Tetap Sabar Mom, Begini Kiat Melatih Emosi Anak yang Meledak-ledak
18 January 2023 |
18:30 WIB
Perkembangan emosi yang belum matang membuat anak-anak kerap tidak bisa mengendalikan amarahnya. Namun, para orang tua tak perlu khawatir dengan hal tersebut. Sebab, sangat wajar bila anak belum bisa mengatur emosinya sendiri.
Emosi yang meledak-ledak adalah masalah umum pada anak. Meski begitu, bukan berarti orang tua membiarkannya begitu saja. orang tua bisa membantu si kecil untuk melatih emosinya. Hal ini penting agar anak bisa mengendalikan amarahnya sendiri, terutama ketika sesuatu yang diinginkannya tidak bisa dipenuhi oleh orang tuanya.
Baca juga: Kiat Melatih Anak Agar Tidak Takut Saat Ditinggal Pergi Orang Tua
Psikolog Adi Dinardinata mengatakan pada umumnya anak-anak memang belum bisa mengendalikan emosinya sehingga amarahnya bisa meledak-ledak. Dalam tahap ini, anak masih perlu belajar untuk mengendalikan dirinya sendiri.
Di sinilah peran orang tua untuk mendampingi dan mengajari anak terkait dengan pola komunikasinya agar proses pengeluaran emosi bisa lebih terkendali. Namun, pada kenyataannya, orang tua kerap terjebak dan justru ikut berperan membuat anak-anaknya memiliki emosi yang meledak-ledak.
Misalnya, saat anak sudah menangis karena menginginkan sesuatu, orang tua langsung mengabulkannya meski tahu hal itu sebenarnya bisa ditunda. Munculnya perasaan sulit menolak permintaan anak memang jadi permasalahan tersendiri.
Secara singkat, anak akan berhenti menangis karena keinginannya terpenuhi. Namun, dalam jangka panjang, anak akan terus-terusan memakai cara menangis agar keinginannya terpenuhi.
“Anak-anak tidak selalu tahu bagaimana cara yang baik untuk mendapatkan keinginan mereka. Akhirnya marah. Nah, orang tua mesti mengajari itu,” ujar Adi kepada Hypeabis.id
Adi mengatakan orang tua perlu berperan aktif melatih emosi anak dalam pola pengasuhan yang diterapkannya. Setidaknya, ada empat cara untuk melatih emosi anak:
Orang tua perlu mengajari anak bahwa tidak semua hal akan terwujud dengan menangis. Ajarkan anak bahwa menangis justru membuat orang dewasa tidak bisa mencerna dengan baik apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh anak. Oleh karena itu, orang tua bisa mengajari anak cara yang baik untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Misalnya, dengan mengedepankan pendekatan berbicara dibanding langsung emosi dan menangis.
Jika cara tersebut sudah diajarkan dengan baik, langkah selanjutnya ialah konsisten. Orang tua harus berkomitmen hanya mau memberikan apa yang diinginkan anak hanya ketika mereka memintanya dengan cara baik. Namun, ajarkan juga pada anak bahwa tidak semua yang diinginkannya harus terwujud sekarang juga. Ada kalanya anak perlu menunggu dan bersabar hingga apa yang diinginkannya dipenuhi orang tua.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Emosi yang meledak-ledak adalah masalah umum pada anak. Meski begitu, bukan berarti orang tua membiarkannya begitu saja. orang tua bisa membantu si kecil untuk melatih emosinya. Hal ini penting agar anak bisa mengendalikan amarahnya sendiri, terutama ketika sesuatu yang diinginkannya tidak bisa dipenuhi oleh orang tuanya.
Baca juga: Kiat Melatih Anak Agar Tidak Takut Saat Ditinggal Pergi Orang Tua
Psikolog Adi Dinardinata mengatakan pada umumnya anak-anak memang belum bisa mengendalikan emosinya sehingga amarahnya bisa meledak-ledak. Dalam tahap ini, anak masih perlu belajar untuk mengendalikan dirinya sendiri.
Di sinilah peran orang tua untuk mendampingi dan mengajari anak terkait dengan pola komunikasinya agar proses pengeluaran emosi bisa lebih terkendali. Namun, pada kenyataannya, orang tua kerap terjebak dan justru ikut berperan membuat anak-anaknya memiliki emosi yang meledak-ledak.
Misalnya, saat anak sudah menangis karena menginginkan sesuatu, orang tua langsung mengabulkannya meski tahu hal itu sebenarnya bisa ditunda. Munculnya perasaan sulit menolak permintaan anak memang jadi permasalahan tersendiri.
Secara singkat, anak akan berhenti menangis karena keinginannya terpenuhi. Namun, dalam jangka panjang, anak akan terus-terusan memakai cara menangis agar keinginannya terpenuhi.
“Anak-anak tidak selalu tahu bagaimana cara yang baik untuk mendapatkan keinginan mereka. Akhirnya marah. Nah, orang tua mesti mengajari itu,” ujar Adi kepada Hypeabis.id
Adi mengatakan orang tua perlu berperan aktif melatih emosi anak dalam pola pengasuhan yang diterapkannya. Setidaknya, ada empat cara untuk melatih emosi anak:
1. Kenali Sumber Masalah
Saat anak menangis dan menunjukkan emosi yang meledak-ledak, orang tua perlu mengedepankan rasa sabar. Jangan tergoda untuk selalu memenuhi keinginan anak hanya demi berhenti menangis secepatnya. Cara terbaik merespons emosi anak ialah dengan mengenali sumber masalah. Cobalah untuk mengajak berbicara tentang apa yang sebenarnya anak-anak inginkan.
2. Ajarkan Cara yang Baik Mendapatkan Sesuatu
Orang tua perlu mengajari anak bahwa tidak semua hal akan terwujud dengan menangis. Ajarkan anak bahwa menangis justru membuat orang dewasa tidak bisa mencerna dengan baik apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh anak. Oleh karena itu, orang tua bisa mengajari anak cara yang baik untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Misalnya, dengan mengedepankan pendekatan berbicara dibanding langsung emosi dan menangis.
3. Konsisten
Jika cara tersebut sudah diajarkan dengan baik, langkah selanjutnya ialah konsisten. Orang tua harus berkomitmen hanya mau memberikan apa yang diinginkan anak hanya ketika mereka memintanya dengan cara baik. Namun, ajarkan juga pada anak bahwa tidak semua yang diinginkannya harus terwujud sekarang juga. Ada kalanya anak perlu menunggu dan bersabar hingga apa yang diinginkannya dipenuhi orang tua.4. Temukan Cara Lain
Orang tua perlu menemukan cara lain untuk tidak memberikan apa yang diinginkan anak jika mereka memintanya dengan emosi yang meledak-ledak. Hal ini bisa dilakukan dengan membuat semacam perjanjian dengan anak. Cara ini juga bisa melatih anak untuk belajar berkomitmen.(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.