersebut memiliki definisi, tetap saja secara corak karya ini begitu surealistik.
Intaglio atau teknik cetak dalam sendiri merupakan jenis seni rupa grafis yang pembuatan karyanya menggunakan plat alumunium yang dibentuk menggunakan benda tajam, agar dapat menghasilkan goresan yang dalam. Goresan dalam plat aluminium tersebut diberi tinta dan disapukan pada permukaan kertas yang dibasahi.
Sementara litografi atau teknik cetak datar merupakan teknik cetak yang memanfaatkan plat atau papan cetak datar untuk membuat bagian gambar dan bukan gambar berada pada ketinggian sama. Untuk memisahkannya, cetak datar menggunakan lapisan emulsi yang membat bagian gambar akan menarik tinta sedangkan bagian bukan gambar akan menolak tinta.
Srie Malela Mahargasari, kurator pameran ini mengatakan Kitab Hewan merupakan sehimpun karya grafis yang di dalamnya memiliki pokok cerapan atau citra (image) yang sejenis, yaitu dunia tentang hewan. Lukisan-lukisan yang dipamerkannya ada yang menyerupai burung, ular, kuda, tikus, dan lainnya, yang tidak tampil secara utuh dan rinci.
"Goenawan memang tak hendak menyalinnya dari realitas hewan sesungguhnya. Oleh sebab itu, acapkali pada karya-karyanya tak kita kenali secara persis jenis hewan yang ada dalam karyanya," katanya.
Menurut Srie, dalam menciptakan koleksi karyanya kali ini, Goenawan menggambarkannya cenderung secara spontanitas. Dalam berkarya, dia tidak digerakkan oleh ide, tetapi mengandalkan kebebasan tangan atas dorongan dari dalam dirinya yang menggerakkan.
"Spontanitas dan dorongan bermain itulah merupakan kekuatan yang menghidupkan karya-karya grafis Goenawan. Karenanya, hampir semua karya grafisnya cenderung tidak tertib atau malah cenderung rusuh," imbuhnya.
Sementara itu, dalam catatan pengantarnya, Goenawan Mohamad mengatakan sejak menekuni residensi seniman di Devfto Printmaking Institute untuk belajar mempraktikkan teknik etching, dia mengaku menemukan seni rupa yang dia sukai.
Menurutnya, proses pembuatan karya grafis terasa akrab dalam 'mendengarkan' tubuh, dengan jari dan tangan yang berusaha pas memegang jarum dan pisau untuk memproduksi gambar di papan logam.
"Bagi saya, intaglio dan litografi lebih dekat dengan drawing, dengan kejujuran, dengan ketidakmampuan sok pintar, dan dengan ketidakterdugaan," ucap seniman berusia 81 tahun itu.
Baca juga: Inilah Deretan Lukisan Potret Seniman Diantara Karya Goenawan Mohamad
Editor: Dika Irawan
Sekitar 40 karya grafis dengan teknik intaglio dan litografi dipamerkan dalam eksibisi tersebut yang berlangsung sampai 16 Maret 2023.
Baca juga: Galeri Seni Panen Cuan di Art Jakarta Gardens 2023, dari Karya Nue Prastowo sampai Goenawan Mohamad Laris Terjual
Seluruh karya tersebut merupakan hasil residensi Goenawan Mohamad untuk menekuni seni grafis di salah satu studio printmaking populer di Indonesia, Devto Printmaking Institute di Ubud, Bali. Seniman serba bisa asal Batang itu mengikuti residensi sejak pertengahan 2022 hingga awal 2023.
Pameran Kitab Hewan menampilkan 15 karya intaglio berpokok perupaan aneka rupa dan gaya hewan, antara lain badak, monyet, dan kodok, dan sebuah lanskap di bawah awan dan sepetak rumah di Bromo.
Selain itu, Goenawan Mohamad juga mengusung 20 karya intaglio dan litografi berpokok perupaan potret binatang dan orang-orang yang unik dan tampak surealistik. Beberapa judul lukisannya di antaranya Sang Ilmuwan, Bhisma Swarga, Badut, Zhung Zhou di Bukit, dan Pemabuk di Sudut Sanur.
Orang Suci & Burung-burung, Litografi, 61 cm x 80 cm, Goenawan Mohamad (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)
Intaglio atau teknik cetak dalam sendiri merupakan jenis seni rupa grafis yang pembuatan karyanya menggunakan plat alumunium yang dibentuk menggunakan benda tajam, agar dapat menghasilkan goresan yang dalam. Goresan dalam plat aluminium tersebut diberi tinta dan disapukan pada permukaan kertas yang dibasahi.
Sementara litografi atau teknik cetak datar merupakan teknik cetak yang memanfaatkan plat atau papan cetak datar untuk membuat bagian gambar dan bukan gambar berada pada ketinggian sama. Untuk memisahkannya, cetak datar menggunakan lapisan emulsi yang membat bagian gambar akan menarik tinta sedangkan bagian bukan gambar akan menolak tinta.
Srie Malela Mahargasari, kurator pameran ini mengatakan Kitab Hewan merupakan sehimpun karya grafis yang di dalamnya memiliki pokok cerapan atau citra (image) yang sejenis, yaitu dunia tentang hewan. Lukisan-lukisan yang dipamerkannya ada yang menyerupai burung, ular, kuda, tikus, dan lainnya, yang tidak tampil secara utuh dan rinci.
"Goenawan memang tak hendak menyalinnya dari realitas hewan sesungguhnya. Oleh sebab itu, acapkali pada karya-karyanya tak kita kenali secara persis jenis hewan yang ada dalam karyanya," katanya.
Menurut Srie, dalam menciptakan koleksi karyanya kali ini, Goenawan menggambarkannya cenderung secara spontanitas. Dalam berkarya, dia tidak digerakkan oleh ide, tetapi mengandalkan kebebasan tangan atas dorongan dari dalam dirinya yang menggerakkan.
"Spontanitas dan dorongan bermain itulah merupakan kekuatan yang menghidupkan karya-karya grafis Goenawan. Karenanya, hampir semua karya grafisnya cenderung tidak tertib atau malah cenderung rusuh," imbuhnya.
Sementara itu, dalam catatan pengantarnya, Goenawan Mohamad mengatakan sejak menekuni residensi seniman di Devfto Printmaking Institute untuk belajar mempraktikkan teknik etching, dia mengaku menemukan seni rupa yang dia sukai.
Menurutnya, proses pembuatan karya grafis terasa akrab dalam 'mendengarkan' tubuh, dengan jari dan tangan yang berusaha pas memegang jarum dan pisau untuk memproduksi gambar di papan logam.
"Bagi saya, intaglio dan litografi lebih dekat dengan drawing, dengan kejujuran, dengan ketidakmampuan sok pintar, dan dengan ketidakterdugaan," ucap seniman berusia 81 tahun itu.
Baca juga: Inilah Deretan Lukisan Potret Seniman Diantara Karya Goenawan Mohamad
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.