ilustrasi (sumber gambar : firmbee com / unsplash)

Bisnis Kuliner Susah Naik Kelas? Coba Cek 6 Blind Spot Ini

24 December 2022   |   16:58 WIB
Image
Dewi Andriani Jurnalis Hypeabis.id

Membangun bisnis kuliner dari nol hingga berkembang besar dan memiliki puluhan bahkan ratusan cabang bukanlah hal yang mustahil. Apalagi kuliner menjadi salah satu bisnis paling potensial yang tidak akan pernah ada matinya, sehingga potensi untuk dapat ekspansi sangatlah besar.

Namun, tidak semua pebisnis kuliner bisa dengan mudah melebarkan sayap bisnis mereka. Bukan cuma pelaku usaha yang baru memulai bahkan penjaja kuliner yang sudah bertahun-tahun atau puluhan tahun sekalipun, ada yang skala usahanya masih kecil.

Sebaliknya, ada pelaku usaha kuliner yang baru berkecimpung kurang dari 5 tahun dalam bisnis kuliner, tapi usahanya sudah berkembang signifikan. Mereka sudah punya banyak cabang di mana-mana, bisnisnya viral bahkan ada yang sudah go global.

Baca jugaKaleidoskop 2022: Bisnis yang Viral Sepanjang Tahun, Mie Gacoan hingga Karen's Diner

Chief Operating Officer Foodiz Stefani Kurniadi mengatakan bahwa ada tiga tahap dalam pengembangan usaha bisnis mulai dari fase starting up, fase expension, dan fase sustainability. Namun, banyak pelaku usaha yang berada pada fase starting up kesulitan saat ingin naik kelas ke fase expansion.

“Banyak pelaku usaha kuliner yang berada di fase-fase awal tapi ngga banyak yang bisa naik kelas, mereka kesulitan mendobrak agar bisnisnya bisa berkembang besar,” ujarnya dalam webinar Membangun Bisnis Kuliner dari Nol.

Lantas apa yang membuat banyak pelaku usaha yang baru memulai bisnisnya dari nol bisa benar-benar naik kelas? Wanita yang juga Founder dari PT Citrarasa Prima Indonesia Berjaya (CRP Group) ini menyebutkan ada enam blind spot tak terlihat yang membuat bisnis para pelaku usaha pemula sulit berkembang.

Blind spot ini bukan hanya dirasakan oleh pebisnis pemula saja. Bahkan pebisnis yang sudah menjalankan usahanya bertahun-tahun pun ada yang tidak menyadari tanda-tanda blind spot yang membuat bisnisnya sulit tumbuh berkembang bahkan hingga bangkrut.

Apa saja enam blid spot yang dimaksud? Yuk simak dalam ulasan berikut ini. 
 

1. Salah Pilih Produk 

Pertama, salah memilih produk. Menurutnya, tak sedikit pelaku usaha yang memutuskan memilih produk untuk dijual hanya berdasarkan alasan personal. Alhasil mereka tidak melakukan validasi apakah produk tersebut benar-benar disukai oleh masyarakat atau tidak.

Selain itu, bisa jadi produknya memang disukai konsumen dan memiliki potensi pasar yang besar tetapi tidak scaleable.  Artinya produk tersebut sulit diproduksi secara banyak karena proses pembuatan yang rumit atau bahan baku yang terbatas sehingga ketika ada konsumen yang ingin membeli tetapi produknya tidak tersedia.
 

2. Produk Tidak Menarik 

Kedua, produk tersebut tidak menarik atau tidak memiliki ‘wow factor’ yang membedakannya dibandingkan produk sejenis. Sebab, sambungnya, akan sulit menjual produk makanan dan minuman jika tidak ada keunikan yang dimiliki dan dapat dijual di pasaran.

“Saat ini siapapun bisa membuat brandnya terkenal dengan biaya yang sangat rendah melalui pemanfaatan media digital asalkan mau belajar membuat konten tapi syaratnya produk tersebut harus menjual dan memiliki ‘wow factor’ sehingga orang akan penasaran untuk mencoba produknya,” katanya. 
 

3. Pasar yang Kecil

Blind spot ketiga yang jarang disadari oleh pelaku usaha adalah bisnis tersebut memiliki pasar yang kecil. Misalnya karena seseorang memiliki idealisme tertentu maka dia hanya ingin menjual produk A tanpa melihat apakah pangsa pasarnya besar atau kecil.

Selain itu bisa juga karena kompetisinya sudah terlalu besar sehingga sulit memenangkan persaingan. Jika pun mau menang dan dipilih konsumen dia harus menggunakan modal yang besar.
 

4. Nihil Pemasaran

Keempat, tidak melakukan pemasaran. Jika seseorang ingin omzetnya meningkat maka dia harus memasarkan produknya hingga dikenal. Banyak cara untuk melakukan aktivasi pemasaran dengan biaya rendah apalagi saat ini sudah banyak aplikasi yang dapat digunakan untuk proses promosi.

“Jika bisnis masih dalam fase starting up maka kita perlu menyediakan sebagian besar waktu untuk proses pemasaran mendapatkan pelanggan sebanyak-banyaknya sehingga bisnis bisa running,” ucapnya.
 

5. Salah Menentukan Harga 

Kelima, salah menentukan harga. Hal ini terjadi karena saat awal mulai bisnis, pelaku tidak melakukan riset sehingga bisa jadi harganya kemahalan sehingga pembeli tidak balik lagi. Selain itu hal ini juga bisa disebabkan karena kemurahan sehingga bisnisnya bukan untung malah buntung.
 

6. Catatan Keuangan

Keenam, tidak adanya catatan keuangan. Karena tidak ada manajemen keuangan maka bisa saja bisnisnya memang banyak yang membeli dan omzetnya banyak tetapi keuntungannya tipis atau malah harus ‘nombok’ setiap bulan sehingga sulit untuk berkembang.

“Untuk memulai bisnis kita tidak bisa langsung nyemplung saja tetapi sebisa mungkin melakukan riset, memiliki ilmu yang lengkap tentang marketing, operasional, supply chain, strategi ekspansi, hingga pengelolaan keuangan sehingga usahanya bisa berkelanjutan dan naik kelas,” ujarnya.

Baca jugaTingkatkan Skala Bisnis Kuliner Lewat Layanan Pesan Antar, Begini Tahapannya

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Melihat Peluang Bisnis Kardus Eco Friendly

BERIKUTNYA

Tradisi Unik Perayaan Natal di Indonesia, dari Sumatra hingga Papua

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: