Intip 4 Jurus Jitu Perkuat Bisnis pada 2023
10 January 2023 |
11:35 WIB
1
Like
Like
Like
Pencabutan kebijakan pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) sejak akhir 2022 lalu tentu menjadi angin segar yang harus segera dimanfaatkan oleh para pelaku usaha saat memasuki tahun 2023. Memang banyak informasi yang beredar mengenai ancaman resesi global.
Namun, tren pemulihan ekonomi di Indonesia diprediksikan cenderung stabil. Bank Indonesia bahkan memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia menguat pada kisaran 4,5 persen hingga 5,3 persen karena peningkatan konsumsi swasta, investasi, dan kinerja ekspor yang baik.
Nah, seiring dengan optimisme perekonomian, para pelaku usaha juga perlu menerapkan perubahan strategi dalam berbisnis agar usaha dijalankan dapat terus berkembang dan melaju di tengah ancaman resesi global yang mungkin terjadi pada 2023.
Brian Marshal, CEO SIRCLO Group mengatakan bahwa sebagian besar pelaku bisnis, terutama UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) saat ini cenderung mengadopsi strategi bisnis yang bersifat instan di tengah melonjaknya permintaan konsumen serta kenaikan harga yang berdampak pada rantai pasok.
Baca juga: Intip Strategi Pemilik Toko Grosir Ini Dongkrak Omzet 3 Kali Lipat dalam 3 Bulan
Namun, Brian menyarankan beberapa praktik bisnis untuk pertumbuhan jangka panjang yang dapat dilakukan para pemilik usaha di tengah kondisi iklim ekonomi yang tidak menentu agar bisnisnya dapat terus berkembang. Apa saja itu, yuk simak!
Namun, terlepas dari fakta tersebut, mengabaikan penjualan bervolume kecil bisa menjadi kesalahan besar karena sebagai mesin perekonomian negara, sebagian besar UMKM menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari.
Hampir semua lapangan kerja negara—97 persen—disediakan oleh 63 juta UMKM yang menyumbang lebih dari 60 persen dari PDB. Maka dari itu, penting bagi pelaku bisnis untuk tidak kehilangan fokus pada penjualan yang bervolume kecil.
“Dengan menurunkan harga secara bertahap sambil mempertahankan margin keuntungan yang didapatkan dari setiap penjualan, pelaku bisnis dapat meningkatkan pangsa pasar mereka,” jelasnya.
Keunggulan komparatif atau biasa disebut dengan Comparative Advantage merupakan teori ekonomi yang dapat digunakan sebagai alat untuk memodifikasi sistem produksi untuk daya saing. Teori ini memungkinkan pelaku bisnis untuk menawarkan barang dan jasa dengan biaya lebih rendah daripada para pesaingnya, sehingga margin keuntungan dapat ditingkatkan.
Kolaborasi dan kemitraan yang erat antar pelaku bisnis menjadi semakin relevan di pasar yang terfragmentasi seperti Indonesia. Di era digital, kolaborasi bisnis merupakan langkah strategis yang bijak karena dapat mempengaruhi kinerja positif perusahaan secara signifikan.
Baca juga: Cara Agar Bisnis Keluarga Bertahan Lama
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Namun, tren pemulihan ekonomi di Indonesia diprediksikan cenderung stabil. Bank Indonesia bahkan memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia menguat pada kisaran 4,5 persen hingga 5,3 persen karena peningkatan konsumsi swasta, investasi, dan kinerja ekspor yang baik.
Nah, seiring dengan optimisme perekonomian, para pelaku usaha juga perlu menerapkan perubahan strategi dalam berbisnis agar usaha dijalankan dapat terus berkembang dan melaju di tengah ancaman resesi global yang mungkin terjadi pada 2023.
Brian Marshal, CEO SIRCLO Group mengatakan bahwa sebagian besar pelaku bisnis, terutama UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) saat ini cenderung mengadopsi strategi bisnis yang bersifat instan di tengah melonjaknya permintaan konsumen serta kenaikan harga yang berdampak pada rantai pasok.
Baca juga: Intip Strategi Pemilik Toko Grosir Ini Dongkrak Omzet 3 Kali Lipat dalam 3 Bulan
Namun, Brian menyarankan beberapa praktik bisnis untuk pertumbuhan jangka panjang yang dapat dilakukan para pemilik usaha di tengah kondisi iklim ekonomi yang tidak menentu agar bisnisnya dapat terus berkembang. Apa saja itu, yuk simak!
1. Fokus pertumbuhan jangka panjang
Menurutnya, untuk beradaptasi dengan perubahan kebutuhan konsumen, pola konsumsi, dan situasi ekonomi, pelaku bisnis dapat mengembangkan strategi bisnis baru yang fokus pada pertumbuhan jangka panjang serta menghindari tindakan dramatis seperti lonjakan harga mendadak sebagai respons terhadap inflasi atau resesi.2. Jangan abaikan penjualan bervolume kecil
Selain itu, dia juga meminta agar pelaku usaha tidak mengabaikan penjualan yang bervolume kecil. Memang banyak konsumen yang berkecukupan secara finansial cenderung memiliki daya beli yang tinggi, sehingga bisnis pun pada umumnya menyasar segmen konsumen tersebut untuk menghasilkan penjualan dan keuntungan bervolume tinggi.Namun, terlepas dari fakta tersebut, mengabaikan penjualan bervolume kecil bisa menjadi kesalahan besar karena sebagai mesin perekonomian negara, sebagian besar UMKM menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari.
Hampir semua lapangan kerja negara—97 persen—disediakan oleh 63 juta UMKM yang menyumbang lebih dari 60 persen dari PDB. Maka dari itu, penting bagi pelaku bisnis untuk tidak kehilangan fokus pada penjualan yang bervolume kecil.
3. Kurangi biaya produksi
Strategi selanjutnya yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi biaya produksi. Menurutnya, penurunan harga produk bisa menjadi solusi untuk meningkatkan keuntungan dengan mengurangi biaya produksi dan menetapkan harga pasar.“Dengan menurunkan harga secara bertahap sambil mempertahankan margin keuntungan yang didapatkan dari setiap penjualan, pelaku bisnis dapat meningkatkan pangsa pasar mereka,” jelasnya.
Keunggulan komparatif atau biasa disebut dengan Comparative Advantage merupakan teori ekonomi yang dapat digunakan sebagai alat untuk memodifikasi sistem produksi untuk daya saing. Teori ini memungkinkan pelaku bisnis untuk menawarkan barang dan jasa dengan biaya lebih rendah daripada para pesaingnya, sehingga margin keuntungan dapat ditingkatkan.
4. Kolaborasi dan kemitraan
Strategi selanjutnya adalah dengan melakukan kolaborasi dan kemitraan. Pasalnya, di masa pasca pandemi ini, kolaborasi dan kemitraan dapat menjadi kunci untuk mengatasi tantangan yang dihadapi lintas industri.Kolaborasi dan kemitraan yang erat antar pelaku bisnis menjadi semakin relevan di pasar yang terfragmentasi seperti Indonesia. Di era digital, kolaborasi bisnis merupakan langkah strategis yang bijak karena dapat mempengaruhi kinerja positif perusahaan secara signifikan.
Baca juga: Cara Agar Bisnis Keluarga Bertahan Lama
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.