Begini Tips Mengatasi Anak Drama Saat Ditinggal Pergi Orang Tua
25 November 2022 |
09:00 WIB
Meninggalkan anak saat bepergian kerap jadi momen yang sulit bagi orang tua. Anak mungkin akan menangis dan meminta mereka untuk tetap berada di dekatnya selama mungkin. Kondisi tersebut tak jarang membuat orang tua kebingungan dan merasa serba salah.
Orang tua mau pergi, tetapi tidak tega dengan si buah hati. Kalaupun sudah berhasil pergi, orang tua terkadang merasa bersalah dan membuatnya jadi sulit berkonsentrasi terhadap kegiatannya di luar rumah. Psikolog Keluarga dan Anak Klinik PION Clinician Astrid WEN mengatakan anak yang menangis saat ditinggal orang tuanya adalah peristiwa yang wajar. Terlebih, jika itu terjadi pada usia 2 tahun-3 tahun.
Pada usia tersebut, anak masih memiliki ketergantungan kepada orang tua. Anak-anak merasa orang tua adalah sumber aman bagi dirinya. Jadi, momen berpisah tersebut akan membuat anak cemas karena merasa tidak aman saat orang tua tidak berada didekatnya.
Baca juga: Mom, Begini Cara Membuat Anak Terbiasa Merapikan Mainan Sendiri
Oleh karena itu, mereka belum bisa terlalu beradaptasi saat ditinggal orang tua dalam waktu yang lama. Namun, bukan berarti orang tua harus selalu menuruti keadaan tersebut. Orang tua juga mesti menstimulasi dirinya dan anaknya agar lebih berani dan mandiri.
Astrid mengatakan kecemasan yang muncul kerap terjadi dari dua sisi, yakni orang tua dan si anak tersebut. Dari sisi orang tua, mereka perlu menanamkan rasa percaya kepada lingkungan dan anak bahwa kecemasan tersebut akan bisa diatasi.
“Misalnya, saat anak sekolah. Orang tua perlu berani mempercayakan anak di lingkungan tersebut. Di sisi lain, orang tua pun memberikan panduan kepada anak jika terjadi sesuatu, seperti meminta bantuan ke gurunya dan sebagainya,” ujar Astrid kepada Hypeabis, beberapa waktu lalu.
Baca juga: Manfaat Bermain pada Anak, Mengembangkan Emosi hingga Imajinasi
Transisi tersebut sangat penting bagi anak. Sebab, hal itu berkaitan dengan kesiapan anak menghadapi perpisahan sementara dengan orang tuanya. Usahakan perpisahan tidak dilakukan dalam waktu yang cepat sehingga anak bisa memproses apa yang sedang dirasakannya.
Praktisi theraplay itu mengatakan perpisahan juga harus dilatih dan diperjelas. Artinya, anak mestinya diberi pemahaman mengapa perpisahan itu terjadi dan berapa lama durasinya.
Misalnya, orang tua perlu berpisah dengan anak karena harus bekerja di kantor. Maka, orang tua perlu memberi pemahaman anak bahwa mereka harus bekerja. Orang tua juga bisa memberikan informasi soal kapan kepulangannya sehingga ada kepastian yang didapat si anak.
Dengan cara ini, pelan-pelan anak akan mengerti bahwa perpisahan dan pertemuan itu adalah hal yang wajar. Astrid menilai hal itu jauh lebih baik dibandingkan orang tua pergi secara diam-diam demi tidak ingin membuat anak menangis.
Tindakan tersebut justru bisa membuat anak jadi kebingungan. Mereka tidak bisa memproses perpisahan tersebut dengan baik karena tidak ada alasan yang diberikan orang tuanya. Hal itu bisa melemahkan jiwa anak.
“Cobalah memberikan kata-kata afirmasi ‘Jangan khawatir, Nak. Mama mungkin pergi bekerja, tetapi kan mama ada di hati kamu’. Jadi, usahakan untuk memfamiliarkan kondisi perpisahan untuk membantu kesiapan hati anak,” imbuhnya.
Baca juga: Liburan Akhir Tahun Sudah Dekat, Yuk Persiapkan Waktu Berkualitas Bersama Anak
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Orang tua mau pergi, tetapi tidak tega dengan si buah hati. Kalaupun sudah berhasil pergi, orang tua terkadang merasa bersalah dan membuatnya jadi sulit berkonsentrasi terhadap kegiatannya di luar rumah. Psikolog Keluarga dan Anak Klinik PION Clinician Astrid WEN mengatakan anak yang menangis saat ditinggal orang tuanya adalah peristiwa yang wajar. Terlebih, jika itu terjadi pada usia 2 tahun-3 tahun.
