Harmoni Alur Puitis Alam dalam Seni Keramik Endang Lestari
12 December 2022 |
20:11 WIB
Alam merupakan sumber kehidupan yang menyimpan, mematangkan, dan melahirkan tumbuhan sebagai daya dukung kehidupan, hingga arca dan pusaka. Dengan kata lain, alam adalah pusat orientasi pandangan hidup dan spiritual. Bersama alam dan segala berkahnya itulah seniman Endang Lestari berkarya dan melahirkan 11 karya seni keramik.
Semua karya tersebut dihadirkan dalam pameran tunggal Nature's Allure di Galeri Omah Budoyo, 19 November 2022 hingga 13 Januari 2023. Seperti judulnya, pameran ini menampilkan koleksi karya seni keramik yang terinspirasi dari alam, tentang proses tumbuhnya dengan makna-makna yang lebih filosofis.
Baca juga: Refleksi Sosial Seniman Naufal Abshar dalam Pameran Flash, Pow, Bham!
Bentuk-bentuk karya yang hadir merupakan wujud respons ulang dari sang seniman terhadap alam itu sendiri. "Artinya bentuknya itu ada sedikit deformasi dan kiasan-kiasan seperti halnya puisi. Jadi ada beberapa hal yang saya ungkapkan tidak secara langsung," kata perupa yang akrab disapa Tari itu kepada Hypeabis.id, baru-baru ini.
Misalnya dalam karya berjudul Regrows and Recovers. Dalam karya itu, Tari menampilkan visualisasi fotosintesis dari sudut pandang yang lebih mikro. Sang seniman ingin menampilkan ide atau gagasan tentang proses bertumbuhnya tanaman, namun tidak dalam bentuk wujud aslinya.
Pameran tunggal kali ini merupakan koleksi lanjutan Tari dari #naturamagica, sebuah seri karya seninya yang terinspirasi dari hasil permenungannya atas cara-cara alam bekerja dan beririsan dengan warisan kultur Nusantara.
Hal ini terbentuk dari pengalaman kesehariannya yang tinggal di wilayah bagian timur Yogyakarta, di tengah-tengah peninggalan candi dari zaman klasik Sanjaya termasuk Candi Kalasan, Plaosan dan Prambanan
Dalam seri ini, dia menampilkan imaji arketipal melalui media khusus keramik yang diungkapkan ke dalam bentuk keramik kepatungan (sculptural ceramic) dan objek. Melalui imaji itu, Tari ingin leluasa mengeksplorasi alur alam melalui berbagai kemungkinan ekspresi bentuk yang bercorak organik dan relik.
Selama ini, Tari kerap menjadikan karya-karyanya sebagai refleksi atas persoalan memori, sejarah, budaya, gender, bahkan persoalan politik. Namun, dalam koleksinya kali ini, dia ingin menghadirkan karya-karya yang memberikan efek ketenangan.
"Ini adalah efek dari kontemplasi selama pandemi. Kita tidak banyak berinteraksi dengan orang tapi lebih banyak berinteraksi dengan alam sekitar sehingga hadirlah karya ini di penghujung tahun," katanya.
Sebagian besar karya-karya seni keramik Tari berasal dari tanah liat terakota. Menariknya, untuk koleksinya kali ini, dia menggunakan tanah liat yang berasal dari daerah Pagerjurang Bayat kabupaten Klaten, sebuah kawasan sentra kerajinan keramik di Jawa Tengah.
Tari menjelaskan bahwa tanah liat dari desa tersebut bisa dikembangkan sebagai media seni keramik lantaran dikembangkan oleh seorang sunan bernama Sunan Bayat atau Pandanaran. Terlebih, tanah liat ini juga menampilkan hasil efek warna yang khas setelah melalui proses pembakaran dan pengglasiran dengan tingkatan yang berbeda-beda.
"Jadi selain secara fisik karya, filosofi dari tanah liat itu sendiri cukup kuat. Secara utuh, tanah liat itu sendiri sudah punya kekuatan makna simbolik," ujar seniman asal Aceh itu.
Pameran tunggal ini juga merupakan kolaborasi dari galeri Omah Budoyo dengan ArsKala Principle Studio, sebuah inisiatif, studio dan proyek seni yang berbasis di Sleman, Yogyakarta. Digagas oleh Endang Lestari dan Sudjud Dartanto, ArsKala Principle menciptakan karya seni, lokakarya, penelitian, pertukaran, kolaborasi, dan residensi.
Pengelola ArsKala Principle Studio Sudjud Dartanto mengatakan secara bentuk, karya-karya Tari berkutat pada tiga kecenderungan yakni keramik kepatungan (scruptural ceramic) yang berwujud trimatra (3D), objek yang hadir dalam bentuk benda-benda, serta karya-karya yang bersifat instalatif atau meruang.
"Semuanya itu merupakan keramik kontemporer. Bentuknya diindividuasi oleh seniman sebagai pernyataan atau ungkapan subjektifnya seniman dalam menanggapi suatu tema," katanya.
Sudjud menuturkan karya-karya Tari yang hadir dalam koleksi Nature's Allure didominasi oleh bentuk-bentuk keramik yang bersifat relik yang kerap diasosiasikan dengan wujud-wujud purba seperti relief. Dalam prosesnya, karya relik digarap dengan estetika organik yang mengalir serta mengikuti pola dan kontur alam.
Seperti pola alam, karya-karya ciptaan Tari bertumpu pada pola pertumbuhan, eksplorasi yang tak terbatas dari kehidupan dan roh yang menggerakkannya. "Dari tema alur alam, cara konstruksinya mirip seperti menghasilkan sebuah puisi rupa dengan medium keramik yang memiliki sifat keabadian," imbuhnya.
Hal itulah yang menjadikan ciri khas dari karya-karya yang dihasilkan oleh sang seniman. Selain itu, Sudjud juga mengatakan dalam membuat karya-karya keramiknya, Tari konsisten mengeksplorasi medium artistiknya untuk menghasilkan warna dan tekstur yang khas dari proses pembakaran dan pengglasiran.
Baca juga: Melihat Kembali Karya-karya Terbaik Astari Rasjid, Seniman Feminis Jago Diplomasi
Sementara secara tematik, keramik-keramik sang seniman dinilai memiliki estetika mimpi yang identik dengan surealisme. Hal tersebut tampak pada karya-karyanya yang memiliki unsur puitik, magis, sekaligus surealistik.
"Itu yang mungkin menjadi ciri khasnya sekaligus membuat karya keramiknya punya posisi dalam medan seni keramik kontemporer di Indonesia," tambahnya.
(Ikuti terus laporan Hypeabis.id di Google News)
Editor: Fajar Sidik
Semua karya tersebut dihadirkan dalam pameran tunggal Nature's Allure di Galeri Omah Budoyo, 19 November 2022 hingga 13 Januari 2023. Seperti judulnya, pameran ini menampilkan koleksi karya seni keramik yang terinspirasi dari alam, tentang proses tumbuhnya dengan makna-makna yang lebih filosofis.
Baca juga: Refleksi Sosial Seniman Naufal Abshar dalam Pameran Flash, Pow, Bham!
Bentuk-bentuk karya yang hadir merupakan wujud respons ulang dari sang seniman terhadap alam itu sendiri. "Artinya bentuknya itu ada sedikit deformasi dan kiasan-kiasan seperti halnya puisi. Jadi ada beberapa hal yang saya ungkapkan tidak secara langsung," kata perupa yang akrab disapa Tari itu kepada Hypeabis.id, baru-baru ini.
Misalnya dalam karya berjudul Regrows and Recovers. Dalam karya itu, Tari menampilkan visualisasi fotosintesis dari sudut pandang yang lebih mikro. Sang seniman ingin menampilkan ide atau gagasan tentang proses bertumbuhnya tanaman, namun tidak dalam bentuk wujud aslinya.
Salah satu karya keramik di pameran Nature's Allure (Sumber gambar: ArsKala Principle Studio)
Pameran tunggal kali ini merupakan koleksi lanjutan Tari dari #naturamagica, sebuah seri karya seninya yang terinspirasi dari hasil permenungannya atas cara-cara alam bekerja dan beririsan dengan warisan kultur Nusantara.
Hal ini terbentuk dari pengalaman kesehariannya yang tinggal di wilayah bagian timur Yogyakarta, di tengah-tengah peninggalan candi dari zaman klasik Sanjaya termasuk Candi Kalasan, Plaosan dan Prambanan
Dalam seri ini, dia menampilkan imaji arketipal melalui media khusus keramik yang diungkapkan ke dalam bentuk keramik kepatungan (sculptural ceramic) dan objek. Melalui imaji itu, Tari ingin leluasa mengeksplorasi alur alam melalui berbagai kemungkinan ekspresi bentuk yang bercorak organik dan relik.
Selama ini, Tari kerap menjadikan karya-karyanya sebagai refleksi atas persoalan memori, sejarah, budaya, gender, bahkan persoalan politik. Namun, dalam koleksinya kali ini, dia ingin menghadirkan karya-karya yang memberikan efek ketenangan.
"Ini adalah efek dari kontemplasi selama pandemi. Kita tidak banyak berinteraksi dengan orang tapi lebih banyak berinteraksi dengan alam sekitar sehingga hadirlah karya ini di penghujung tahun," katanya.
Sebagian besar karya-karya seni keramik Tari berasal dari tanah liat terakota. Menariknya, untuk koleksinya kali ini, dia menggunakan tanah liat yang berasal dari daerah Pagerjurang Bayat kabupaten Klaten, sebuah kawasan sentra kerajinan keramik di Jawa Tengah.
Tari menjelaskan bahwa tanah liat dari desa tersebut bisa dikembangkan sebagai media seni keramik lantaran dikembangkan oleh seorang sunan bernama Sunan Bayat atau Pandanaran. Terlebih, tanah liat ini juga menampilkan hasil efek warna yang khas setelah melalui proses pembakaran dan pengglasiran dengan tingkatan yang berbeda-beda.
"Jadi selain secara fisik karya, filosofi dari tanah liat itu sendiri cukup kuat. Secara utuh, tanah liat itu sendiri sudah punya kekuatan makna simbolik," ujar seniman asal Aceh itu.
Salah satu karya keramik di pameran Nature's Allure (Sumber gambar: ArsKala Principle Studio)
Pengelola ArsKala Principle Studio Sudjud Dartanto mengatakan secara bentuk, karya-karya Tari berkutat pada tiga kecenderungan yakni keramik kepatungan (scruptural ceramic) yang berwujud trimatra (3D), objek yang hadir dalam bentuk benda-benda, serta karya-karya yang bersifat instalatif atau meruang.
"Semuanya itu merupakan keramik kontemporer. Bentuknya diindividuasi oleh seniman sebagai pernyataan atau ungkapan subjektifnya seniman dalam menanggapi suatu tema," katanya.
Sudjud menuturkan karya-karya Tari yang hadir dalam koleksi Nature's Allure didominasi oleh bentuk-bentuk keramik yang bersifat relik yang kerap diasosiasikan dengan wujud-wujud purba seperti relief. Dalam prosesnya, karya relik digarap dengan estetika organik yang mengalir serta mengikuti pola dan kontur alam.
Seperti pola alam, karya-karya ciptaan Tari bertumpu pada pola pertumbuhan, eksplorasi yang tak terbatas dari kehidupan dan roh yang menggerakkannya. "Dari tema alur alam, cara konstruksinya mirip seperti menghasilkan sebuah puisi rupa dengan medium keramik yang memiliki sifat keabadian," imbuhnya.
Hal itulah yang menjadikan ciri khas dari karya-karya yang dihasilkan oleh sang seniman. Selain itu, Sudjud juga mengatakan dalam membuat karya-karya keramiknya, Tari konsisten mengeksplorasi medium artistiknya untuk menghasilkan warna dan tekstur yang khas dari proses pembakaran dan pengglasiran.
Baca juga: Melihat Kembali Karya-karya Terbaik Astari Rasjid, Seniman Feminis Jago Diplomasi
Sementara secara tematik, keramik-keramik sang seniman dinilai memiliki estetika mimpi yang identik dengan surealisme. Hal tersebut tampak pada karya-karyanya yang memiliki unsur puitik, magis, sekaligus surealistik.
"Itu yang mungkin menjadi ciri khasnya sekaligus membuat karya keramiknya punya posisi dalam medan seni keramik kontemporer di Indonesia," tambahnya.
(Ikuti terus laporan Hypeabis.id di Google News)
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.