Gunung Everest (dok. Unsplash)

Waduh, Puncak Es Berusia 2.000 Tahun di Everest Mencair 80 Kali Lebih Cepat

08 February 2022   |   10:56 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Perubahan iklim menjadi ancaman untuk Bumi yang kita tinggali pada saat ini. Bahkan sekelas Gunung Everest tidak luput dari aktivitas yang dipicu pemanasan global itu. Didapatkan fakta, gletser di ceruk selatan (South Col Glacier) Gunung Everest, yang berdiri hampir 26.000 kaki (8.000 meter) di atas permukaan laut mencair.

Kabar ini diketahui tim peneliti perubahan iklim setelah memasang dua stasiun cuaca tertinggi di Bumi. Dalam jurnal npj Climate and Atmospheric Science, tim ini melaporkan bahwa South Col Glacier kehilangan es kira-kira 80 kali lebih cepat daripada waktu yang dibutuhkan es untuk menumpuk di permukaan gletser.

Analisis inti tim menunjukkan bahwa es yang membutuhkan waktu 2.000 tahun untuk terbentuk di gletser, mencair sejak 1990-an, dan gletser saat ini kehilangan akumulasi es selama beberapa dekade setiap tahun.

"Studi ini menjawab salah satu pertanyaan besar yang diajukan oleh ekspedisi kami, apakah gletser tertinggi di planet ini dipengaruhi oleh perubahan iklim yang bersumber dari manusia. Jawabannya adalah ya, dan sangat signifikan sejak akhir 1990-an," ujar Paul Mayewski, ahli glasiologi di University of Maine dan Direktur Institut Perubahan Iklim, dilansir dari Live Science, Selasa (8/2/2022).

(Baca juga: Ekonomi Sirkular Dianggap Dapat Mengurangi Dampak Perubahan Iklim)

Para ahli menyebut penurunan cepat gletser dapat berdampak serius pada gunung, dan mereka yang tinggal di dekatnya. Es yang mencair mengakibatkan lebih banyak longsoran di Everest, atau mengekspos lebih banyak batuan dasar yang membuat medan lebih berbahaya bagi pendaki.

Adapun dalam ekspedisi tersebut, 10 peneliti mendaki ke dasar South Col Glacier dan memasang dua stasiun pendeteksi cuaca, satu di ketinggian 27.600 kaki (8.430 m) dan yang lainnya di ketinggian 26.200 kaki (7.945 m) di atas permukaan laut. Tim juga mengebor inti es sepanjang 32 kaki (10 meter) dari gletser untuk mengungkapkan bagaimana ketebalan es gletser telah berubah dari waktu ke waktu.

Selanjutnya, tim menjalankan model komputer untuk mensimulasikan pertumbuhan dan kemunduran gletser selama ribuan tahun. Tim menyimpulkan bahwa South Col Glacier telah kehilangan lebih dari 180 kaki (54 m) ketebalan es dalam 25 tahun terakhir. Sementara efek angin dan perubahan kelembaban mungkin sedikit banyak berkontribusi pada hilangnya es ini. "Perubahan iklim yang disebabkan manusia adalah penyebab yang luar biasa," kata para peneliti.

Faktanya, tim menemukan bahwa South Col Glacier mungkin mulai menipis akibat perubahan iklim sejak 1950-an. Namun, pada 1990-an, tingkat pencairan meningkat secara signifikan ketika tumpukan salju gletser (lapisan luar salju yang menumpuk seiring waktu) akhirnya menghilang, memaparkan es mentah gletser ke radiasi matahari. "Karena kehilangan perisai es putihnya untuk memantulkan sinar matahari, South Col Glacier ditakdirkan cair dengan cepat," tulis para peneliti. 

South Col Glacier hanyalah salah satu gletser di antara banyak gletser di Himalaya. Namun, posisinya di puncak dunia menunjukkan bahwa tidak ada massa es yang aman dari perubahan iklim. 

Apabila tren pencairan yang sama terjadi di gletser lain di seluruh Himalaya, maka cadangan air gletser yang menjadi sandaran lebih dari 1 miliar orang untuk air minum dan irigasi, mulai menipis secara signifikan.


Editor: Avicenna

SEBELUMNYA

Resep Budapest Cake, Kue Lezat Asal Swedia

BERIKUTNYA

Jelang Tayang di Berlinale, Trailer Film Before, Now & Then (Nana) Resmi Dirilis

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: