Pengunjung menyaksikan pameran Chiharu Shiota: The Soul Trembles (Sumber gambar: Hypeabis.id/ Yudi Supriyanto)

Bukan Cuma Generasi Old, Anak-Anak Muda juga Mulai Tertarik Menikmati Karya Seni

18 January 2023   |   08:52 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Soal menikmati karya seni, kini bukan hanya urusannya para generasi old, tetapi juga anak-anak muda. Mereka sekarang dinilai mulai tertarik untuk menikmati, bahkan memiliki karya seni. Kesadaran mereka tentang apresiasi seni dinilai sudah lebih baik dibandingkan sebelumnya. 

Ada banyak faktor yang membuat mereka semakin tertarik dengan karya – karya yang dibuat oleh para seniman. Direktur Museum Modern and Contemporary Art in Nusantara (Macan), Aaron Seto, mengatakan bahwa generasi muda yang kian tertarik dengan karya seni lantaran mereka lebih sadar akan seni dan budaya.

Baca juga: Tren Seni Rupa 2023, Karya Kontemporer Jadi Buruan Kolektor Muda

“Hal ini juga sejalan dengan kebutuhan mereka akan kebebasan berekspresi diri,” katanya kepada Hypeabis.id.

Dari sudut pandang pengelola museum, Aaron melihat anak-anak muda melek seni ini sebagai generasi yang akan memberikan warna kepada dunia art. "Mereka yang datang untuk melihat seni memiliki rasa ingin tahu dan belajar."

Tidak hanya itu, pandemi Covid-19 yang telah usai juga membuat banyak orang mencari alternatif lain untuk menghabiskan waktu dengan lebih bermakna.

Sebelumnya, tren anak-anak muda mengoleksi karya seni juga mulai mencuat. Setidaknya hal itu terlihat dari geliat Art Jakarta 2022.  Art Jakarta 2022 mencatat sejumlah galeri berhasil menjual karya di ajang yang berlangsung selama tiga hari, dari 26 sampai dengan 28 Agustus 2022.

Fair Director Art Jakarta Tom Tandio mengatakan, laporan dari galeri yang ikut serta bahwa banyak sekali kolektor baru yang membeli karya di ajang Art Jakarta 2022. Tom tidak tahu alasan di balik antusiasme ini, tetapi menurutnya ada para kolektor begitu rindu dengan seni rupa dan telah menyisihkan cukup uang untuk membeli karya.

Tom menilai ini adalah bentuk sifat gotong royong masyarakat Indonesia yang berupaya mendukung pasar seni rupa dalam negeri dan berharap dampaknya dapat memberikan stimulus yang lebih besar, walaupun dia mengakui tahun ini penyelenggaraan Art Jakarta 2022 tidak memasang target penjualan.


Pameran Chiharu Shiota

Terkait dengan pameran Chiharu Shiota : The Soul Trembles, Aaron menuturkan mendapatkan sambutan hangat dari para pengunjung. Pameran seniman asal Jepang ini adalah pameran yang perlu dialami oleh para penikmatnya.

“Kami telah mendengar berbagai tanggapan dan pengalaman pribadi, dibagikan langsung kepada kami atau melalui media sosial. Menarik untuk melihat emosi dan perasaan yang dialami oleh penikmat seni secara individual,” katanya.

Banyak orang tertarik untuk mengunjungi pameran Chiharu Shiota karena pameran internasional besar pertama bagi museum sejak pandemi. Tidak hanya itu, pameran ini juga hanya diadakan di Indonesia untuk kawasan Asia Tenggara. Sebelum terselenggara di Indonesia, pameran ini telah ada di sejumlah negara, yakni Jepang, Korea Selatan, Taiwan, China, dan Australia.

Kemudian, pameran yang mengambil alih keseluruhan museum ini juga menampilkan lebih dari seratus karya dari hampir tiga puluh tahun sang seniman berkarya. “Termasuk instalasi skala besar baru. Ada banyak gambar pameran yang beredar di media sosial dan berita, menarik orang untuk datang dan mengalaminya sendiri,” katanya.

Dia menambahkan bahwa salah satu hal hebat tentang karya Shiota adalah kemampuannya untuk menyentuh penikmat seni secara pribadi dan cara intim. Wanita seniman itu mampu memberi bentuk pada pengalaman non-fisik seperti kenangan, pikiran, ketakutan, mimpi, dan keheningan. Pengunjung yang menikmati seni sang seniman bahkan dapat mengapresiasi karya-karya itu dengan memberikan makna sendiri terhadap karyanya. 

Untuk diketahui, Chiharu Shiota adalah seniman yang lahir di Osaka, Jepang, pada 1972 silam. Wanita seniman ini belajar melukis pada 1992 di Universitas Kyoto Seika, Jepang. Sang seniman kemudian mendalami seni performans dan instalasi setelah menjalani tahun formatif di Canberra School of Art dari 1993-1994.

Pada 1999, dia memutuskan untuk menetap di Berlin, Jerman, guna mengembangkan praktik berkesenian di ranah internasional. Sang seniman kerap mengeksplorasi keberadaan manusia di berbagai dimensi dengan menciptakan keberadaan dalam ketiadaan, baik dalam instalasi benang berskala besar yang mencakup berbagai objek umum dan memorabilia eksternal atau melalui gambar, pahatan, fotografi, dan video. 

Eksplorasi itu dapat terjadi lantaran sang seniman menghadapi keprihatinan manusia seperti kehidupan, kematian, dan hubungan.

Baca juga: Pasar Seni Rupa Sambut Kolektor Muda

Editor: Dika Irawan
 

SEBELUMNYA

Autobiography, Debut Film Panjang Makbul Mubarak yang Filosofis

BERIKUTNYA

Cerita Jenna Ortega di Balik Dance Wednesday Viral di TikTok, Enggak Bisa Tidur 2 Hari

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: