Jangan Buru-Buru Tentukan Bakat Anak, Sebelum Memahami Hal ini
04 August 2021 |
17:10 WIB
Sebagian orang tua bisa jadi punya obsesi atau cita-cita masa kecil yang tidak berhasil dicapai. Sebagai upaya mengobati rasa kekecewaan itu, tak sedikit dari mereka mendorong anak-anaknya agar bisa mencapai cita-cita itu dengan berbagai macam cara, bahkan beberapa di antaranya tak segan merogoh kocek dalam-dalam.
Sebagai contoh, orangtua yang di masa kecilnya punya cita-cita menjadi pemain sepakbola tetapi tidak berhasil terwujud akhirnya mendorong anaknya giat berlatih sepakbola agar menjadi pemain profesional saat dewasa.
Hal itu tentu saja tak ada salahnya. Namun, menurut Psikolog Anak dan Keluarga Vera Itabilian ada hal yang perlu diwaspadai orang tua dalam mendampingi pengembangan anak. Dia mengimbau, orang tua menahan diri untuk tidak terpengaruh oleh obsesi pribadi atau ekspektasi berlebihan.
"Hati-hati orang tua jangan rancu dengan obsesi pribadi. Misalnya ayah dan ibunya suka bola, lalu kita tentukan anaknya agar juga suka main sepak bola," tutur Vera.
Dia menegaskan, konsistensi orangtua mengamati minat anak harus dilandasi dengan pikiran terbuka. Hendaknya orang tua tidak terburu-buru dalam menentukan bakat tersebut.
"Lihat dulu seberapa konsisten anak menyukai sesuatu. Biasanya bisa dilihat saat anak usia tiga tahun, dikenalkan dulu dengan berbagai hal," terangnya.
Tidak dapat dipungkiri di tengah situasi yang tidak menentu seperti pandemi saat ini turut memberikan tantangan tersendiri dalam pembangunan anak.
Vera mengingatkan, perjalanan mencari bakat anak adalah proses yang panjang. Masa pandemi seperti dianggap sebagai waktu yang tepat untuk menemukan bakat anak-anak.
"Pasalnya saat pandemi kita bisa mengamati anak dengan lebih leluasa," ujar Vera.
Dia juga menambahkan, orang tua harus menjadi pendengar yang baik saat anak mulai mengalami emosi dan tidak sabar dalam meniti proses pengembangan diri. Dalam kondisi itu, orang tua disarankan tidak langsung mengutarakan solusi secara terbuka dan blak-blakan.
"Kadang anak cuma butuh didengar dan dipahami. Setelah didengar, kadang solusi bisa muncul sendiri dari anak, atau solusi bisa dicari berdua," ujarnya.
Dia juga menerangkan, dukungan dari orang tua sangatlah dibutuhkan sehingga potensi anak bisa berkembang menjadi prestasi yang membanggakan.
Beberapa peran penting yang perlu diperhatikan orang tua dalam mendukung pengembangan potensi anak, yaitu sebagai pengamat. Tujuannya, untuk membantu menemukan potensi anak melalui observasi sehari-hari.
Orangtua juga memberikan peluang pada anak untuk menemukan potensi dirinya, memberikan dukungan melalui atensi, dan apresiasi atas usaha anak.
"Serta tentunya menjadi pendamping ketika anak merasa kesulitan saat menekuni aktivitasnya,” ujarnya.
Editor: Dika Irawan
Sebagai contoh, orangtua yang di masa kecilnya punya cita-cita menjadi pemain sepakbola tetapi tidak berhasil terwujud akhirnya mendorong anaknya giat berlatih sepakbola agar menjadi pemain profesional saat dewasa.
Hal itu tentu saja tak ada salahnya. Namun, menurut Psikolog Anak dan Keluarga Vera Itabilian ada hal yang perlu diwaspadai orang tua dalam mendampingi pengembangan anak. Dia mengimbau, orang tua menahan diri untuk tidak terpengaruh oleh obsesi pribadi atau ekspektasi berlebihan.
"Hati-hati orang tua jangan rancu dengan obsesi pribadi. Misalnya ayah dan ibunya suka bola, lalu kita tentukan anaknya agar juga suka main sepak bola," tutur Vera.
Dia menegaskan, konsistensi orangtua mengamati minat anak harus dilandasi dengan pikiran terbuka. Hendaknya orang tua tidak terburu-buru dalam menentukan bakat tersebut.
"Lihat dulu seberapa konsisten anak menyukai sesuatu. Biasanya bisa dilihat saat anak usia tiga tahun, dikenalkan dulu dengan berbagai hal," terangnya.
Tidak dapat dipungkiri di tengah situasi yang tidak menentu seperti pandemi saat ini turut memberikan tantangan tersendiri dalam pembangunan anak.
Vera mengingatkan, perjalanan mencari bakat anak adalah proses yang panjang. Masa pandemi seperti dianggap sebagai waktu yang tepat untuk menemukan bakat anak-anak.
"Pasalnya saat pandemi kita bisa mengamati anak dengan lebih leluasa," ujar Vera.
Dia juga menambahkan, orang tua harus menjadi pendengar yang baik saat anak mulai mengalami emosi dan tidak sabar dalam meniti proses pengembangan diri. Dalam kondisi itu, orang tua disarankan tidak langsung mengutarakan solusi secara terbuka dan blak-blakan.
"Kadang anak cuma butuh didengar dan dipahami. Setelah didengar, kadang solusi bisa muncul sendiri dari anak, atau solusi bisa dicari berdua," ujarnya.
Dia juga menerangkan, dukungan dari orang tua sangatlah dibutuhkan sehingga potensi anak bisa berkembang menjadi prestasi yang membanggakan.
Beberapa peran penting yang perlu diperhatikan orang tua dalam mendukung pengembangan potensi anak, yaitu sebagai pengamat. Tujuannya, untuk membantu menemukan potensi anak melalui observasi sehari-hari.
Orangtua juga memberikan peluang pada anak untuk menemukan potensi dirinya, memberikan dukungan melalui atensi, dan apresiasi atas usaha anak.
"Serta tentunya menjadi pendamping ketika anak merasa kesulitan saat menekuni aktivitasnya,” ujarnya.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.