5 Tren Preferensi Wisatawan dalam Memilih Akomodasi
20 December 2022 |
20:30 WIB
Industri pelesiran mulai ramai lagi, terutama memasuki masa liburan akhir tahun. Hal itu menjadi indikasi kuat bahwa sektor pariwisata secara umum telah pulih dari dampak pagebluk Covid-19. Tidak hanya itu, pemulihan ini diiringi dengan tren baru di kalangan wisatawan dalam menghabiskan waktu liburan, memilih destinasi wisata, hingga akomodasi yang bakal digunakan.
Laporan terbaru dari Little Hotelier, platform manajemen akomodasi berbasis di Sydney, Australia, yang merilis Changing Traveller Report: Small Accommodation Edition mengungkapkan tentang rencana, perilaku, dan perspektif yang berkembang dari para pelancong yang menjadi tamu akomodasi/hotel. Laporan ini melibatkan lebih 8.000 wisatawan dari 10 negara secara global, termasuk Indonesia.
Baca juga: 3 Fasilitas Penginapan yang dicari Wisatawan Milenial & Generasi Z
Dari laporan ini, ada lima tren utama yang perlu diperhatikan oleh penyedia akomodasi kecil di Indonesia pada tahun mendatang. Yuk simak apa saja tren tersebut.
Dalam data survei, ditemukan bahwa 33 persen wisatawan memulai pencarian akomodasi mereka di mesin pencari seperti Google, 21 persen akan langsung menuju ke OTA atau website perjalanan tertentu, di mana terdapat 60 persen wisatawan Indonesia yang melakukan hal ini. Sedangkan 10 persen lainnya akan lari ke media sosial untuk mencari inspirasi. Tren ini menyoroti kebutuhan untuk membangun online image yang kuat bagi penginapan.
Melakukan pemesanan langsung secara online merupakan metode reservasi terpopuler kedua bagi wisatawan di seluruh dunia saat ini, diikuti oleh pemesanan melalui OTA. Fenomena ini menyoroti peluang berkelanjutan untuk meningkatkan keuntungan. Saat mengecek situs properti, metode pemesanan dan pembayaran yang mudah dan aman, isi kamar dan staf, serta ulasan tamu adalah tiga pertimbangan utama bagi setidaknya 50 persen wisatawan. Dan proses pemesanan yang mudah dan aman menjadi elemen terpenting bagi wisatawan Indonesia.
Saat memutuskan apakah mereka akan mempertimbangkan untuk kembali menginap di properti yang sama, 'hal-hal kecil' yang membuat suatu akomodasi menjadi unik, misalnya aroma khas properti, karya seni, atau musik restoran, dipandang sebagai hal yang “penting” atau “sangat penting” bagi 66 persen wisatawan. Secara khusus, bagi wisatawan Indonesia, 'hal-hal kecil' ini sangat krusial - sekitar 8 dari 10 dari mereka menganggapnya sebagai sesuatu yang "penting" atau "sangat penting" saat mempertimbangkan apakah mereka akan kembali ke akomodasi tersebut.
Properti yang belum memaksimalkan teknologi hotel perlu melakukannya dengan cepat jika ingin terus mendapatkan pemesanan secara konsisten. Pasalnya, sebanyak 64 persen wisatawan global (dan sebanyak 72 persen wisatawan Indonesia) mengatakan bahwa persepsi terhadap suatu akomodasi akan terpengaruh secara negatif jika mereka tidak menggunakan teknologi secara efektif (contoh, jika website lambat atau proses pembayaran tidak aman).
Terakhir, para wisatawan menekankan bahwa keramah-tamahan masih menjadi faktor utama yang menentukan pengalaman menginap di suatu akomodasi. Meskipun otomatisasi pengalaman check-in menjadi lebih umum, 88 persen wisatawan masih berharap staf penginapan menyambut di lokasi saat mereka tiba. Sementara itu, 61 persen responden (79 persen di Indonesia) kini memiliki standar hospitality yang jauh lebih tinggi daripada sebelum Covid-19.
