Intip 5 Teknologi untuk Bisnis yang Diprediksi jadi Tren pada 2023
06 February 2023 |
21:30 WIB
Implementasi teknologi digital dalam dunia bisnis telah berkembang pesat selama pandemi Covid-19. Menyongsong 2023, berbagai strategi bisnis kerap diadopsi dengan memperhatikan kesangkilan teknologi digital yang tepat. Organisasi di penjuru dunia pun telah menyadari keunggulan tersebut seiring terbukanya pasar global.
President Director IBM Indonesia, Roy Kosasih, mengatakan teknologi untuk bisnis harus segera diterapkan oleh setiap perusahaan agar setiap manfaatnya dapat dipetik secara maksimal. Tak hanya itu, para pelaku bisnis pun harus berpikir untuk segera menggunakan keunggulan tren tersebut.
"Tahun ini kita bukan lagi baru memasuki era pemakaian teknologi digital dalam dunia bisnis. Namun, bagaimana teknologi itu harus diterapkan untuk mencapai manfaat yang semaksimal mungkin bagi perusahaan," papar Roy Kosasih.
Lantas, teknologi bisnis apa saja yang diprediksi bakal ngetren pada 2023? Dihimpun Hypeabis.id dari siaran tertulis IBM Indonesia, berikut lima tren teknologi bisnis tersebut.
Baca juga: Tren Teknologi 2023: Metaverse Makin Nyata hingga Perkembangan Komputasi Kuantum
Oleh karena itu menurut Technology Leader, IBM Indonesia, Cin Cin Go, setiap organisasi perlu beralih dari RPA dan otomatisasi. Salah satunya otomatisasi berbasis aturan untuk menanamkan kecerdasan di berbagai proses dan tingkat penugasan. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan peran teknologi yang tersedia.
"IBM percaya, organisasi perlu memulai dengan proses bisnis dan membayangkan kembali bagaimana proses tersebut dapat diterapkan secara optimal dengan mempertimbangkan teknologi yang tersedia," papar Cin Cin Go.
Menurut IBM, perusahaan membutuhkan fondasi data yang baik dan akurat. Dari hasil studi sebanyak 60 persen perusahaan tidak tahu kesalahan data dapat berdampak buruk bagi bisnis mereka. Studi lainnya juga menemukan dampak moneter yang muncul karena data yang buruk. Oleh karena itu, bisnis dapat rusak dan menjadi lebih rumit jika dikombinasikan dengan pengadopsian teknologi AI.
"IBM percaya apa yang dibutuhkan perusahaan adalah fondasi data yang baik, arsitektur hak data yang akurat, dan struktur data untuk memungkinkan mereka mengintegrasikan semua data dari perusahaan ke dalam aplikasi," imbuh Cin Cin Go.
Tantangan dengan pendekatan ini adalah terbatasnya jumlah pekerja analis keamanan untuk mengelola dan memelihara semua sistem. Oleh karena itu, pendidikan keamanan siber untuk karyawan di sangatlah penting. IBM meyakinkan, satu-satunya cara organisasi dapat mengikuti peningkatan jumlah insiden keamanan siber adalah melalui penggunaan AI atau otomatisasi.
"Di Amerika Serikat telah menerapkan strategi federal zero trust architecture (ZTA), yang mewajibkan lembaga untuk memenuhi standar dan objektivitas keamanan siber tertentu pada akhir 2024. Ini untuk memperkuat pertahanan pemerintah terhadap ancaman kampanye yang semakin canggih," jelas Cin Cin Go.
President Director IBM Indonesia, Roy Kosasih, mengatakan teknologi untuk bisnis harus segera diterapkan oleh setiap perusahaan agar setiap manfaatnya dapat dipetik secara maksimal. Tak hanya itu, para pelaku bisnis pun harus berpikir untuk segera menggunakan keunggulan tren tersebut.
"Tahun ini kita bukan lagi baru memasuki era pemakaian teknologi digital dalam dunia bisnis. Namun, bagaimana teknologi itu harus diterapkan untuk mencapai manfaat yang semaksimal mungkin bagi perusahaan," papar Roy Kosasih.
Lantas, teknologi bisnis apa saja yang diprediksi bakal ngetren pada 2023? Dihimpun Hypeabis.id dari siaran tertulis IBM Indonesia, berikut lima tren teknologi bisnis tersebut.
Baca juga: Tren Teknologi 2023: Metaverse Makin Nyata hingga Perkembangan Komputasi Kuantum
1. Otomatisasi Secara Menyeluruh
Pemberlakuan otomatisasi secara menyeluruh pada bisnis sangatlah penting untuk perusahaan. Pasalnya hingga saat ini masih banyak investasi pada teknologi yang tidak membuahkan hasil karena eksekusi yang dilakukan tidak terintegrasi.Oleh karena itu menurut Technology Leader, IBM Indonesia, Cin Cin Go, setiap organisasi perlu beralih dari RPA dan otomatisasi. Salah satunya otomatisasi berbasis aturan untuk menanamkan kecerdasan di berbagai proses dan tingkat penugasan. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan peran teknologi yang tersedia.
"IBM percaya, organisasi perlu memulai dengan proses bisnis dan membayangkan kembali bagaimana proses tersebut dapat diterapkan secara optimal dengan mempertimbangkan teknologi yang tersedia," papar Cin Cin Go.
2. Kepercayaan Pada Data & Kebutuhan Vital akan Integrasi Tanpa Batas
IBM melihat bahwa hingga saat ini masih banyak perusahaan yang tidak yakin atas data mereka sendiri. Kebanyakan perusahaan tidak mengukur data yang buruk sejak awal, 60 persen dari mereka tidak menyadari betapa besarnya kerugian yang ditimbulkan oleh data tersebut, hingga rata-rata US$15 juta per tahun.Menurut IBM, perusahaan membutuhkan fondasi data yang baik dan akurat. Dari hasil studi sebanyak 60 persen perusahaan tidak tahu kesalahan data dapat berdampak buruk bagi bisnis mereka. Studi lainnya juga menemukan dampak moneter yang muncul karena data yang buruk. Oleh karena itu, bisnis dapat rusak dan menjadi lebih rumit jika dikombinasikan dengan pengadopsian teknologi AI.
"IBM percaya apa yang dibutuhkan perusahaan adalah fondasi data yang baik, arsitektur hak data yang akurat, dan struktur data untuk memungkinkan mereka mengintegrasikan semua data dari perusahaan ke dalam aplikasi," imbuh Cin Cin Go.
3. Keamanan Siber yang Terintegrasi
Terjadinya perpindahan tempat kerja secara besar-besaran dengan mode kerja dari rumah dan hybrid pasca-pandemi telah membuat keamanan informasi para pekerja dan proyek dari perusahaan menjadi terancam. Banyak perusahaan yang pada akhirnya menerapkan sistem untuk memastikan bahwa mereka benar-benar dapat memeriksa dan mengotentikasi produk.Tantangan dengan pendekatan ini adalah terbatasnya jumlah pekerja analis keamanan untuk mengelola dan memelihara semua sistem. Oleh karena itu, pendidikan keamanan siber untuk karyawan di sangatlah penting. IBM meyakinkan, satu-satunya cara organisasi dapat mengikuti peningkatan jumlah insiden keamanan siber adalah melalui penggunaan AI atau otomatisasi.
"Di Amerika Serikat telah menerapkan strategi federal zero trust architecture (ZTA), yang mewajibkan lembaga untuk memenuhi standar dan objektivitas keamanan siber tertentu pada akhir 2024. Ini untuk memperkuat pertahanan pemerintah terhadap ancaman kampanye yang semakin canggih," jelas Cin Cin Go.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.