4 Persiapan Penting Membesarkan Anak Berkebutuhan Khusus
15 August 2022 |
12:00 WIB
Mendengar diagnosa dari dokter, yang mengatakan bahwa si buah hati termasuk dalam kategori anak berkebutuhan khusus (ABK) tidak bisa dimungkiri merupakan situasi tidak mudah diterima. Umumnya, orang tua akan langsung membayangkan bagaimana masa depan anak mereka nantinya.
Termasuk bagaimana si kecil akan bersekolah, bersosialsiasi, bekerja hingga seterusnya. Ujungnya, banyak orang tua yang mengalami depresi. Harus diakui, mengurus anak berkebutuhan khusus membutuhkan mental baja dan upaya keras dibandingkan dengan anak biasa yang lain.
Baca Juga : Anak Berkebutuhan Khusus Perlu Dorongan Minat dari Keluarga & Teman untuk Bangkit
Dikutip dari Bisnis Indonesia Weekend edisi Agustus 2017, Psikolog Tiga Generasi Saskhya Aulia Prima berbagi beberapa tip yang bisa yang bisa dilakukan oleh orang tua dalam rangka membesarkan anak-anak dengan kebutuhan khusus. Berikut ini kiatnya :
“Tidak mungkin perkembangan anak bagus ketika kondisi mental orang juga tidak bagus karena dia tidak bisa membuat bahagia anaknya. Carilah tempat terapi dan ikuti [petunjuknya],” ujarnya.
Namun, kabar baiknya adalah penelitian yang dilakukan oleh Interactive Autism Network di Kanada, membuktikan bahwa orang tua, khususnya ibu yang fokus terhadap pengembangan kemampuan anaknya yang menderita autisme, tingkat stres-nya akan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak menghadapi tantangan pada anaknya.
Artinya, orang tua diajak untuk fokus pada tantangannya, bukan pada kelemahan anak. Jangan pandang ini sebagai masalah, tetapi tantangan, sehingga orang tua menjalani hari dengan positif. Penelitian juga mengungkapkan bahwa faktor yang dapat mengurangi stres adalah dukungan dari lingkungan.
“Aura pada orang tua ini lebih positif sehingga lebih bisa melihat peluang, sedangkan jika mereka mebiarkan dirinya stres, mereka menerima begitu saja hidupnya dan si anak tidak mencapai perkembangan apapun maka dia tidak lebih bahagia,” ujarnya.
“Orang tua harus punya individual treatment plan atau semacam kurikulum personal yang berisi tentang rencana rencana terapi, pendidikan, sampai tujuan akhir yang akan dibantu oleh psikolog yang menangani terapi anak tersebut,” paparnya.
Sama halnya dengan anak lainnya, berilah juga dukungan kognitif yang meliputi kemampuan bahasa dan motorik seperti menggambar, melukis, dan kegiatan lain yang disukainya. Selain itu, dukunglah kemampuan emosinya dengan mengajarkan kasih sayang dan empati.
“Ada yang sekali datang hanya untuk periksa Rp1,5 juta ke atas. Namun, ada juga yang lebih murah seperti di klinik yang dimiliki universitas negeri. Mereka hanya sekali bayar di depan sekitar Rp150.000 untuk terapi sekitar 1—2 pekan,” ujarnya.
Tak usah khawatir, lanjutnya, saat ini ada banyak yayasan yang menyediakan bantuan terapi. Untuk itu, perkayalah informasi dari internet dan orang tua yang juga memiliki anak berkebutuhan khusus.
Biasanya, orang tua yang masih asing dengan kondisi anak berkebutuhan khusus akan menjajal semua jenis terapi. Namun, hal yang perlu menjadi perhatian adalah terapi tidak akan berengaruh signifikan kepada anak jika terapi hanya dilakukan oleh terapis, orang tua juga perlu meneruskan terapi di rumah agar bisa mencapai progres yang diharapkan.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor : Syaiful Millah
Termasuk bagaimana si kecil akan bersekolah, bersosialsiasi, bekerja hingga seterusnya. Ujungnya, banyak orang tua yang mengalami depresi. Harus diakui, mengurus anak berkebutuhan khusus membutuhkan mental baja dan upaya keras dibandingkan dengan anak biasa yang lain.
Baca Juga : Anak Berkebutuhan Khusus Perlu Dorongan Minat dari Keluarga & Teman untuk Bangkit
Dikutip dari Bisnis Indonesia Weekend edisi Agustus 2017, Psikolog Tiga Generasi Saskhya Aulia Prima berbagi beberapa tip yang bisa yang bisa dilakukan oleh orang tua dalam rangka membesarkan anak-anak dengan kebutuhan khusus. Berikut ini kiatnya :
1. Ketenangan Emosional
Dia mengatakan hal pertama yang harus dilakukan orang tua ketika menemui keadaan tersebut adalah mencari ketenangan emosional. Bagi orang tua yang mengalami depresi dalam menghadapi kondisi anak yang demikian, ada baiknya orang tua juga mengikuti sesi terapi dari psikolog sampai akhirnya bisa berbesar hati dan menerima keadaan anak.“Tidak mungkin perkembangan anak bagus ketika kondisi mental orang juga tidak bagus karena dia tidak bisa membuat bahagia anaknya. Carilah tempat terapi dan ikuti [petunjuknya],” ujarnya.
Namun, kabar baiknya adalah penelitian yang dilakukan oleh Interactive Autism Network di Kanada, membuktikan bahwa orang tua, khususnya ibu yang fokus terhadap pengembangan kemampuan anaknya yang menderita autisme, tingkat stres-nya akan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak menghadapi tantangan pada anaknya.
Artinya, orang tua diajak untuk fokus pada tantangannya, bukan pada kelemahan anak. Jangan pandang ini sebagai masalah, tetapi tantangan, sehingga orang tua menjalani hari dengan positif. Penelitian juga mengungkapkan bahwa faktor yang dapat mengurangi stres adalah dukungan dari lingkungan.
“Aura pada orang tua ini lebih positif sehingga lebih bisa melihat peluang, sedangkan jika mereka mebiarkan dirinya stres, mereka menerima begitu saja hidupnya dan si anak tidak mencapai perkembangan apapun maka dia tidak lebih bahagia,” ujarnya.
2. Sabar & Konsisten
Kedua, saat menjalani sesi terapi, orang tua harus menyadari bahwa ini adalah proses yang panjang. Untuk itu, bersabarlah. Dengan konsistensi yang tinggi saat terapi, pantau terus perkembangan anak sehingga orang tua akan sadar bahwa jerih payahnya akan terbayar dengan progres yang nyata.“Orang tua harus punya individual treatment plan atau semacam kurikulum personal yang berisi tentang rencana rencana terapi, pendidikan, sampai tujuan akhir yang akan dibantu oleh psikolog yang menangani terapi anak tersebut,” paparnya.
3. Libatkan Anak secara Aktif
Ketiga, jangan lupa untuk mengajak anak membaur dengan lingkungan sekitarnya untuk melatih komunikasi anak. Hal ini juga bermanfaat bagi orang tua karena contoh sukses dari anak lain juga bisa mendorong orang tua untuk lebih fokus dalam mengembangkan kemampuan anak berkebutuhan khusus.Sama halnya dengan anak lainnya, berilah juga dukungan kognitif yang meliputi kemampuan bahasa dan motorik seperti menggambar, melukis, dan kegiatan lain yang disukainya. Selain itu, dukunglah kemampuan emosinya dengan mengajarkan kasih sayang dan empati.
4. Rencana Keuangan yang Matang
Keempat, bicara masalah terapi, orang tua juga harus punya perencanaan keuangan yang matang. Tak bisa dimungkiri, semakin banyak modal yang dimiliki, pelajaran yang bisa didapat oleh anak juga akan semakin banyak.“Ada yang sekali datang hanya untuk periksa Rp1,5 juta ke atas. Namun, ada juga yang lebih murah seperti di klinik yang dimiliki universitas negeri. Mereka hanya sekali bayar di depan sekitar Rp150.000 untuk terapi sekitar 1—2 pekan,” ujarnya.
Tak usah khawatir, lanjutnya, saat ini ada banyak yayasan yang menyediakan bantuan terapi. Untuk itu, perkayalah informasi dari internet dan orang tua yang juga memiliki anak berkebutuhan khusus.
Biasanya, orang tua yang masih asing dengan kondisi anak berkebutuhan khusus akan menjajal semua jenis terapi. Namun, hal yang perlu menjadi perhatian adalah terapi tidak akan berengaruh signifikan kepada anak jika terapi hanya dilakukan oleh terapis, orang tua juga perlu meneruskan terapi di rumah agar bisa mencapai progres yang diharapkan.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor : Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.