Ilustrasi pemanasan global (Chriss Leboutillier - Unsplash)

Ekonomi Sirkular Dianggap Dapat Mengurangi Dampak Perubahan Iklim

18 December 2021   |   13:00 WIB
Image
Dika Irawan Asisten Konten Manajer Hypeabis.id

Perubahan iklim global adalah isu yang disoroti saat ini, termasuk di Indonesia. Richard Tol dari Sussex University, Inggris, memperkirakan dampak negatif pemanasan global akan melampaui dampak positifnya bila terjadi peningkatan suhu sampai 1,1 derajat celcius. Peningkatan suhu tersebut diprediksikan akan tercapai sebentar lagi.

Dia mengatakan peningkatan suhu bumi akan menyebabkan hilangnya lapisan es di Arktik pada musim panas, dan menipisnya lapisan tersebut pada musim dingin, jika dibandingkan dengan musim dingin-musim dingin sebelumnya.

Perubahan iklim merupakan fenomena global yang dipicu oleh kegiatan manusia terutama yang berkaitan dengan penggunaan bahan bakar fosil dan kegiatan alih guna lahan. Perubahan iklim berdampak sangat luas pada kehidupan masyarakat.

Untuk mengantisipasi hal itu, kita bisa menggunakan pendekatan ekonomi sirkular. Ekonomi sirkular adalah alternatif dari ekonomi linier/tradisional (membuat, menggunakan, membuang), di mana melalui ekonomi sirkular kita menjaga sumber daya tetap digunakan selama mungkin, mengekstraksi nilai maksimum darinya saat digunakan, kemudian memulihkan dan meregenerasi produk dan material pada tingkat akhir setiap umur layanan.

Secara tidak langsung, kita telah berupaya menjaga lingkungan agar tidak terdampak terlalu jauh oleh perubahan iklim. Untuk menunjang konsep ekonomi sirkular, dibutuhkan seseorang dengan jiwa kewirausahaan yang tinggi tetapi tetap membawa dampak postitif pada kehidupan sosial dan kelestarian lingkungan.

Dalam webinar bertajuk "Penguatan Ekonomi Sirkular Dengan Menumbuhkan Eco-Sociopreneur Pemuda di Tengah Perubahan Iklim" pada 16 Desember lalu, yang digelar oleh Indonesia Business Links (IBL) dan Citi Indonesia, melalui dukungan Citi Foundation, Executive Director of Indonesia Business Links (IBL) Yayan Cahyana menuturkan praktik ekonomi sirkular di Indonesia sudah memperlihatkan dampak positifnya.

Data BAPPENAS menunjukkan bahwa pada tahun 2019, penerapan ekonomi sirkular menyebabkan penurunan gas rumah kaca mencapai 93,83 juta ton CO2e dan pengurangan pencemaran mencapai 50,59 juta ton polutan.

Sementara itu, founder and CEO Partership-ID IBL Board of Management, Yanti Triwadiantini, mengatakan ekonomi sirkular adalah pendekatan sistematis untuk mengurangi atau menghilangkan biaya sistem produksi konsumsi yang linier. Termasuk menghilangkan limbah dan polusi, menjaga agar produk dan bahan tetap dipakai, serta memproduksi ulang sistem alamiah.

“Konsep ekonomi sirkular lebih dari sekadar recycling karena perlu transformasi dari keseluruhan sistem produksi dan tidak semata-mata mengurangi dampak buruk produksi, tapi juga menciptakan meningkatkan dampak positif,” ujarnya.

(Baca juga: Jeff Bezos Janjikan US$2 Miliar untuk Konservasi Lingkungan)

Country Head of Corporate Affairs Citi Indonesia, Puni A. Anjungsari, mengatakan konsep ekonomi sirkular adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak perubahan iklim serta tetap menciptakan peluang ekonomi hijau.

Adapun, Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim (DJPPI), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Laksmi Dhewanthi melalui Radian Bagiyono mengatakan bahwa ketahanan ekonomi memastikan resiko perubahan iklim tidak mengganggu perekonomian.

Hal ini dicapai dengan pembangunan rendah emisi gas rumah kaca (GRK) dan ketahanan sistem pangan, air, dan energy melalui penerapan 5 program kunci.

“Program kunci pertanian dan perekebunan berkelanjutan, penurunan deforestasi dan degradasi hutan, pemanfaatan lahan terdegradasi, efisiensi energy, dan pola konsumsi dan produksi berkelanjutan,”tuturnya.

Founder CEO Waste4 Change M. Bijaksana Junerosano mengatakan bila generasi muda dan masyarakat bersama-sama melakukan donasi bulanan untuk restorasi dapat menjadi solusi.

“Kalau generasi dan masyarakat berbodong-bondong melakukan donasi bulanan untuk resotrasi dan solusi lingkungan. Maka akan ada sumber daya yang massif untuk menjadi dorongan percepatan solusi,” kata Junerosano.

Sebagai informasi, webinar ini merupakan salah satu kegiatan yang dijalankan dalam program Skilled Youth Fase V, yang diikuti oleh para generasi muda yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia.

Program Skilled Youth, yang didukung oleh Citi Foundation dan dilaksanakan sejak 2015, menargetkan generasi muda usia 16 – 25 tahun di wilayah Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Bandung dan sekitarnya.

Program ini membekali kaum muda dengan berbagai keterampilan soft skill maupun hard skill, pendampingan bisnis, serta bimbingan kerja. Program ini merupakan salah satu upaya untuk berkontribusi dalam pencapaian tujuan ke-8 SDGs, yaitu Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi.


Editor: Avicenna

SEBELUMNYA

5 Gaya Pakaian Kerja Song Hye-kyo di Drama Now We Are Breaking Up

BERIKUTNYA

4 Hal yang Harus Dipertimbangkan sebelum Mengakhiri Hubungan

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: