Penyair Goenawan Mohamad Terima Penghargaan dari Raja Spanyol Felipe VI
20 March 2025 |
08:00 WIB
Kiprah Goenawan Mohamad sepertinya tak henti di lekang usia. Terbaru, penyair gaek, asal Batang, Jawa Tengah, itu kembali mencatatkan sejarah penting pada dunia kesenian setelah mendapat penghargaan dari kerajaan Spanyol atas kontribusinya di bidang sastra, seni, dan jurnalistik.
GM, begitu biasa dipanggil dianugerahi Official Cross of the Order of “Isabel la Catolica” dari Raja Spanyol H.M. King Felipe VI. Penghargaan ini diserahkan melalui Duta Besar Kerajaan Spanyol untuk Indonesia, Francisco Aguilera Aranda pada Selasa, (18/3/25) malam.
Baca juga: Imaji & Sensibilitas Goenawan Mohamad dalam Santiran
Francisco Aguilera Aranda mengatakan, penghargaan ini diberikan sebagai pengakuan atas dedikasi luar biasa GM dalam memperjuangkan kebebasan berekspresi, keadilan sosial, serta kontribusinya dalam mempererat hubungan budaya antara Indonesia dan Spanyol.
Ketertarikan GM terhadap sastra global salah satunya sastra Spanyol, menjadi salah satu alasan dia dianugerahi penghargaan tersebut. Sosok Goenawan Mohamad juga digambarkan persis seperti sosok Don Quijote dalam karya Miguel de Cervantes.
"Tema universal seperti keadilan, idealisme, dan perjuangan melawan kesulitan—yang begitu kuat diwujudkan dalam sosok Don Quijote—tercermin dalam karyanya. Sebagaimana ksatria pengembara ciptaan Cervantes yang menentang norma-norma kaku pada zamannya" kata Francisco dalam pidato pembukaan di kediamannya .
Jembatan budaya antara Spanyol dan Indonesia, juga tercermin dalam pertunjukan teater boneka yang ditulis sang penyair dengan judul Den Kisot. Pertunjukan ini pertama kali dipentaskan pada 2019 di Salihara Arts Center, dan disutradarai Endo Suanda.
Setelahnya, pementasan tersebut juga dipentaskan di berbagai seperti Bandung, Solo, Yogyakarta, Ternate, dan Tidore. Perjalanan karya Den Kisot ke berbagai daerah ini merupakan bentuk kolaborasi antara Komunitas Salihara dengan Kedutaan Besar Spanyol.
"Goenawan secara konsisten menggunakan suaranya untuk mempertanyakan kekuasaan dan memperjuangkan kebenaran.” imbuh Fransisco.
Goenawan mengaku, salah satu novel populer sepanjang masa di dunia itu memang telah menginspirasinya sejak kecil. Don Quixote sendiri memiliki premis sederhana, yakni membuktikan bahwa sifat seorang ksatria tidak akan pernah mati.
Sebagai penulis naskah, GM mengaku pementasan Den Kisot merupakan sebuah pencapaian budaya baginya. Kala itu, dia mengungkap karya tersebut dipentaskan dalam format wayang golek ala Sunda yang didasarkan dari kisah epik Don Quijote de La Mancha.
"Saya merasa terhormat dapat mementaskan pertunjukan wayang yang mengadaptasi dari kisah tersebut. Prosesnya cukup berat namun menyenangkan, saya begitu senang dan bangga," imbuh penulis Catatan Pinggir, itu.
Acara pemberian medali ini juga ditutup dengan pembacaan puisi berjudul Epilog dari kumpulan puisi Don Quixote (2024) karya Goenawan Mohamad oleh Rebecca Kezia. Ada pula pertunjukan musik oleh DeKa yang sempat menjadi pengiring dalam pentas boneka Den Kisot.
Profil Goenawan Mohamad
Goenawan Mohamad lahir pada 29 Juli 1941 di Batang, Indonesia. Sejak usia muda, kecintaannya terhadap sastra telah membawanya pada karier yang kaya, termasuk kumpulan puisi Parikesit (1971) dan Asmaradana (1992). GM juga dikenal sebagai salah satu penulis esai terbaik di Indonesia.
Dalam berkarya GM juga mendalami tradisi sastra global, termasuk sastra Spanyol. Sebagai penerjemah dan kritikus, dia juga telah memperkenalkan para pembaca Indonesia kepada para sastrawan dunia, sebagaimana Spanyol telah menjadi jembatan antar budaya sepanjang sejarah.
Dikenal sebagai penyair multitalenta, GM juga memiliki rasa ingin tahu intelektual yang kuat. Karya-karyanya juga merefleksikan bahwa sastra dan jurnalisme bukan sekadar alat pencatat sejarah, tetapi juga kekuatan yang mampu membentuk masyarakat dan menginspirasi perubahan.
Salah satu pencapaian paling signifikan dari GM adalah pendirian majalah Tempo, di mana dia menjabat sebagai pemimpin redaksi selama lebih dari dua dekade. Melalui platform ini, GM juga menjadi pembela gigih terhadap jurnalisme yang independen dan mengedepankan hak asasi manusia.
Sepanjang kariernya yang cemerlang, Goenawan telah menerima berbagai penghargaan yang mengakui kiprahnya dalam jurnalisme dan sastra. Salah satunya adalah International Press Freedom Award yang bergengsi dari Committee to Protect Journalists pada tahun 1998.
Baca juga: Angga Yunanda Kenal Sunaryo Ketika Shenina Kepincut Goenawan Mohamad di MACAN Gala 2023
Editor: Dika Irawan
GM, begitu biasa dipanggil dianugerahi Official Cross of the Order of “Isabel la Catolica” dari Raja Spanyol H.M. King Felipe VI. Penghargaan ini diserahkan melalui Duta Besar Kerajaan Spanyol untuk Indonesia, Francisco Aguilera Aranda pada Selasa, (18/3/25) malam.
Baca juga: Imaji & Sensibilitas Goenawan Mohamad dalam Santiran
Francisco Aguilera Aranda mengatakan, penghargaan ini diberikan sebagai pengakuan atas dedikasi luar biasa GM dalam memperjuangkan kebebasan berekspresi, keadilan sosial, serta kontribusinya dalam mempererat hubungan budaya antara Indonesia dan Spanyol.
Ketertarikan GM terhadap sastra global salah satunya sastra Spanyol, menjadi salah satu alasan dia dianugerahi penghargaan tersebut. Sosok Goenawan Mohamad juga digambarkan persis seperti sosok Don Quijote dalam karya Miguel de Cervantes.
"Tema universal seperti keadilan, idealisme, dan perjuangan melawan kesulitan—yang begitu kuat diwujudkan dalam sosok Don Quijote—tercermin dalam karyanya. Sebagaimana ksatria pengembara ciptaan Cervantes yang menentang norma-norma kaku pada zamannya" kata Francisco dalam pidato pembukaan di kediamannya .
Jembatan budaya antara Spanyol dan Indonesia, juga tercermin dalam pertunjukan teater boneka yang ditulis sang penyair dengan judul Den Kisot. Pertunjukan ini pertama kali dipentaskan pada 2019 di Salihara Arts Center, dan disutradarai Endo Suanda.
Setelahnya, pementasan tersebut juga dipentaskan di berbagai seperti Bandung, Solo, Yogyakarta, Ternate, dan Tidore. Perjalanan karya Den Kisot ke berbagai daerah ini merupakan bentuk kolaborasi antara Komunitas Salihara dengan Kedutaan Besar Spanyol.
"Goenawan secara konsisten menggunakan suaranya untuk mempertanyakan kekuasaan dan memperjuangkan kebenaran.” imbuh Fransisco.
Goenawan mengaku, salah satu novel populer sepanjang masa di dunia itu memang telah menginspirasinya sejak kecil. Don Quixote sendiri memiliki premis sederhana, yakni membuktikan bahwa sifat seorang ksatria tidak akan pernah mati.
Sebagai penulis naskah, GM mengaku pementasan Den Kisot merupakan sebuah pencapaian budaya baginya. Kala itu, dia mengungkap karya tersebut dipentaskan dalam format wayang golek ala Sunda yang didasarkan dari kisah epik Don Quijote de La Mancha.
"Saya merasa terhormat dapat mementaskan pertunjukan wayang yang mengadaptasi dari kisah tersebut. Prosesnya cukup berat namun menyenangkan, saya begitu senang dan bangga," imbuh penulis Catatan Pinggir, itu.
Acara pemberian medali ini juga ditutup dengan pembacaan puisi berjudul Epilog dari kumpulan puisi Don Quixote (2024) karya Goenawan Mohamad oleh Rebecca Kezia. Ada pula pertunjukan musik oleh DeKa yang sempat menjadi pengiring dalam pentas boneka Den Kisot.
Profil Goenawan Mohamad
Goenawan Mohamad lahir pada 29 Juli 1941 di Batang, Indonesia. Sejak usia muda, kecintaannya terhadap sastra telah membawanya pada karier yang kaya, termasuk kumpulan puisi Parikesit (1971) dan Asmaradana (1992). GM juga dikenal sebagai salah satu penulis esai terbaik di Indonesia.
Dalam berkarya GM juga mendalami tradisi sastra global, termasuk sastra Spanyol. Sebagai penerjemah dan kritikus, dia juga telah memperkenalkan para pembaca Indonesia kepada para sastrawan dunia, sebagaimana Spanyol telah menjadi jembatan antar budaya sepanjang sejarah.
Dikenal sebagai penyair multitalenta, GM juga memiliki rasa ingin tahu intelektual yang kuat. Karya-karyanya juga merefleksikan bahwa sastra dan jurnalisme bukan sekadar alat pencatat sejarah, tetapi juga kekuatan yang mampu membentuk masyarakat dan menginspirasi perubahan.
Salah satu pencapaian paling signifikan dari GM adalah pendirian majalah Tempo, di mana dia menjabat sebagai pemimpin redaksi selama lebih dari dua dekade. Melalui platform ini, GM juga menjadi pembela gigih terhadap jurnalisme yang independen dan mengedepankan hak asasi manusia.
Sepanjang kariernya yang cemerlang, Goenawan telah menerima berbagai penghargaan yang mengakui kiprahnya dalam jurnalisme dan sastra. Salah satunya adalah International Press Freedom Award yang bergengsi dari Committee to Protect Journalists pada tahun 1998.
Baca juga: Angga Yunanda Kenal Sunaryo Ketika Shenina Kepincut Goenawan Mohamad di MACAN Gala 2023
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.