Data & Fakta 5 Penyakit Tropis yang Jadi Endemi di Indonesia
31 January 2023 |
19:41 WIB
Genhype, Indonesia memiliki lima jenis penyakit tropis yang terabaikan atau Neglected Tropical Diseases (NTD), yang masuk radar Badan Kesehatan Dunia (WHO) lho. Penyakit tersebut di antaranya adalah filariasis, cacingan, schistosomiasis, kusta, dan frambusia.
WHO mengklasifikasikan penyakit tropis terabaikan menjadi 20 kondisi yang umumnya lazim di wilayah tersebut. Kondisi ini disebabkan oleh berbagai patogen termasuk virus, bakteri, parasit, jamur, dan racun. Tercatat, lebih dari 1 miliar orang di dunia mengalami NTD.
Adapun, 20 jenis penyakit tersebut di antaranya buruli ulcer, chagas, demam berdarah dan cikungunya, dracunculiasis, echinococcosis, trematodiases bawaan makanan, tripanosomiasis manusia Afrika. Kemudian leishmaniasis, kusta, filariasis limfatik, mycetoma, chromoblastomycosis dan mikosis dalam lainnya. Lalu, onchocerciasis, rabies, kudis dan ektoparasitosis lainnya, schistosomiasis, cacing yang ditularkan melalui tanah, racun gigitan ular, taeniasis/sistiserkosis, trakhoma, dan frambusia.
Disebut sebagai penyakit yang terabaikan karena nyaris absen dari agenda kesehatan global. Namun demikian, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Maxi Rein Rondonuwu, mengatakan empat jenis penyakit yang masuk dalam daftar NDT di Indonesia, justru mendapat prioritas.
Dirangkum Hypeabis.id, berikut ini sejumlah data dan fakta dari lima jenis penyakit neglected tropical diseases yang eksis di Indonesia. Simak yuk!
Baca juga: Tren Kesehatan 2023: Ancaman Deretan Penyakit pada 2023, HIV/AIDS Bisa Outbreak
Maxi mengatakan berdasarkan data Kemenkes, sebanyak 236 kabupaten/kota di 28 provinsi di Indonesia merupakan daerah endemis filariasis. Sebanyak 9.906 kasus kronis filariasis tersebar di berbagai provinsi di Indonesia.
“Dari target sebanyak 93, hanya 72 kabupaten/kota yang mencapai eliminasi pada 2021, dan baru ada 33 kabupaten/kota telah mendapatkan sertifikat eliminasi filariasis,” katanya, dikutip Hypeabis.id, Selasa (31/1/2023).
Pakar Parasitologi dari FKM UI, Taniawati Supali, mengatakan filariasis sering disebut sebagai penyakit kaki gajah. Penyakit ini ditularkan oleh larva yang ada di dalam nyamuk.
Tahap awal orang terkena filariasis biasanya belum bergejala, masih normal. “Ini yang susah untuk pengobatan tapi pasien bilang masih normal. Gejala awal demam ringan, itu yang menyebabkan mereka tidak sadar, kemudian bengkak, kempes, dan bengkak lagi dan tidak bisa kempes lagi,” jelasnya.
Hasil survei evaluasi pascapemberian obat cacing dari 2017 hingga 2021 menunjukkan bahwa terdapat 66 kab/kota yang memiliki prevalensi cacingan di bawah 5 persen, dan 26 kab/kota yang memiliki prevalensi cacingan diatas 10 persen.
Mengutip laman Siloam Hospital, cacingan adalah penyakit akibat infeksi cacing parasit yang hidup di dalam usus manusia. Cacing yang tinggal di dalam usus tersebut akan bertahan hidup dengan menyerap sari-sari makanan yang masuk ke dalam usus.
Cacing yang menginfeksi tubuh manusia tidak hanya menyebabkan gangguan pencernaan, tetapi juga berisiko menimbulkan masalah kulit, pernapasan, hingga menyebabkan kondisi lebih serius, seperti anemia. Gejala cacingan berbeda-beda tergantung dari jenis cacing yang menginfeksi. Mulai dari gatal di bagian anus, diare, muntah, mual, nyeri perut, kehilangan nafsu makan, anemia, nyeri kepala hingga kejang.
Oleh karena itu, sebaiknya cegah infeksi cacing tersebut dengan membiasakan hidup bersih dan sehat. Jangan lupa cuci tangan setelah menyentuh tanah, selesai menggunakan toilet, dan tentunya sebelum makan ya, Genhype.
