Ilustrasi Wayang (sumber gambar yayasan Lontar)

Mengenang Gregory Churchil, Ahli Hukum & Pencinta Wayang Indonesia

07 December 2022   |   07:12 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Bagi para akedemisi hukum, nama Gregory Churchil sohor sebagai salah satu tokoh yang memiliki kontribusi besar di bidang perbaikan sistem hukum Indonesia. Tapi, dibalik perannya tersebut jarang yang mengetahui bahwa Greg adalah seorang kolektor wayang tradisional.

Koleksi wayang milik Greg mencapai lebih dari 8.000 wayang dalam berbagai jenis dari seluruh Indonesia dan disimpan di kediamannya di Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Selain itu, dia juga mengkoleksi ratusan topeng tradisional dari berbagai daerah di Tanah Air.

Baca jugaGelar Pameran Tunggal, Seniman YSH akan 'Pertemukan' Tokoh Nasional di Atas Kanvas

Ahli hukum itu wafat pada 19 Februari 2022. Koleksi wayangnya pun menjadi salah satu upaya  dari Greg untuk  terus melestarikan kebudayaan Nusantara. Adapun dalam mengenang jasa Greg Yayasan Lontar akhirnya menginisiasi acara A Lasting Legasting: The Smiling Semar from America di Salihara Arts Center, Jakarta pada Minggu, (4/12).
 
 

Co-Founder yayasan Lontar John H. McGlynn mengatakan bahwa salah satu cita-cita Greg saat masih hidup adalah agar suatu saat koleksi-koleksi wayangnya  dapat dimasukkan museum khusus wayang,dan dapat dijaga dengan baik oleh pemerintah.

"Sampai beliau wafat, cita- cita itu belum terwujud meski berbagai jalan sudah dilakukan untuk mewujudkan keinginannya. Lewat acara ini juga, saya ingin kembali mewujudkan cita-cita mulia Greg," papar John dalam siaran tertulis yang diterima Hypeabis.

Dalam acara mengenang Greg  itu juga diadakan pertunjukan wayang Golek Cepak dengan dalang Ki Warsad dari Indramayu, Jawa Barat. Diputar juga film dokumenter Semar Mesem dari Amerika (The Smiling Semar from America) karya seniman Eva Tobing.   

"Film dokumenter Semar Mesem dari Amerika juga  berisi kenangan dan napak tilas terhadap karier Greg dan kecintaannya pada wayang Indonesia, dengan testimoni dari keluarganya di Amerika Serikat dan Indonesia," jelas John.

Selain itu, dia mengungkap dalam diskusi tersebut Yayasan Lontar juga mengangkat berbagi isu, termasuk upaya pelestarian wayang di masa sekarang beserta tantangannya,  hingga sampai sejauh mana upaya promosi kesenian tradisi tersebut dalam skala global.

Oleh karena itu pihaknya juga mengundang pembicara dari berbagai kalangan, termasuk seniman Dolorosa Sinaga, pemerhati wayang  Mathew Isaac Cohen, Kepala Unit Pengelola Museum Seni Pemprov DKI Sri Kusumawati, dan Farah Wardhani, Kurator Seni Rupa Dewan Kesenian Jakarta.

Dari hasil diskusi tersebut dia memaparkan bahwa upaya pelestarian wayang bisa dilakukan tidak hanya lewat pelatihan dalang dan penatahan wayang  yang kerap diajarkan pada generasi muda, tetapi juga bisa melalui alih wahana di medium lain, termasuk film, sastra, komik hingga animasi. 

Baca juga: 20 Tokoh Betawi Menjadi Nama Ruas Jalan di Jakarta, Yuk Intip Profilnya

"Jika pelatihan dalang dan penatahan mencoba mempertahankan bentuk asli wayang, pada proses pengalihwahanaan kita berharap akan muncul  pada seniman media lain yang mencoba wayang sebagai tantangan kreativitas baru," papar John. 

Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

Merefleksikan Semangat Pemikiran Sutan Takdir Alisjahbana dalam Memorial Lecture

BERIKUTNYA

Maroko vs Spanyol, Singa Atlas Cetak Sejarah 8 Besar di Piala Dunia

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: