Kurangi Sampah Plastik di Lautan, ASDP Letakkan Mesin ini di Berbagai Pelabuhan
23 January 2023 |
21:00 WIB
Plastik menjadi masalah bagi lingkungan lantaran sangat sulit untuk terurai oleh alam. Berbagai cara pun dilakukan oleh banyak pihak untuk menguranginya. Salah satu dari banyak cara itu adalah dengan membiasakan masyarakat tidak membuang sampah plastik sembarangan, terutama di lautan.
PT ASDP Indonesia Ferry meletakkan sejumlah Reverse Vending Machine (RVM) botol plastik di sejumlah lokasi di pelabuhan. Hal ini dilakukan perseroan sebagai bagian dalam upaya mengurangi sampah atau limbah plastik dari masyarakat yang banyak berakhir di laut, sehingga berpotensi merusak kelangsungan hidup biota laut di seluruh perairan Indonesia.
Baca juga: 5 Tip Agar Jadi Pelancong Ramah Lingkungan saat Traveling
Corporate Secretary PT ASDP Indonesia Ferry, Shelvy Arifin, mengatakan bahwa setiap orang bisa ikut menjaga lingkungan dengan menabung botol plastik yang telah dipakai dengan menggunakan mesin RVM.
Tersambung dengan aplikasi PlastikPay, setiap orang akan mendapatkan poin di aplikasi tersebut ketika memasukkan botolnya ke dalam RVM. Individu dapat menukarkan poin yang telah terkumpul dengan uang digital.
“Dengan mengusung tema Save Our Ocean, ASDP berharap kehidupan bawah laut tidak terganggu dengan sampah plastik, yang digunakan secara tidak bertanggung jawab oleh manusia,” katanya.
Dia menambahkan, pada saat ini RVM berada di tiga titik, yakni dua di jakarta dan satu di Merak, Banten. Selain RVM, perusahaan juga menempatkan dropbox manual di empat titik di Jabodetabek dan Merak
"Ke depan, kami akan tambah lebih banyak lagi lokasi baik untuk RVM maupun dropbox, sehingga lebih banyak lagi masyarakat yang memanfaatkannya dan turut membantu menjaga dan melestarikan lingkungan," katanya.
Untuk diketahui, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat bahwa pada 2020, wilayah lautan Indonesia sudah tercemar sebanyak 1,7 Kg sampah per meter persegi (Kg/m2). Dengan total luas lautan Indonesia 3,25 juta km², maka diperkirakan jumlah sampah di laut Nusantara mencapai 5,75 juta ton.
Jenis sampah yang paling banyak ditemukan adalah sampah plastik dengan bobot seberat 627,80 gr/m² atau memiliki proporsi 35,4 persen dari total sampah di laut Indonesia pada 2020. Selain plastik, sampah yang berada di laut adalah kaca, keramik, logam, kayu, karet, busa plastik, kertas, kardus, dan lainnya.
Sementara itu, perusahaan juga mengimplementasikan operasional kapal feri secara ramah lingkungan dan berkelanjutan atau green shipping sebagai bentuk untuk menjaga dan melestarikan lingkungan.
Dengan pengoperasian kapal berbasis green shipping, perusahaan berharap dapat menjadi bagian dalam memenuhi target pemerintah mencapai nol emisi karbon atau Net Zero Emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat.
"Sebagai perusahaan yang terus berkembang dan beradaptasi dengan kebutuhan global, ASDP akan terus berusaha menjadi bagian dari perusahaan yang berkomitmen kuat terhadap lingkungan berkelanjutan, salah satunya melalui perluasan green shipping di seluruh armada kapal kami," katanya.
Saat ini, perusahaan mengoperasikan 219 unit kapal, yang melayani kebutuhan transportasi masyarakat di 311 lintasan hingga pelosok Tanah Air.
Baca juga: Sejarah Penggunaan Kontainer untuk Bangunan
Editor: Dika Irawan
PT ASDP Indonesia Ferry meletakkan sejumlah Reverse Vending Machine (RVM) botol plastik di sejumlah lokasi di pelabuhan. Hal ini dilakukan perseroan sebagai bagian dalam upaya mengurangi sampah atau limbah plastik dari masyarakat yang banyak berakhir di laut, sehingga berpotensi merusak kelangsungan hidup biota laut di seluruh perairan Indonesia.
Baca juga: 5 Tip Agar Jadi Pelancong Ramah Lingkungan saat Traveling
Corporate Secretary PT ASDP Indonesia Ferry, Shelvy Arifin, mengatakan bahwa setiap orang bisa ikut menjaga lingkungan dengan menabung botol plastik yang telah dipakai dengan menggunakan mesin RVM.
Tersambung dengan aplikasi PlastikPay, setiap orang akan mendapatkan poin di aplikasi tersebut ketika memasukkan botolnya ke dalam RVM. Individu dapat menukarkan poin yang telah terkumpul dengan uang digital.
“Dengan mengusung tema Save Our Ocean, ASDP berharap kehidupan bawah laut tidak terganggu dengan sampah plastik, yang digunakan secara tidak bertanggung jawab oleh manusia,” katanya.
Dia menambahkan, pada saat ini RVM berada di tiga titik, yakni dua di jakarta dan satu di Merak, Banten. Selain RVM, perusahaan juga menempatkan dropbox manual di empat titik di Jabodetabek dan Merak
"Ke depan, kami akan tambah lebih banyak lagi lokasi baik untuk RVM maupun dropbox, sehingga lebih banyak lagi masyarakat yang memanfaatkannya dan turut membantu menjaga dan melestarikan lingkungan," katanya.
Untuk diketahui, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat bahwa pada 2020, wilayah lautan Indonesia sudah tercemar sebanyak 1,7 Kg sampah per meter persegi (Kg/m2). Dengan total luas lautan Indonesia 3,25 juta km², maka diperkirakan jumlah sampah di laut Nusantara mencapai 5,75 juta ton.
Jenis sampah yang paling banyak ditemukan adalah sampah plastik dengan bobot seberat 627,80 gr/m² atau memiliki proporsi 35,4 persen dari total sampah di laut Indonesia pada 2020. Selain plastik, sampah yang berada di laut adalah kaca, keramik, logam, kayu, karet, busa plastik, kertas, kardus, dan lainnya.
Green Shipping
Sementara itu, perusahaan juga mengimplementasikan operasional kapal feri secara ramah lingkungan dan berkelanjutan atau green shipping sebagai bentuk untuk menjaga dan melestarikan lingkungan.Dengan pengoperasian kapal berbasis green shipping, perusahaan berharap dapat menjadi bagian dalam memenuhi target pemerintah mencapai nol emisi karbon atau Net Zero Emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat.
"Sebagai perusahaan yang terus berkembang dan beradaptasi dengan kebutuhan global, ASDP akan terus berusaha menjadi bagian dari perusahaan yang berkomitmen kuat terhadap lingkungan berkelanjutan, salah satunya melalui perluasan green shipping di seluruh armada kapal kami," katanya.
Saat ini, perusahaan mengoperasikan 219 unit kapal, yang melayani kebutuhan transportasi masyarakat di 311 lintasan hingga pelosok Tanah Air.
Baca juga: Sejarah Penggunaan Kontainer untuk Bangunan
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.