Tips Mengasuh Anak Bagi Pekerja yang Libur Sehari dalam Seminggu
09 January 2023 |
15:32 WIB
Orang tua mesti lebih pintar membagi waktu dengan buah hatinya jika ada perubahan waktu kerja, dari lima menjadi enam hari bekerja. Sebab, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) No. 2/2022 tentang Cipta Kerja telah menetapkan waktu libur pekerja paling sedikit hanya sehari dalam satu minggu.
Hal itu tertuang dalam Pasal 79 Ayat 2 huruf b yang berbunyi istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu. Meskipun demikian, Perppu Cipta Kerja tersebut juga sebenarnya masih memungkinkan pekerja untuk dapat libur dua hari dengan syarat aturan tertentu.
Baca juga: 5 Cara Membangun Bonding dengan Anak di Tengah Kesibukan Orang Tua
Dalam Pasal 77 mengenai waktu kerja, diketahui pekerja tetap bisa mendapatkan waktu libur dua hari dalam sepekan dengan melihat jam kerjanya. Pekerja bisa mendapatkan waktu libur dua hari dalam sepekan jika bekerja delapan jam per hari. Namun, jika bekerja tujuh jam per hari, pekerja hanya mendapatkan waktu libur satu hari per pekan.
Psikolog Keluarga dan Anak Klinik PION Clinician Astrid WEN mengatakan orang tua yang memiliki sedikit waktu untuk anak bisa berujung pada pengabaian. Tanpa disadari, kesibukan orang tua sebenarnya adalah bentuk lain dari kekerasan psikis terhadap anak.
Sebab, anak seharusnya mendapatkan perhatian dan kasih sayang setiap hari dari orang tuanya. Namun, lantaran kesibukannya dalam bekerja, hal itu urung terjadi. Oleh karena itu, orang tua mesti bisa menyeimbangkan waktu antara bekerja dan keluarga.
Astrid mengatakan situasinya bisa makin buruk ketika kedua orang tuanya sama-sama bekerja. Menurutnya, baik suami maupun istri mesti duduk berdua dan membicarakan komitmen baru mereka yang kini sudah memiliki anak.
Dia menyadari bahwa bekerja dan keluarga memang sama-sama penting. Namun, sebisa mungkin kedua hal ini mesti dilakukan dengan porsi yang pas agar anak tidak menjadi korban.
Untuk memaksimalkan perhatian dan kasih sayang kepada anak, orang tua juga bisa mempertimbangkan support system tambahan untuk mengatasi hal tersebut. Jika masih memiliki kakek atau nenek, mereka bisa menjadi orang tua kedua bagi anak.
Namun, pastikan kakek dan nenek kita memiliki pola pengasuhan yang sama dengan yang telah diterapkan sebelumnya. Hal ini untuk menghindari kebingungan pola asuh jika aturan-aturan yang ada berbeda setiap harinya.
“Kita harus menyadari peran kita dan menyeimbangkannya. Saat di kantor, kita adalah pekerja, tetapi saat di rumah, kita adalah orang tua yang memiliki anak,” ujar Astrid kepada Hypeabis.id.
Orang tua boleh sibuk saat berada di kantor. Namun, saat sudah berada di rumah, waktu dan tenaga mereka adalah untuk keluarga. Jadi, meskipun ada support system yang telah membantu, orang tua harus tetap menjalankan kewajibannya.
Baca juga: Begini Tips Mengatasi Anak Drama Saat Ditinggal Pergi Orang Tua
Saat berada di rumah dan bertemu dengan anak, orang tua mesti memaksimalkan kesempatan tersebut. Misalnya, sebelum berangkat bekerja, orang tua sebisa mungkin menyempatkan diri untuk membangunkan anak, menyiapkan perlengkapan anak, dan sarapan bersama.
Momen sarapan adalah waktu yang penting membentuk kebersamaan dengan anak. Saat sarapan, orang tua bisa berinisiatif mengobrol dengan anak, misalnya terkait dengan perkembangannya di sekolah dan aktivitas-aktivitas lainnya. Cara ini membuat anak jadi merasa dirinya diperhatikan oleh orang tuanya.
Jika momen sarapan terlewat, orang tua bisa memanfaatkan waktu makan siang. Misalnya, dengan melakukan video call dan saling bertukar cerita. Lalu, saat sore atau malam harinya, orang tua bisa menemani anak bermain, mengerjakan pekerjaan rumah atau sekolah, dan sebagainya.
Interaksi lebih panjang biasanya baru terjadi saat libur akhir pekan. Orang tua bisa memanfaatkan momen ini untuk melakukan aktivitas bersama dengan anak. Cobalah untuk menggali kedekatan anak dengan melakukan hobi yang disukainya.
Jika anak suka membaca buku, orang tua bisa mengajak anak pergi ke tempat buku yang seru. Namun, Astrid mewanti-wanti agar orang tua menghindari aktivitas bersama yang minim interaksi, misalnya bermain gim, menonton film, dan sebagainya. Meski dilakukan bersama-sama, aktivitas tersebut kurang membangun kedekatan antara orang tua dengan anak.