Baca juga: Bikin Cemas, 4 Penyakit Ini Jadi Momok Sepanjang 2022
WHO mengklasifikasikan penyakit tropis terabaikan menjadi 20 kondisi yang umumnya lazim di wilayah tersebut. Kondisi ini disebabkan oleh berbagai patogen termasuk virus, bakteri, parasit, jamur, dan racun. Tercatat, lebih dari 1 miliar orang di dunia mengalami NTD.
Adapun, 20 jenis penyakit tersebut di antaranya buruli ulcer, chagas, demam berdarah dan cikungunya, dracunculiasis, echinococcosis, trematodiases bawaan makanan, tripanosomiasis manusia Afrika. Kemudian leishmaniasis, kusta, filariasis limfatik, mycetoma, chromoblastomycosis dan mikosis dalam lainnya. Lalu, onchocerciasis, rabies, kudis dan ektoparasitosis lainnya, schistosomiasis, cacing yang ditularkan melalui tanah, racun gigitan ular, taeniasis/sistiserkosis, trakhoma, dan frambusia.
Disebut sebagai penyakit yang terabaikan karena nyaris absen dari agenda kesehatan global. Namun demikian, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Maxi Rein Rondonuwu, mengatakan empat jenis penyakit yang masuk dalam daftar NDT di Indonesia, justru mendapat prioritas.
Dirangkum Hypeabis.id, berikut ini sejumlah data dan fakta dari lima jenis penyakit neglected tropical diseases yang eksis di Indonesia. Simak yuk!
Baca juga: Tren Kesehatan 2023: Ancaman Deretan Penyakit pada 2023, HIV/AIDS Bisa Outbreak
1. Filariasis
Maxi mengatakan berdasarkan data Kemenkes, sebanyak 236 kabupaten/kota di 28 provinsi di Indonesia merupakan daerah endemis filariasis. Sebanyak 9.906 kasus kronis filariasis tersebar di berbagai provinsi di Indonesia.“Dari target sebanyak 93, hanya 72 kabupaten/kota yang mencapai eliminasi pada 2021, dan baru ada 33 kabupaten/kota telah mendapatkan sertifikat eliminasi filariasis,” katanya, dikutip Hypeabis.id, Selasa (31/1/2023).
Pakar Parasitologi dari FKM UI, Taniawati Supali, mengatakan filariasis sering disebut sebagai penyakit kaki gajah. Penyakit ini ditularkan oleh larva yang ada di dalam nyamuk.
Tahap awal orang terkena filariasis biasanya belum bergejala, masih normal. “Ini yang susah untuk pengobatan tapi pasien bilang masih normal. Gejala awal demam ringan, itu yang menyebabkan mereka tidak sadar, kemudian bengkak, kempes, dan bengkak lagi dan tidak bisa kempes lagi,” jelasnya.
2. Cacingan
Siapa nih dari Genhype yang masa kecilnya pernah cacingan? Untuk penyakit cacingan, Kemenkes mencatat ada 36,97 juta anak yang mendapatkan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM).Hasil survei evaluasi pascapemberian obat cacing dari 2017 hingga 2021 menunjukkan bahwa terdapat 66 kab/kota yang memiliki prevalensi cacingan di bawah 5 persen, dan 26 kab/kota yang memiliki prevalensi cacingan diatas 10 persen.
Mengutip laman Siloam Hospital, cacingan adalah penyakit akibat infeksi cacing parasit yang hidup di dalam usus manusia. Cacing yang tinggal di dalam usus tersebut akan bertahan hidup dengan menyerap sari-sari makanan yang masuk ke dalam usus.
Cacing yang menginfeksi tubuh manusia tidak hanya menyebabkan gangguan pencernaan, tetapi juga berisiko menimbulkan masalah kulit, pernapasan, hingga menyebabkan kondisi lebih serius, seperti anemia. Gejala cacingan berbeda-beda tergantung dari jenis cacing yang menginfeksi. Mulai dari gatal di bagian anus, diare, muntah, mual, nyeri perut, kehilangan nafsu makan, anemia, nyeri kepala hingga kejang.
Oleh karena itu, sebaiknya cegah infeksi cacing tersebut dengan membiasakan hidup bersih dan sehat. Jangan lupa cuci tangan setelah menyentuh tanah, selesai menggunakan toilet, dan tentunya sebelum makan ya, Genhype.
Baca juga: Bikin Cemas, 4 Penyakit Ini Jadi Momok Sepanjang 2022
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.