Ilustrasi sepsis. (sumber foto: Freepik)

Kenali Risiko Sepsis dalam Rangka Memperingati World Sepsis Day

13 September 2024   |   16:30 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Dunia memperingati Hari Sepsis Sedunia atau World Sepsis Day setiap 13 September. Peringatan ini merupakan cara bagi masyarakat di seluruh dunia agar bersatu untuk memerangi kondisi sepsis yang sangat berbahaya bagi penderitanya. Seseorang yang mengalami sepsis berisiko kehilangan nyawa. 

Dikutip dari laman Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), sepsis merupakan salah satu penyebab kematian paling sering di seluruh dunia. Berdasarkan data yang dipublikasikan pada 2020, terdapat 48,9 juta kasus sepesis.

Baca juga: Pelukan ala Kanguru Bepotensi Turunkan Risiko Sepsis pada Bayi

Jumlah kematian akibat kondisi tersebut mencapai 11 juta di seluruh dunia. Tidak hanya itu, hampir setengah atau 20 juta dari seluruh kasus sepsis diderita oleh anak di bawah usia 5 tahun.

Sepsis juga menjadi perawatan yang mahal lantaran rata-rata biaya yang harus dikeluarkan oleh penderita di seluruh rumah sakit diperkirakan lebih dari US$32.000 per pasien di negara berpendatapan tinggi.

Menurut WHO, sepsis adalah kondisi yang mengancam jiwa seseorang lantaran sistem kekebalan tubuh yang ada dalam diri bereaksi berlebihan terhadap infeksi. Reaksi berlebihan tersebut menyebabkan disfungsi organ.

“Reaksi tubuh tersebut menyebabkan kerusakan terhadap jaringan dan organnya sendiri dan dapat mengakibatkan syok, kegagalan banyak organ, dan terkadang kematian - terutama jika tidak dikenali sejak dini dan diobati dengan segera,” demikian tertulis.

WHO juga mengungkapkan bahwa sepsis dapat menyerang siapa saja. Namun, golongan orang dengan usia yang lebih tua, sangat muda, hamil, atau memiliki masalah kesehatan lainnya memiliki risiko tinggi terkena kondisi ini.

Seseorang yang terkena sepsis umumnya mengalami demam, denyut jantung cepat, napas cepat, kebingungan, dan merasakan nyeri tubuh. Kondisi ini dapat menyebabkan seseorang mengalami syok septik, kegagalan berbagai organ, dan kematian.

Penyabab penderita mengalami sepsis biasanya adalah infeksi bakteri. Namun, sepsis juga dapat terjadi lantaran infeksi lainnya, seperti virus, parasit, atau jamur. Penderita sepsis memerlukan perawatan medis termasuk penggunaan antimikroba, cairan infus, dan tindakan lainnya.

WHO mengungkapkan bahwa sepsis yang didapat di lingkungan perawatan kesehatan merupakan salah satu kejadian buruk yang paling sering terjadi selama pemberian perawatan. Tidak hanya itu, sepsis ini juga telah memengaruhi ratusan juta pasien di seluruh dunia setiap tahun.

WHO mengatakan bahwa Infeksi terkait layanan kesehatan dapat terjadi karena patogen yang sering resistan terhadap obat dan dapat dengan cepat menyebabkan kondisi klinis yang memburuk. Resistensi antimikroba merupakan faktor utama yang menentukan ketidakresponsifan klinis terhadap pengobatan dan evolusi cepat menjadi sepsis dan syok septik.

Pasien sepsis dengan patogen yang resistan memiliki risiko kematian di rumah sakit yang lebih tinggi. WHO memperkirakan ada 4,95 juta kematian terkait dengan resistensi antimikroba pada 2019.

WHO mengungkapkan ada sejumlah langkah utama untuk mengurangi terjadi sepsis. Langkah itu seperti praktik kebersihan yang baik, memastikan akses ke program vaksinasi, sanitasi dan kualitas serta ketersediaan air yang lebih baik, dan sebagainya.

Kemudian, diagnosis dini dan penanganan klinis sepsis yang tepat waktu dan tepat, seperti penggunaan antimikroba yang optimal dan resusitasi cairan sangat penting untuk meningkatkan kemungkinan seseorang dapat bertahan hidup.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda
 

SEBELUMNYA

5 Karya Sinema yang Diciptakan dalam Waktu Kurang dari 14 Hari

BERIKUTNYA

Cristiano Ronaldo Jadi Orang Pertama Peraih 1 Miliar Pengikut di Media Sosial

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: