Bunda, Begini Cara Menghadapi Anak Berkebutuhan Khusus Agar Emosinya Stabil
21 January 2023 |
17:06 WIB
Anak-anak dengan kondisi berkebutuhan khusus kerap mengalami ketidakstabilan emosi dalam kegiatan sehar-hari. Kondisi ini menuntut orang tua untuk dapat memahami anak dengan baik dan berupaya tidak menghadapinya dengan emosi yang berlebihan.
Psikolog Vitriani Sumarlis dari Pendidikan Inklusi Cikal menuturkan bahwa orang tua harus memahami emosi anak dan menerapkan sejumlah strategi dalam mengelola emosinya yang tidak stabil. “Menerima kondisi anak dan memahami penyebab ketidakstabilan emosi menjadi hal yang esensial untuk dipahami oleh orang tua,” katanya.
Baca juga: Tetap Sabar Mom, Begini Kiat Melatih Emosi Anak yang Meledak-ledak
Vitriani menyebutkan bahwa ada dua cara yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam menghadapi anak dengan kebutuhan khusus yang emosinya kerap tidak stabil.
Pertama, mencari tempat terapi bagi anak berkebutuhan khusus. Menurutnya, orang tua dengan anak berkebutuhan khusus dapat mencari tempat terapi tatap muka atau daring yang melihat secara utuh kondisi anak dan mengoptimalkan pengembangan dirinya dari segi emosi.
Dengan begitu, dilema orang tua dapat dipahami dalam beberapa alasan terkait pendampingan dan pengelolaan emosi anak. Namun, orang tua perlu mengingat bahwa anak tetap memerlukan penanganan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangannya.
“Oleh karena itu yang dapat dilakukan oleh orang tua adalah mencari tempat terapi tatap muka yang aman, atau mencari alternatif program terapi secara daring yang dapat mendukung optimalisasi pengembangan diri anak,” katanya.
Kedua, mengikuti kegiatan home program bagi anak berkebutuhan khusus. Kegiatan yang berlangsung di rumah ini masih menjadi pilihan bagi orang tua dalam upaya mengasah kestabilan emosi sang anak.
Orang tua dapat menentukan target pencapaian yang sesuai dengan situasi dan kondisi terkait dengan hal ini, seperti durasi yang direncanakan untuk mengevaluasi target pencapaian.
Namun, Vitriani menuturkan ada tiga hal yang harus diamati dan dipahami secara mendalam terhadap anak sebelum menyekolahkannya, yakni daya tahan anak, kepekaan anak terhadap rangsangan, dan respons anak saat mengikuti proses belajar.
Terkait daya tahan anak, orang tua harus mengamati dan memahami secara mendalam daya tahan anak yang memiliki kebutuhan khusus. Daya tahan akan memengaruhi optimalisasi pengembangan diri anak dalam setiap fase penyesuaian diri dengan lingkungan, termasuk dengan guru dan teman-teman.
Orang tua dapat melakukan observasi terhadap anak dengan kebutuhan khusus untuk mengetahui bagaimana kondisi daya tahan sang anak.
Sementara mengenai kepekaan anak terhadap rangsangan, dia menuturkan bahwa beberapa anak yang memiliki kepakaan berlebihan terhadap beberapa hal, seperti rangsang cahaya, suara, atau gerak membutuhkan waktu untuk dapat merasa nyaman di lingkungan sekolah atau kelas.
Adapun terkait respons anak saat mengikuti proses belajar, orang tua harus memperhatikan respons anak, baik saat menerima instruksi, diskusi bersama guru, dan sebagainya. Langkah ini adalah guna mengetahui kesiapan belajar anak.
Respons anak biasanya dapat terlihat dari waktu pengenalan sekolah atau orientasi sebagai awal mula interaksi terbangun, dan pengenalan cakupan lainnya. Anak-anak perlu mendapatkan pengenalan lingkungan sekolah beserta guru yang akan mengajar.
Meskipun begitu, terdapat beberapa anak membutuhkan orientasi lebih awal sebelum datang ke sekolah. Anak dengan kondisi ini perlu mendapatkan waktu untuk orientasi lebih awal sebelum datang belajar di sekolah.
Baca juga: Kiat Melatih Anak Agar Tidak Takut Saat Ditinggal Pergi Orang Tua
Tujuan utama anak-anak berkebutuhan khusus bersekolah di SLB adalah untuk mendapatkan perlakuan sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan kelainan yang disandangnya. Dengan demikian, para siswa dan siswi bisa mendapatkan kemampuan untuk mandiri dan keahlian yang bermanfaat bagi kehidupannya kelak.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Fajar Sidik
Psikolog Vitriani Sumarlis dari Pendidikan Inklusi Cikal menuturkan bahwa orang tua harus memahami emosi anak dan menerapkan sejumlah strategi dalam mengelola emosinya yang tidak stabil. “Menerima kondisi anak dan memahami penyebab ketidakstabilan emosi menjadi hal yang esensial untuk dipahami oleh orang tua,” katanya.
Baca juga: Tetap Sabar Mom, Begini Kiat Melatih Emosi Anak yang Meledak-ledak
Vitriani menyebutkan bahwa ada dua cara yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam menghadapi anak dengan kebutuhan khusus yang emosinya kerap tidak stabil.
Pertama, mencari tempat terapi bagi anak berkebutuhan khusus. Menurutnya, orang tua dengan anak berkebutuhan khusus dapat mencari tempat terapi tatap muka atau daring yang melihat secara utuh kondisi anak dan mengoptimalkan pengembangan dirinya dari segi emosi.
Dengan begitu, dilema orang tua dapat dipahami dalam beberapa alasan terkait pendampingan dan pengelolaan emosi anak. Namun, orang tua perlu mengingat bahwa anak tetap memerlukan penanganan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangannya.
“Oleh karena itu yang dapat dilakukan oleh orang tua adalah mencari tempat terapi tatap muka yang aman, atau mencari alternatif program terapi secara daring yang dapat mendukung optimalisasi pengembangan diri anak,” katanya.
Kedua, mengikuti kegiatan home program bagi anak berkebutuhan khusus. Kegiatan yang berlangsung di rumah ini masih menjadi pilihan bagi orang tua dalam upaya mengasah kestabilan emosi sang anak.
Orang tua dapat menentukan target pencapaian yang sesuai dengan situasi dan kondisi terkait dengan hal ini, seperti durasi yang direncanakan untuk mengevaluasi target pencapaian.
Namun, Vitriani menuturkan ada tiga hal yang harus diamati dan dipahami secara mendalam terhadap anak sebelum menyekolahkannya, yakni daya tahan anak, kepekaan anak terhadap rangsangan, dan respons anak saat mengikuti proses belajar.
Terkait daya tahan anak, orang tua harus mengamati dan memahami secara mendalam daya tahan anak yang memiliki kebutuhan khusus. Daya tahan akan memengaruhi optimalisasi pengembangan diri anak dalam setiap fase penyesuaian diri dengan lingkungan, termasuk dengan guru dan teman-teman.
Orang tua dapat melakukan observasi terhadap anak dengan kebutuhan khusus untuk mengetahui bagaimana kondisi daya tahan sang anak.
Sementara mengenai kepekaan anak terhadap rangsangan, dia menuturkan bahwa beberapa anak yang memiliki kepakaan berlebihan terhadap beberapa hal, seperti rangsang cahaya, suara, atau gerak membutuhkan waktu untuk dapat merasa nyaman di lingkungan sekolah atau kelas.
Adapun terkait respons anak saat mengikuti proses belajar, orang tua harus memperhatikan respons anak, baik saat menerima instruksi, diskusi bersama guru, dan sebagainya. Langkah ini adalah guna mengetahui kesiapan belajar anak.
Respons anak biasanya dapat terlihat dari waktu pengenalan sekolah atau orientasi sebagai awal mula interaksi terbangun, dan pengenalan cakupan lainnya. Anak-anak perlu mendapatkan pengenalan lingkungan sekolah beserta guru yang akan mengajar.
Meskipun begitu, terdapat beberapa anak membutuhkan orientasi lebih awal sebelum datang ke sekolah. Anak dengan kondisi ini perlu mendapatkan waktu untuk orientasi lebih awal sebelum datang belajar di sekolah.
Baca juga: Kiat Melatih Anak Agar Tidak Takut Saat Ditinggal Pergi Orang Tua
Tujuan utama anak-anak berkebutuhan khusus bersekolah di SLB adalah untuk mendapatkan perlakuan sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan kelainan yang disandangnya. Dengan demikian, para siswa dan siswi bisa mendapatkan kemampuan untuk mandiri dan keahlian yang bermanfaat bagi kehidupannya kelak.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.