Pada usia tersebut, anak masih memiliki ketergantungan kepada orang tua. Anak-anak merasa orang tua adalah sumber aman bagi dirinya. Jadi, momen berpisah tersebut akan membuat anak cemas karena merasa tidak aman saat orang tua tidak berada didekatnya.
Baca juga: Mom, Begini Cara Membuat Anak Terbiasa Merapikan Mainan Sendiri
Alasan Anak Sulit Ditinggal
Dalam fase ini, anak terbilang masih dalam tahap kemandirian awal. Mereka mungkin sudah berani bermain sendiri. Akan tetapi, sesekali mereka pasti akan menengok atau mendekat ke orang tua untuk sekadar melihat keberadaannya atau memeluknya sebagai tanda bahwa dirinya masih dalam situasi yang aman.Oleh karena itu, mereka belum bisa terlalu beradaptasi saat ditinggal orang tua dalam waktu yang lama. Namun, bukan berarti orang tua harus selalu menuruti keadaan tersebut. Orang tua juga mesti menstimulasi dirinya dan anaknya agar lebih berani dan mandiri.
Astrid mengatakan kecemasan yang muncul kerap terjadi dari dua sisi, yakni orang tua dan si anak tersebut. Dari sisi orang tua, mereka perlu menanamkan rasa percaya kepada lingkungan dan anak bahwa kecemasan tersebut akan bisa diatasi.
“Misalnya, saat anak sekolah. Orang tua perlu berani mempercayakan anak di lingkungan tersebut. Di sisi lain, orang tua pun memberikan panduan kepada anak jika terjadi sesuatu, seperti meminta bantuan ke gurunya dan sebagainya,” ujar Astrid kepada Hypeabis, beberapa waktu lalu.
Baca juga: Manfaat Bermain pada Anak, Mengembangkan Emosi hingga Imajinasi
Melatih Anak Agar Berani Saat Ditinggal Pergi
Momen perpisahan selalu tidak mudah. Oleh karena itu, perlu ada adaptasi waktu yang cukup. Orang tua sebaiknya tidak langsung berpisah saat anak sudah berada di sekolah. Mereka bisa menunggu 15 menit-30 menit di sekolah untuk menemani anak sekaligus memberi kesempatan anak beradaptasi dengan lingkungan barunya.Transisi tersebut sangat penting bagi anak. Sebab, hal itu berkaitan dengan kesiapan anak menghadapi perpisahan sementara dengan orang tuanya. Usahakan perpisahan tidak dilakukan dalam waktu yang cepat sehingga anak bisa memproses apa yang sedang dirasakannya.
Praktisi theraplay itu mengatakan perpisahan juga harus dilatih dan diperjelas. Artinya, anak mestinya diberi pemahaman mengapa perpisahan itu terjadi dan berapa lama durasinya.
Misalnya, orang tua perlu berpisah dengan anak karena harus bekerja di kantor. Maka, orang tua perlu memberi pemahaman anak bahwa mereka harus bekerja. Orang tua juga bisa memberikan informasi soal kapan kepulangannya sehingga ada kepastian yang didapat si anak.
Dengan cara ini, pelan-pelan anak akan mengerti bahwa perpisahan dan pertemuan itu adalah hal yang wajar. Astrid menilai hal itu jauh lebih baik dibandingkan orang tua pergi secara diam-diam demi tidak ingin membuat anak menangis.
Tindakan tersebut justru bisa membuat anak jadi kebingungan. Mereka tidak bisa memproses perpisahan tersebut dengan baik karena tidak ada alasan yang diberikan orang tuanya. Hal itu bisa melemahkan jiwa anak.
“Cobalah memberikan kata-kata afirmasi ‘Jangan khawatir, Nak. Mama mungkin pergi bekerja, tetapi kan mama ada di hati kamu’. Jadi, usahakan untuk memfamiliarkan kondisi perpisahan untuk membantu kesiapan hati anak,” imbuhnya.
Baca juga: Liburan Akhir Tahun Sudah Dekat, Yuk Persiapkan Waktu Berkualitas Bersama Anak
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.