Baca juga: Viral Soal Pidana Kumpul Kebo, Menparekraf Jamin Privasi Wisatawan
Editor: Nirmala Aninda
Laporan terbaru dari Little Hotelier, platform manajemen akomodasi berbasis di Sydney, Australia, yang merilis Changing Traveller Report: Small Accommodation Edition mengungkapkan tentang rencana, perilaku, dan perspektif yang berkembang dari para pelancong yang menjadi tamu akomodasi/hotel. Laporan ini melibatkan lebih 8.000 wisatawan dari 10 negara secara global, termasuk Indonesia.
Baca juga: 3 Fasilitas Penginapan yang dicari Wisatawan Milenial & Generasi Z
Dari laporan ini, ada lima tren utama yang perlu diperhatikan oleh penyedia akomodasi kecil di Indonesia pada tahun mendatang. Yuk simak apa saja tren tersebut.
1. Memiliki online image yang kuat.
Dalam data survei, ditemukan bahwa 33 persen wisatawan memulai pencarian akomodasi mereka di mesin pencari seperti Google, 21 persen akan langsung menuju ke OTA atau website perjalanan tertentu, di mana terdapat 60 persen wisatawan Indonesia yang melakukan hal ini. Sedangkan 10 persen lainnya akan lari ke media sosial untuk mencari inspirasi. Tren ini menyoroti kebutuhan untuk membangun online image yang kuat bagi penginapan.
2. Proses pemesanan yang mudah dan aman
Melakukan pemesanan langsung secara online merupakan metode reservasi terpopuler kedua bagi wisatawan di seluruh dunia saat ini, diikuti oleh pemesanan melalui OTA. Fenomena ini menyoroti peluang berkelanjutan untuk meningkatkan keuntungan. Saat mengecek situs properti, metode pemesanan dan pembayaran yang mudah dan aman, isi kamar dan staf, serta ulasan tamu adalah tiga pertimbangan utama bagi setidaknya 50 persen wisatawan. Dan proses pemesanan yang mudah dan aman menjadi elemen terpenting bagi wisatawan Indonesia.
3. Wisatawan ingin pengalaman akomodasi yang unik
Saat memutuskan apakah mereka akan mempertimbangkan untuk kembali menginap di properti yang sama, 'hal-hal kecil' yang membuat suatu akomodasi menjadi unik, misalnya aroma khas properti, karya seni, atau musik restoran, dipandang sebagai hal yang “penting” atau “sangat penting” bagi 66 persen wisatawan. Secara khusus, bagi wisatawan Indonesia, 'hal-hal kecil' ini sangat krusial - sekitar 8 dari 10 dari mereka menganggapnya sebagai sesuatu yang "penting" atau "sangat penting" saat mempertimbangkan apakah mereka akan kembali ke akomodasi tersebut.
4. Penggunaan teknologi erat dengan kesuksesan pemesanan
Properti yang belum memaksimalkan teknologi hotel perlu melakukannya dengan cepat jika ingin terus mendapatkan pemesanan secara konsisten. Pasalnya, sebanyak 64 persen wisatawan global (dan sebanyak 72 persen wisatawan Indonesia) mengatakan bahwa persepsi terhadap suatu akomodasi akan terpengaruh secara negatif jika mereka tidak menggunakan teknologi secara efektif (contoh, jika website lambat atau proses pembayaran tidak aman).
5. Autentisitas dan layanan sebagai hal vital
Terakhir, para wisatawan menekankan bahwa keramah-tamahan masih menjadi faktor utama yang menentukan pengalaman menginap di suatu akomodasi. Meskipun otomatisasi pengalaman check-in menjadi lebih umum, 88 persen wisatawan masih berharap staf penginapan menyambut di lokasi saat mereka tiba. Sementara itu, 61 persen responden (79 persen di Indonesia) kini memiliki standar hospitality yang jauh lebih tinggi daripada sebelum Covid-19.Baca juga: Viral Soal Pidana Kumpul Kebo, Menparekraf Jamin Privasi Wisatawan
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.