Baca juga: Dampak Anak yang Memiliki Orang Tua Sibuk Bekerja
Editor: Dika Irawan
Hal itu tertuang dalam Pasal 79 Ayat 2 huruf b yang berbunyi istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu. Meskipun demikian, Perppu Cipta Kerja tersebut juga sebenarnya masih memungkinkan pekerja untuk dapat libur dua hari dengan syarat aturan tertentu.
Baca juga: 5 Cara Membangun Bonding dengan Anak di Tengah Kesibukan Orang Tua
Dalam Pasal 77 mengenai waktu kerja, diketahui pekerja tetap bisa mendapatkan waktu libur dua hari dalam sepekan dengan melihat jam kerjanya. Pekerja bisa mendapatkan waktu libur dua hari dalam sepekan jika bekerja delapan jam per hari. Namun, jika bekerja tujuh jam per hari, pekerja hanya mendapatkan waktu libur satu hari per pekan.
Psikolog Keluarga dan Anak Klinik PION Clinician Astrid WEN mengatakan orang tua yang memiliki sedikit waktu untuk anak bisa berujung pada pengabaian. Tanpa disadari, kesibukan orang tua sebenarnya adalah bentuk lain dari kekerasan psikis terhadap anak.
Sebab, anak seharusnya mendapatkan perhatian dan kasih sayang setiap hari dari orang tuanya. Namun, lantaran kesibukannya dalam bekerja, hal itu urung terjadi. Oleh karena itu, orang tua mesti bisa menyeimbangkan waktu antara bekerja dan keluarga.
Astrid mengatakan situasinya bisa makin buruk ketika kedua orang tuanya sama-sama bekerja. Menurutnya, baik suami maupun istri mesti duduk berdua dan membicarakan komitmen baru mereka yang kini sudah memiliki anak.
Dia menyadari bahwa bekerja dan keluarga memang sama-sama penting. Namun, sebisa mungkin kedua hal ini mesti dilakukan dengan porsi yang pas agar anak tidak menjadi korban.
Untuk memaksimalkan perhatian dan kasih sayang kepada anak, orang tua juga bisa mempertimbangkan support system tambahan untuk mengatasi hal tersebut. Jika masih memiliki kakek atau nenek, mereka bisa menjadi orang tua kedua bagi anak.
Namun, pastikan kakek dan nenek kita memiliki pola pengasuhan yang sama dengan yang telah diterapkan sebelumnya. Hal ini untuk menghindari kebingungan pola asuh jika aturan-aturan yang ada berbeda setiap harinya.
“Kita harus menyadari peran kita dan menyeimbangkannya. Saat di kantor, kita adalah pekerja, tetapi saat di rumah, kita adalah orang tua yang memiliki anak,” ujar Astrid kepada Hypeabis.id.
Bedakan Urusan Kantor dan Rumah
Ilustrasi orang tua dengan anak (Sumber gambar: Freepik)
Orang tua boleh sibuk saat berada di kantor. Namun, saat sudah berada di rumah, waktu dan tenaga mereka adalah untuk keluarga. Jadi, meskipun ada support system yang telah membantu, orang tua harus tetap menjalankan kewajibannya.
Baca juga: Begini Tips Mengatasi Anak Drama Saat Ditinggal Pergi Orang Tua
Saat berada di rumah dan bertemu dengan anak, orang tua mesti memaksimalkan kesempatan tersebut. Misalnya, sebelum berangkat bekerja, orang tua sebisa mungkin menyempatkan diri untuk membangunkan anak, menyiapkan perlengkapan anak, dan sarapan bersama.
Momen sarapan adalah waktu yang penting membentuk kebersamaan dengan anak. Saat sarapan, orang tua bisa berinisiatif mengobrol dengan anak, misalnya terkait dengan perkembangannya di sekolah dan aktivitas-aktivitas lainnya. Cara ini membuat anak jadi merasa dirinya diperhatikan oleh orang tuanya.
Jika momen sarapan terlewat, orang tua bisa memanfaatkan waktu makan siang. Misalnya, dengan melakukan video call dan saling bertukar cerita. Lalu, saat sore atau malam harinya, orang tua bisa menemani anak bermain, mengerjakan pekerjaan rumah atau sekolah, dan sebagainya.
Interaksi lebih panjang biasanya baru terjadi saat libur akhir pekan. Orang tua bisa memanfaatkan momen ini untuk melakukan aktivitas bersama dengan anak. Cobalah untuk menggali kedekatan anak dengan melakukan hobi yang disukainya.
Jika anak suka membaca buku, orang tua bisa mengajak anak pergi ke tempat buku yang seru. Namun, Astrid mewanti-wanti agar orang tua menghindari aktivitas bersama yang minim interaksi, misalnya bermain gim, menonton film, dan sebagainya. Meski dilakukan bersama-sama, aktivitas tersebut kurang membangun kedekatan antara orang tua dengan anak.
Baca juga: Dampak Anak yang Memiliki Orang Tua Sibuk Bekerja
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.