5 Tradisi Unik Masyarakat Tionghoa Jelang Perayaan Imlek, dari Beberes Rumah hingga Kembang Api
16 January 2023 |
18:31 WIB
1
Like
Like
Like
Tahun baru Imlek atau perayaan tahun baru bagi warga Tionghoa kini semakin dekat. Ya, pada pekan ini, tepatnya pada 22 Januari 2023 momen pergantian tahun dalam kalender China itu akan segera dirayakan masyarakat dengan penuh suka cita.
Jelang perayaan tahun baru Imlek, biasanya warga Tionghoa mulai melakukan berbagai ritual dan sembahyang untuk mendoakan para leluhur. Selain itu mereka juga melakukan berbagai tradisi yang terus dijalankan agar tetap berada dalam naungan keberuntungan.
Istilah Imlek sendiri hanya digunakan di Indonesia. Sedangkan di China istilah untuk pergantian tahun ini dikenal dengan nama Guo Nian atau Xin Jia yang berarti lewat bulan atau bulan baru. Kata Imlek berasal dari frasa Im dan lek yang diambil dari bahasa suku Hokkian yang berarti penanggalan bulan.
Baca juga: 10 Tradisi Unik Perayaan Imlek di Indonesia
Dalam sejarahnya, menurut beberapa catatan, tahun baru Imlek sudah ada sejak 4.000 tahun silam. dari sinilah kemudian seiring perkembangan zaman terbentuk tradisi yang terus dilakukan turun temurun hingga saat ini. Bahkan, beberapa di antaranya menjadi hal wajib yang harus ada dalam setiap perayaan Imlek.
Lantas, apa saja tradisi jelang Imlek yang terus dilestarikan oleh etnis Tionghoa ketika menyambut datangnya tahun baru tersebut? Dihimpun Hypeabis.id dari berbagi sumber, berikut di antaranya:
Bersih-bersih rumah dalam menyambut pergantian tahun memang menjadi salah satu tradisi yang terus dilakukan warga Tionghoa jelang perayaan Imlek. Tradisi bersih-bersih rumah dilakukan karena kepercayaan bahwa nasib buruk selama setahun terakhir akan ikut tersapu bersih.
Tak hanya itu, dengan tradisi berbenah rumah, etnis Tionghoa juga percaya segala keburukan akan ikut pergi, dan rumah mereka siap menyambut keberuntungan yang baru. Setelah rumah dibersihkan biasanya mereka akan memasang pernak-pernik khas Imlek di sudut-sudut rumah untuk menambah keindahan ruang.
Salah satu ciri khas dalam setiap perayaan besar ini adalah penggunaan warna merah di setiap tempat, yang melambangkan sesuatu yang kuat, sejahtera, dan membawa hoki. Itulah kenapa masyarakat Tionghoa menghias rumah, dan menggunakan pakaian, serta aksesoris berwarna merah pada saat Imlek.
perayaan Imlek biasanya juga diramaikan dengan tradisi mudik atau pulang ke kampung halaman untuk mengunjungi keluarga besar. Momen ini memang menjadi salah satu tradisi untuk kembali mempererat tali persaudaraan dan membangun jaringan bisnis keluarga.
Selain itu, saat perayaan Imlek warga Tionghoa yang merantau ke berbagai daerah selama bertahun-tahun juga akan pulang ke tempat leluhurnya untuk merayakan Imlek dan Cap Go Meh yang jatuh setiap hari ke-15 setelah perayaan Imlek.
Memberikan angpao juga menjadi tradisi warga Tionghoa yang sudah berkeluarga kepada anak-anak dan mereka yang belum menikah dalam momen perayaan Imlek. Tapi, mereka juga percaya uang dalam angpao yang akan dibagikan tidak boleh mengandung angka 4, karena angka tersebut diyakini kurang membawa keberuntungan.
Dalam bahasa Cina, angka 4 terdengar seperti kata ‘mati’. Selain itu, jumlah uang yang diberikan juga tidak boleh ganjil karena berhubungan dengan pemakaman. Dengan memberikan angpao warga Tionghoa percaya hal itu akan semakin memperlancar rejeki dan keberuntungan mereka di tahun yang akan datang.
Jelang perayaan tahun baru Imlek, biasanya warga Tionghoa mulai melakukan berbagai ritual dan sembahyang untuk mendoakan para leluhur. Selain itu mereka juga melakukan berbagai tradisi yang terus dijalankan agar tetap berada dalam naungan keberuntungan.
Istilah Imlek sendiri hanya digunakan di Indonesia. Sedangkan di China istilah untuk pergantian tahun ini dikenal dengan nama Guo Nian atau Xin Jia yang berarti lewat bulan atau bulan baru. Kata Imlek berasal dari frasa Im dan lek yang diambil dari bahasa suku Hokkian yang berarti penanggalan bulan.
Baca juga: 10 Tradisi Unik Perayaan Imlek di Indonesia
Dalam sejarahnya, menurut beberapa catatan, tahun baru Imlek sudah ada sejak 4.000 tahun silam. dari sinilah kemudian seiring perkembangan zaman terbentuk tradisi yang terus dilakukan turun temurun hingga saat ini. Bahkan, beberapa di antaranya menjadi hal wajib yang harus ada dalam setiap perayaan Imlek.
Lantas, apa saja tradisi jelang Imlek yang terus dilestarikan oleh etnis Tionghoa ketika menyambut datangnya tahun baru tersebut? Dihimpun Hypeabis.id dari berbagi sumber, berikut di antaranya:
1. Beberes dan Membersihkan Rumah
Bersih-bersih rumah dalam menyambut pergantian tahun memang menjadi salah satu tradisi yang terus dilakukan warga Tionghoa jelang perayaan Imlek. Tradisi bersih-bersih rumah dilakukan karena kepercayaan bahwa nasib buruk selama setahun terakhir akan ikut tersapu bersih.Tak hanya itu, dengan tradisi berbenah rumah, etnis Tionghoa juga percaya segala keburukan akan ikut pergi, dan rumah mereka siap menyambut keberuntungan yang baru. Setelah rumah dibersihkan biasanya mereka akan memasang pernak-pernik khas Imlek di sudut-sudut rumah untuk menambah keindahan ruang.
Salah satu ciri khas dalam setiap perayaan besar ini adalah penggunaan warna merah di setiap tempat, yang melambangkan sesuatu yang kuat, sejahtera, dan membawa hoki. Itulah kenapa masyarakat Tionghoa menghias rumah, dan menggunakan pakaian, serta aksesoris berwarna merah pada saat Imlek.
2. Pulang Kampung
perayaan Imlek biasanya juga diramaikan dengan tradisi mudik atau pulang ke kampung halaman untuk mengunjungi keluarga besar. Momen ini memang menjadi salah satu tradisi untuk kembali mempererat tali persaudaraan dan membangun jaringan bisnis keluarga.Selain itu, saat perayaan Imlek warga Tionghoa yang merantau ke berbagai daerah selama bertahun-tahun juga akan pulang ke tempat leluhurnya untuk merayakan Imlek dan Cap Go Meh yang jatuh setiap hari ke-15 setelah perayaan Imlek.
3. Memberikan Angpao
Memberikan angpao juga menjadi tradisi warga Tionghoa yang sudah berkeluarga kepada anak-anak dan mereka yang belum menikah dalam momen perayaan Imlek. Tapi, mereka juga percaya uang dalam angpao yang akan dibagikan tidak boleh mengandung angka 4, karena angka tersebut diyakini kurang membawa keberuntungan. Dalam bahasa Cina, angka 4 terdengar seperti kata ‘mati’. Selain itu, jumlah uang yang diberikan juga tidak boleh ganjil karena berhubungan dengan pemakaman. Dengan memberikan angpao warga Tionghoa percaya hal itu akan semakin memperlancar rejeki dan keberuntungan mereka di tahun yang akan datang.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.