Ilustrasi bongkahan permafrost yang mencair akibat pemanasan global. (Sumber gambar : Unsplash/Daniel Born)

Bahayakah 'Virus Zombie' yang Berusia Ribuan Tahun? Ini Kata Peneliti

09 December 2022   |   07:04 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Para ilmuan dari French National Centre for Scientific Research memastikan virus berusia ribuan tahun yang muncul akibat mencairnya permafrost di Siberia, Rusia, tidak berbahaya bagi manusia. Adapun peneliti sebelumnya mengisolasi total 13 virus dari 7 sampel permafrost dan 2 sampel air dari sungai SIberia.  

Permafrost merupakan lapisan es di permukaan bumi yang di dalamnya bisa mengandung tanah, kerikil, dan pasir. Lapisan yang mengunci mikroba seperti virus, bakteri, dan jamur tersebut mencair sejak pemanasan global. Pada 2021 lalu, salah satu penelitian yang terbit di jurnal Frontiers in Veterinary Science mencatat adanya kawanan rusa kutub Siberia, terserang antraks dari bakteri di permafrost yang meleleh. Ini juga mempengaruhi kesehatan beberapa penduduk lokal. 

Baca jugaBukan Monkeypox, Ini 2 Virus yang Lebih Berbahaya dan Mematikan

Pada studi yang baru, total ada 13 virus dari tujuh sampel permafrost dan dua sampel air dari sungai Siberia diteliti. Tiga dari virus bernama Megavirus mammoth, Pithovirus mammoth, dan Pandoravirus mammoth karena ditemukan di dalam wol mammoth yang membatu berusia 27.000 tahun. Virus lainnya ditemukan di usus beku serigala Siberia kuno. 

Dalam pengaturan laboratorium yang tertutup, para ilmuwan dengan hati-hati mencairkan mikroba dan mengurutkan genomnya. Kemudian, mereka menginfeksi sel amoeba dengan virus zombie yang baru terbangun itu. Meskipun berusia hingga 48.000 tahun, beberapa virus mampu bereplikasi di dalam amuba, menyebabkannya pecah, dan melepaskan partikel virus baru.

"Yang kami hidupkan kembali tidak berbahaya sama sekali, mereka hanya menginfeksi amuba," Jean-Michel Claverie, seorang ahli mikrobiologi komputasi di Universitas Aix-Marseille di Prancis dan salah satu penulis studi baru tersebut, dikutip dari Live Science, Jumat (9/12/2022). 

Kendati demikian, dia menambahkan keberadaan dan infektivitas mereka menunjukkan bahwa virus purba yang menginfeksi hewan atau manusia masih bisa menular. 

Alasan para peneliti berfokus pada virus yang menginfeksi amuba, kata  Claverie, karena amuba membuat organisme model yang baik dan minim risiko tumpahan yang tidak disengaja ke teknisi laboratorium. "Kami menggunakan jarak evolusi [amuba] miliaran tahun dengan manusia dan mamalia lain sebagai perlindungan terbaik," jelasnya.

Studi ini sekaligus membantah studi sebelumnya yang menyebut virus yang terkunci di dalam permafrost Arktik hanya sedikit dan jarang. Claverie dan timnya menemukan bukti jejak banyak spesies lain, termasuk beberapa yang terkait dengan patogen manusia, seperti poxvirus dan virus herpes. 

Andaipun salah satu dari strain ini hidup kembali dan menginfeksi manusia, para ahli yakin vaksin modern kemungkinan akan memberikan perlindungan. Risiko terbesar menurut penulis, justru berasal dari virus yang tidak dikenal seperti SARS-CoV-2. 

Sementara itu, Claverie mengatakan pergolakan politik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina telah menghentikan pengumpulan sampel permafrost baru. Namun demikian, timnya akan terus mempelajari virus yang mereka miliki di laboratorium itu. 

Mereka juga berharap perusahaan yang melakukan operasi pengeboran dan penambangan di lapisan es Siberia memperhatikan dan melanjutkannya dengan hati-hati. Sebagai contoh, memantau penyakit yang tidak biasa dan mendirikan fasilitas karantina yang sesuai.

"Kami percaya intinya adalah bahwa virus apa pun dapat bertahan hidup di permafrost," tambah Claverie. 

Baca jugaBanyak Virus, Begini Cara Pantau Kesehatan Anak

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

ARMY Gercep! Big Hit Buka Pre-order Album Foto Me, Myself, dan V ‘Veautiful Days’

BERIKUTNYA

Simak 5 Tips Bikin CV yang Auto Dilirik Perusahaan

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: