Kapan Sebaiknya Anak Laki-Laki Sunat? Ini Penjelasan Dokter
19 December 2022 |
18:43 WIB
Bagi kalian yang memiliki anak laki-laki, ada satu hal yang perlu dipikirkan, yaitu perkara sunat atau khitan. Adapun, persoalan atau dilema yang kerap dihadapi oleh orang tua adalah adalah soal waktu. Kapan sebaiknya anak laki-laki mereka disunat?
Tradisi sunat jamak dilakukan di Indonesia, terutama di kalangan umat Islam. Khitan atau dalam bahasa medis dikenal dengan istilah sirkumsisi dilakukan dengan memotong sebagian kulit yang menutupi alat kelamin. Khitan biasanya dilakukan dengan alasan agama, tapi dalam dunia kesehatan hal ini juga dianjurkan karena punya banyak manfaat.
Lantas kapan anak laki-laki mulai harus disunat? Mengutip Bisnis Indonesia Weekend edisi 25 Desember 2016, Dokter Spesialis Bedah Saraf, Mahdian Nur Nasution mengatakan dalam budaya negara Melayu seperti Indonesia dan Malaysia, sunat biasanya dilakukan pada saat anak berusia sekolah dasar (SD). Namun, praktik ini tidak sepenuhnya ideal.
“Seharusnya anak laki-laki disunat sebelum usianya enam bulan,” ujarnya.
Baca juga: Kenali Pentingnya Pengembangan EQ Saat Usia Emas Anak
Mengapa ketika masih bayi justru merupakan waktu yang ideal untuk disunat? Menurut Mahdian, sunat sejak usia dini memiliki keunggulan. Pertama, luka bekas sayatan pada bayi akan cepat sembuh dengan sendirinya. Hal ini karena pada saat usia tersebut bayi mengalami pertumbuhan dan peningkatan hormon secara cepat.
Kedua adalah untuk menghindari trauma pada anak. Mahdian menjelaskan sunat yang dilakukan pada anak usia SD biasanya meninggalkan trauma yang sulit dihilangkan hingga dewasa. Apalagi jika pada saat sunat terjadi pendarahan atau proses yang tidak berjalan sesuai keinginan. Sebaliknya, pada usia di bawah enam bulan, anak justru masih belum memiliki kesadaran.
Selain itu, pada anak dengan usia di bawah enam bulan biasanya juga masih belum bisa tengkurap. Hal ini justru akan menguntungkan karena alat kelaminnya tidak tergesek. Kendati demikian, sunat pada bayi sebaiknya dilakukan oleh tenaga profesional yang memang sudah terbiasa melakukan sunat pada bayi.
Tidak seperti pada masa lalu, perkembangan teknologi saat ini sudah membuat sunat sangat aman bahkan bagi bayi sekalipun. Salah satu teknik yang diunggulkan adalah teknik klem. “Dengan teknik ini tidak terjadi pendarahan dan tidak perlu dijahit. Anak-anak juga bisa langsung beraktivitas,” tuturnya.
Terkait dengan teknik sunat, ada beberapa persepsi yang salah beredar di masyarakat soal teknik laser. Pada sunat laser alat yang dipakai adalah lempengen besi panas yang memang biasa digunakan untuk pisau bedah. Sunat laser lebih bagus dari sunat konvensional yang menggunakan gunting karena pendarahan yang keluar hanya sedikit.
Mengapa sunat sangat dianjurkan dalam dunia medis? Menurut Mahdian, sunat pada laki-laki bisa mencegah sejumlah penyakit kelamin, salah satunya adalah fimosis. Penyakit ini terjadi ketika kulit pada alat kelamin tidak bisa ditarik ke belakang. Akibatnya, saat buang air kecil tidak bisa keluar dengan sempurna.
Fimosis terjadi akibat keturunan genetik atau kebersihan alat kelamin yang tidak dijaga. Menurut data WHO, empat dari 10 anak di seluruh dunia mengalami kelainan ini.
“Oleh karena itu saya menyarankan sunat dilakukan sejak dini untuk menghindari penyakit,” tuturnya.
Mahdian menambahkan selain fimosis, pria yang tidak disunat juga memiliki berbagai risiko penyakit lainnya. Mulai dari balanitis atau pembengkakan pada kepala penis, hipospadia (kelainan pada saluran kemih), hingga kelainan pembekuan darah dan kanker. Nah, bagi para orangtua yang baru memiliki buah hati, tidak ada salahnya untuk menyunat anaknya sejak dini.
Baca juga: Tips Persiapan Liburan Bareng Anak Saat Momen Nataru
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Tradisi sunat jamak dilakukan di Indonesia, terutama di kalangan umat Islam. Khitan atau dalam bahasa medis dikenal dengan istilah sirkumsisi dilakukan dengan memotong sebagian kulit yang menutupi alat kelamin. Khitan biasanya dilakukan dengan alasan agama, tapi dalam dunia kesehatan hal ini juga dianjurkan karena punya banyak manfaat.
Lantas kapan anak laki-laki mulai harus disunat? Mengutip Bisnis Indonesia Weekend edisi 25 Desember 2016, Dokter Spesialis Bedah Saraf, Mahdian Nur Nasution mengatakan dalam budaya negara Melayu seperti Indonesia dan Malaysia, sunat biasanya dilakukan pada saat anak berusia sekolah dasar (SD). Namun, praktik ini tidak sepenuhnya ideal.
“Seharusnya anak laki-laki disunat sebelum usianya enam bulan,” ujarnya.
Baca juga: Kenali Pentingnya Pengembangan EQ Saat Usia Emas Anak
Mengapa ketika masih bayi justru merupakan waktu yang ideal untuk disunat? Menurut Mahdian, sunat sejak usia dini memiliki keunggulan. Pertama, luka bekas sayatan pada bayi akan cepat sembuh dengan sendirinya. Hal ini karena pada saat usia tersebut bayi mengalami pertumbuhan dan peningkatan hormon secara cepat.
Kedua adalah untuk menghindari trauma pada anak. Mahdian menjelaskan sunat yang dilakukan pada anak usia SD biasanya meninggalkan trauma yang sulit dihilangkan hingga dewasa. Apalagi jika pada saat sunat terjadi pendarahan atau proses yang tidak berjalan sesuai keinginan. Sebaliknya, pada usia di bawah enam bulan, anak justru masih belum memiliki kesadaran.
Selain itu, pada anak dengan usia di bawah enam bulan biasanya juga masih belum bisa tengkurap. Hal ini justru akan menguntungkan karena alat kelaminnya tidak tergesek. Kendati demikian, sunat pada bayi sebaiknya dilakukan oleh tenaga profesional yang memang sudah terbiasa melakukan sunat pada bayi.
Metode Sunat
Tidak seperti pada masa lalu, perkembangan teknologi saat ini sudah membuat sunat sangat aman bahkan bagi bayi sekalipun. Salah satu teknik yang diunggulkan adalah teknik klem. “Dengan teknik ini tidak terjadi pendarahan dan tidak perlu dijahit. Anak-anak juga bisa langsung beraktivitas,” tuturnya.Terkait dengan teknik sunat, ada beberapa persepsi yang salah beredar di masyarakat soal teknik laser. Pada sunat laser alat yang dipakai adalah lempengen besi panas yang memang biasa digunakan untuk pisau bedah. Sunat laser lebih bagus dari sunat konvensional yang menggunakan gunting karena pendarahan yang keluar hanya sedikit.
Mengapa sunat sangat dianjurkan dalam dunia medis? Menurut Mahdian, sunat pada laki-laki bisa mencegah sejumlah penyakit kelamin, salah satunya adalah fimosis. Penyakit ini terjadi ketika kulit pada alat kelamin tidak bisa ditarik ke belakang. Akibatnya, saat buang air kecil tidak bisa keluar dengan sempurna.
Fimosis terjadi akibat keturunan genetik atau kebersihan alat kelamin yang tidak dijaga. Menurut data WHO, empat dari 10 anak di seluruh dunia mengalami kelainan ini.
“Oleh karena itu saya menyarankan sunat dilakukan sejak dini untuk menghindari penyakit,” tuturnya.
Mahdian menambahkan selain fimosis, pria yang tidak disunat juga memiliki berbagai risiko penyakit lainnya. Mulai dari balanitis atau pembengkakan pada kepala penis, hipospadia (kelainan pada saluran kemih), hingga kelainan pembekuan darah dan kanker. Nah, bagi para orangtua yang baru memiliki buah hati, tidak ada salahnya untuk menyunat anaknya sejak dini.
Baca juga: Tips Persiapan Liburan Bareng Anak Saat Momen Nataru
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.