Studi Sebut Polusi Udara Ganggu Kesehatan Mental, Simak 5 Cara Mengatasinya Yuk
07 February 2023 |
10:30 WIB
Kesehatan mental dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Selain faktor genetik, biasanya dikaitkan dengan peristiwa traumatis hingga tingkat stres. Namun, studi terbaru menemukan bahwa kesehatan mental dipengaruhi oleh tingkat polusi udara lho, Genhype.
Para peneliti dari Universitas Oxford, Universitas Peking di Beijing, dan Imperial College London, semula mengeksplorasi hubungan antara kualitas udara dan kesehatan mental, dengan memantau 389.185 orang dewasa di Inggris selama 11 tahun. Hasilnya, mereka menemukan 13.131 kasus depresi dan 15.835 kecemasan.
Ketika polusi udara meningkat, para peneliti menemukan, begitu pula kasus depresi dan kecemasan. Dengan kata lain, paparan jangka panjang terhadap tingkat polusi udara yang rendah sekalipun, dapat menyebabkan risiko kesehatan mental.
Baca juga: 5 Makanan Kaya Antioksidan untuk Lindungi Tubuh dari Paparan Polusi
Adapun polutan yang dimaksud meliputi partikel halus, oksida nitrat, dan nitrogen dioksida. Umumnya polutan tersebut dipancarkan ke udara saat bahan bakar fosil dibakar untuk kendaraan, pembangkit listrik, peralatan konstruksi, dan pekerjaan industri.
Temuan yang terbit di Journal of American Medical Association Psychiatry pada awal Februari ini disampaikan Menteri Lingkungan Hidup Thérèse Coffey. Dia mengakui Inggris tidak dapat mencapai target polusi udara dan telah mengeluarkan pedoman baru yang memungkinkan lebih dari dua kali lipat tingkat partikel halus (PM2.5) daripada target yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Parlemen Inggris pun menyetujui untuk menaikkan batas konsentrasi polutan sebanyak 12 mikrogram per meter kubik pada 2028. WHO pada September 2021 diketahui mengurangi separuh batasnya untuk PM2.5 menjadi lima mikrogram.
Sementara itu, para ilmuwan telah lama memperingatkan tentang dampak polusi terhadap kesehatan fisik, termasuk penyakit kardiovaskular, infeksi pernapasan, hingga kanker paru-paru.
Sebuah laporan dari University of Chicago tahun lalu mengatakan polusi udara memakan waktu lebih dari dua tahun dari harapan hidup rata-rata global, lebih dari risiko yang ditimbulkan rokok, alkohol, konflik, dan terorisme. Sementara itu, Komite Efek Medis Polusi Udara melaporkan pada 2022 ada bukti hubungan antara polusi udara terhadap penurunan kognitif dan demensia.
“Studi ini memberikan bukti lebih lanjut tentang potensi dampak polusi udara pada otak,” ujar Anna Hansell, seorang profesor epidemiologi lingkungan di University of Leicester, dikutip dari The Guardian, Selasa (7/2/2023).
Adanya penelitian ini, kamu harus lebih peduli dengan paparan polusi. Terutama buat kamu yang tinggal di kota besar seperti Jakarta. Tingkat polusi di kota ini tentu tinggi mengingat intensitas kendaraan yang cukup padat.
Para peneliti dari Universitas Oxford, Universitas Peking di Beijing, dan Imperial College London, semula mengeksplorasi hubungan antara kualitas udara dan kesehatan mental, dengan memantau 389.185 orang dewasa di Inggris selama 11 tahun. Hasilnya, mereka menemukan 13.131 kasus depresi dan 15.835 kecemasan.
Ketika polusi udara meningkat, para peneliti menemukan, begitu pula kasus depresi dan kecemasan. Dengan kata lain, paparan jangka panjang terhadap tingkat polusi udara yang rendah sekalipun, dapat menyebabkan risiko kesehatan mental.
Baca juga: 5 Makanan Kaya Antioksidan untuk Lindungi Tubuh dari Paparan Polusi
Adapun polutan yang dimaksud meliputi partikel halus, oksida nitrat, dan nitrogen dioksida. Umumnya polutan tersebut dipancarkan ke udara saat bahan bakar fosil dibakar untuk kendaraan, pembangkit listrik, peralatan konstruksi, dan pekerjaan industri.
Temuan yang terbit di Journal of American Medical Association Psychiatry pada awal Februari ini disampaikan Menteri Lingkungan Hidup Thérèse Coffey. Dia mengakui Inggris tidak dapat mencapai target polusi udara dan telah mengeluarkan pedoman baru yang memungkinkan lebih dari dua kali lipat tingkat partikel halus (PM2.5) daripada target yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Parlemen Inggris pun menyetujui untuk menaikkan batas konsentrasi polutan sebanyak 12 mikrogram per meter kubik pada 2028. WHO pada September 2021 diketahui mengurangi separuh batasnya untuk PM2.5 menjadi lima mikrogram.
Sementara itu, para ilmuwan telah lama memperingatkan tentang dampak polusi terhadap kesehatan fisik, termasuk penyakit kardiovaskular, infeksi pernapasan, hingga kanker paru-paru.
Sebuah laporan dari University of Chicago tahun lalu mengatakan polusi udara memakan waktu lebih dari dua tahun dari harapan hidup rata-rata global, lebih dari risiko yang ditimbulkan rokok, alkohol, konflik, dan terorisme. Sementara itu, Komite Efek Medis Polusi Udara melaporkan pada 2022 ada bukti hubungan antara polusi udara terhadap penurunan kognitif dan demensia.
“Studi ini memberikan bukti lebih lanjut tentang potensi dampak polusi udara pada otak,” ujar Anna Hansell, seorang profesor epidemiologi lingkungan di University of Leicester, dikutip dari The Guardian, Selasa (7/2/2023).
Adanya penelitian ini, kamu harus lebih peduli dengan paparan polusi. Terutama buat kamu yang tinggal di kota besar seperti Jakarta. Tingkat polusi di kota ini tentu tinggi mengingat intensitas kendaraan yang cukup padat.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.